17.20

Menikmati Pagi

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terima kasih Tuhan
Waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
Kan ku nikmati dengan kerendahan

" Thank's god For the time.. "

17.19

Mengenangmu

Mungkin hanya engkau yang tau
Kenapa saat ini aku masih sendiri
Kesetiaan yang pernah kau ajarkan
Takkan pernah terbakar waktu

Hanya aku pun yang tau
Kenapa saat ini kau pun masih sendiri
Kelembutan hati yang terpancar
Takkan terkikis jaman

Bila saja waktu itu bisa ku putar
Saat kau tak terlihat lagi
Ku ingin selalu menunggumu
Air mata ini takkan pernah letih
Mengenangmu…

“I’ll flying to your heart…”

17.18

Cinta Itu Logika

Hanya cinta yang bisa menghancurkan dendam
Hanya cinta yang bisa menghilangkan benci
Saat semua harus diakhiri
Saat impian terhempas karang yang dalam

Kadang dewa takdir tidak lagi meminta
Dua hati menjadi sebuah cerita
Waktu yang panjang seolah tidak berguna
Hanya rangkaian asa sia-sia

Ku mengerti arti semua
Bahwa hidup harus lebih dewasa
Cinta itu penuh logika
Tak seharusnya ada murka

“Cinta akan selalu indah…”

17.17

Menjemput Mimpi

Jarak yang membentang
Bukan penghalang bagi hati untuk berbagi
Kejujuran hati yang dipegang
Bukan lagi sekedar keharusan yang harus dipenuhi

Tidak akan ku rasakan sentuhanmu
Tidak akan ku rasakan belaianmu
Tapi ku rasakan getaranmu pada diriku
Ku mendengarkan hembusan napasmu didekatku

walaupun ku tau kau bukan titisan dewa
kau mampu bawa ku terbang mengintari jiwa
Membangun negeri kecil di awan
dengan sepasang peri mimpi yang berlarian

jemput aku dengan sayapmu
jemput aku dengan kereta harapmu
jemput aku segera...
di suatu realita yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya

“Thank you for always be my hero”

17.17

Mencoba Menikmati Rasa

Seperti air yang menghapus jejakmu
Melewati seluruh relung kalbu
Akan bayangan semu dirimu
dalam kisah kita yang kelabu

Tidak akan ku coba melupakanmu
Dalam setiap napas jiwaku
Semua itu hanya masalah waktu
Biarkan hati kita menunggu

Kisah kali ini sangat indah
Walau langkah kita tak terarah
Mencoba menikmati rasa
Melewati satu jiwa yang terbagi tiga

“I hate to wake you up to say.....”

17.16

Angin Untuk Sayap

Aku hanya angin yang datang dan pergi..
tanpa bisa menggapaimu…
hanya sebentuk harap yang bisa aku berikan…
hanya hembusan mesra ku berikan membuat mu bahagia…

Angin bukan lah pangeran….
Angin bisa pergi dan menghilang tanpa makna….
Biarkan angin ini bebas, bebas ada dan tiada…

Disanalah tempatmu bersama sang pageran….
Biarkan disini angin menanti tanpa tepi…
Berharap tanpa jawab…
Hanya menikwati rindu yang bisa kuberikan…

mengharap Angin dapat mengepak sayap…
Menembus nirwana…
Bermimpi pergi dengan sayap yang kau miliki…
Dengan bantuan hembusan rasa sang cinta…

Biarkan angin segera menepi….
Masih disini angin sendiri…
menunggu kepak sayap memainkan Simphony…
Shimphony lagu rindu yang mewakili….

17.16

Kembaliku Ke Kota Itu

Kota ini masih seperti dulu
Semua sudut masih mengajakku
Mengingat hati yang dulu
Yang ceria seiring lagu

Hati yang dulu telah pergi
Seiring tergapainya sebuah mimpi
Kisah itu sudah terhenti
Dengan hati perih yang selalu ditangisi

Saat ku kembali kali ini
Hati itu mengajaku lagi memiliki
Sebuah janji yang terganti
Kali ini dengan realita yang belum teryakini

Ah…Sulit untuk mengerti
Semua yang terjadi kali ini
Kisah yang kita cari
Ternyata masih tertinggal disini

17.14

Kisah Yang Salah

Sebuah nama tiba-tiba terbesit
Dalam anganku saat ku menelusuri suatu dunia
Seribu persamaan yang konkrit
Apakah hanya kebetulan semata

Di suatu dunia yang fana
Kita mulai mengukir fatamorgana
Perlahan mulai nyata
Menjadi suatu realita

Kisah yang salah…
Begitu aku selalu mendesah
Seperti suatu lembayung senja
Yang tak jelas batasannya

“Ku pikir aku salah mengertimu…”

17.13

Rindu Tertinggal

Rasa hati ini rindu
Pada suatu malam di kota itu
Angin yang selalu menyapu
Seluruh jiwa ragaku

Indah sinar matanya
Seindah senandung jiwa
Memainkan seluruh hasrat rasa
Dalam suatu angan cinta

Rinduku tertinggal untuknya
Hanya pada setengah hatinya
Karena dia tak melambaikan tangannya
Saat melepasku disuatu senja

“Senja itu angin tak bersamaku”

17.12

Sang Dewi

Saat kau datang padaku
Dirimu masih membeku
Dalam dunia lalumu
Yang memberimu kenangan biru

Kau ketuk hatiku
Walau janjimu untuk tidak bersatu
Kenangan itu telah membunuhmu
Mata hati dan perasaan yang semu

Bagai sang dewi
Ku datang dengan panorama
Layaknya rintik hujan air mata
Dengan sinar matahari menjadi pelangi

Walaupun diriku tak bersayap
Percayalah....
Aku akan menbawamu terbang tinggi

“Terima kasih telah jadikanku Sang Dewi"

17.09

Dalam Renunganku

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku dalam sukma hati
Tentang kisah sampai saat ini
Saat sayap dibawa terbang tinggi

Sang dewi kali ini menangisi
Setiap langkah yang terbayangi
Sinar bulan yang menyinari
Gemerlap malam dibumi

Ku pikir aku salah mengerti
Arti hembusan angin selama ini
Dingin…dalam…tapi tak termiliki
Apakah sungguh mempunyai arti

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku pada batin ini
Akankah malam tanpa bulan sepi
Saat sayap membawa angin pergi

“Dalam renunganku, ingin corat-coret saja (hehe…)”

17.11

Akan Ku Ajarkan Kau Cara Setia

Katakan padaku kamu telah berdua
Katakan padaku siapa dia
Katakan padaku semua yang ada
Katakan padaku jangan ditunda

Bila kau memang telah berdua
Bila dia itu cinta yang ada
Bila semua itu janji setia
Bila secepat mungkin kamu berkata

Kau memang harus membuka
Karena cinta memang harus dibuka
Kepada seluruh dunia
Agar hati tidak terbagi dua

Bila engkau hanya berkata
Aku sedang menikmati dicinta
Bila engkau hanya berkata
Simpulkan saja cerita yang ada
Akan ku ajarkan kau cara setia

11.19

Angin

Angin kali ini sangat sumbang
Melukai menusuk tulang
Hembusannya menantang
Tetapi membuat diri tak tenang
Kenapa angin menjadi bimbang

Angin malam ini terasa sepi
Tanpa bulan menemani
Angin siang tadi tak berarti
Tanpa matahari menyinari
Hembusan angin akan berlari
Untuk sayap bidadari

Kenapa angin harus berbagi
Dengan bulan, matahari dan bidadari
Ah…andai angin punya satu mimpi
Hanya untuk memberi napas dibumi

Kuberikan saja angin padamu bulan
Agar malammu menjadi menawan
Kuberikan saja angin padamu matahari
Agar sinarmu tidak menyakiti
Bidadari tidak punya sayap untuk angin terbangkan
Bidadari hanya ingin menggapai angan
Bersama napas kehidupan
Bukan hanya sekedar hembusan angin

“Berhembuslah kencang bersama matahari dan bulan…..”

15.14

Tanpa Judul

Kemana hilangnya hati
Saat semuanya telah pergi
Rindu rasanya kembali
Saat hati dilarang berbagi

Dia yang selalu ada disini
Mengawasiku setiap hari
Melarang seseorang mencuri
Hati yang kumiliki

"Mungkin belum waktunya..."

11.28

Pria Tanpa Senyum

Pria itu memandangiku tanpa senyum
Dingin…Datar…Misterius…tanpa arti
Pria itu memandanAgiku tanpa senyum
Tak pernah seucap katapun terlepas dari diri
Pria itu memandangiku tanpAa senyum
Jangan hanya sekedar menakuti …

Seucap kata untukku
Memintaku jadi milikmu
Entah apa dipikiranmu
Hanya dengan memandangiku
Kau bisa katakan itu

Maaf…pria…AKu sudah tidak sendiri
Hati ini sudah sudah tidak bisa terbagi
Pintu yang kau tuju sudah ku tutupi

Apakah karena…
Setiap hari kusuguhkan padamu
Kemesraan kami yang membiru
Apakah karena…
Aku hanya bisa memintamu
Untuk sekedar memandangiku

Kemana hilangnya senyummu
Kenapa hanya hatimu yang kau sandarkan untukku
Kenapa tidak pernah ku lihat senyummu
Kenapa masih saja memandangiku dengan ekspresi itu

Sepanjang waktu selama 4 tahun
Masih dengan pandangan yang dingin
Memandangiku semesra itu
Masih tanpa senyummu…

“Kenapa dengan senyummu…”

Menikmati Pagi

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terima kasih Tuhan
Waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
Kan ku nikmati dengan kerendahan

" Thank's god For the time.. "

Mengenangmu

Mungkin hanya engkau yang tau
Kenapa saat ini aku masih sendiri
Kesetiaan yang pernah kau ajarkan
Takkan pernah terbakar waktu

Hanya aku pun yang tau
Kenapa saat ini kau pun masih sendiri
Kelembutan hati yang terpancar
Takkan terkikis jaman

Bila saja waktu itu bisa ku putar
Saat kau tak terlihat lagi
Ku ingin selalu menunggumu
Air mata ini takkan pernah letih
Mengenangmu…

“I’ll flying to your heart…”

Cinta Itu Logika

Hanya cinta yang bisa menghancurkan dendam
Hanya cinta yang bisa menghilangkan benci
Saat semua harus diakhiri
Saat impian terhempas karang yang dalam

Kadang dewa takdir tidak lagi meminta
Dua hati menjadi sebuah cerita
Waktu yang panjang seolah tidak berguna
Hanya rangkaian asa sia-sia

Ku mengerti arti semua
Bahwa hidup harus lebih dewasa
Cinta itu penuh logika
Tak seharusnya ada murka

“Cinta akan selalu indah…”

Menjemput Mimpi

Jarak yang membentang
Bukan penghalang bagi hati untuk berbagi
Kejujuran hati yang dipegang
Bukan lagi sekedar keharusan yang harus dipenuhi

Tidak akan ku rasakan sentuhanmu
Tidak akan ku rasakan belaianmu
Tapi ku rasakan getaranmu pada diriku
Ku mendengarkan hembusan napasmu didekatku

walaupun ku tau kau bukan titisan dewa
kau mampu bawa ku terbang mengintari jiwa
Membangun negeri kecil di awan
dengan sepasang peri mimpi yang berlarian

jemput aku dengan sayapmu
jemput aku dengan kereta harapmu
jemput aku segera...
di suatu realita yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya

“Thank you for always be my hero”

Mencoba Menikmati Rasa

Seperti air yang menghapus jejakmu
Melewati seluruh relung kalbu
Akan bayangan semu dirimu
dalam kisah kita yang kelabu

Tidak akan ku coba melupakanmu
Dalam setiap napas jiwaku
Semua itu hanya masalah waktu
Biarkan hati kita menunggu

Kisah kali ini sangat indah
Walau langkah kita tak terarah
Mencoba menikmati rasa
Melewati satu jiwa yang terbagi tiga

“I hate to wake you up to say.....”

Angin Untuk Sayap

Aku hanya angin yang datang dan pergi..
tanpa bisa menggapaimu…
hanya sebentuk harap yang bisa aku berikan…
hanya hembusan mesra ku berikan membuat mu bahagia…

Angin bukan lah pangeran….
Angin bisa pergi dan menghilang tanpa makna….
Biarkan angin ini bebas, bebas ada dan tiada…

Disanalah tempatmu bersama sang pageran….
Biarkan disini angin menanti tanpa tepi…
Berharap tanpa jawab…
Hanya menikwati rindu yang bisa kuberikan…

mengharap Angin dapat mengepak sayap…
Menembus nirwana…
Bermimpi pergi dengan sayap yang kau miliki…
Dengan bantuan hembusan rasa sang cinta…

Biarkan angin segera menepi….
Masih disini angin sendiri…
menunggu kepak sayap memainkan Simphony…
Shimphony lagu rindu yang mewakili….

Kembaliku Ke Kota Itu

Kota ini masih seperti dulu
Semua sudut masih mengajakku
Mengingat hati yang dulu
Yang ceria seiring lagu

Hati yang dulu telah pergi
Seiring tergapainya sebuah mimpi
Kisah itu sudah terhenti
Dengan hati perih yang selalu ditangisi

Saat ku kembali kali ini
Hati itu mengajaku lagi memiliki
Sebuah janji yang terganti
Kali ini dengan realita yang belum teryakini

Ah…Sulit untuk mengerti
Semua yang terjadi kali ini
Kisah yang kita cari
Ternyata masih tertinggal disini

Kisah Yang Salah

Sebuah nama tiba-tiba terbesit
Dalam anganku saat ku menelusuri suatu dunia
Seribu persamaan yang konkrit
Apakah hanya kebetulan semata

Di suatu dunia yang fana
Kita mulai mengukir fatamorgana
Perlahan mulai nyata
Menjadi suatu realita

Kisah yang salah…
Begitu aku selalu mendesah
Seperti suatu lembayung senja
Yang tak jelas batasannya

“Ku pikir aku salah mengertimu…”

Rindu Tertinggal

Rasa hati ini rindu
Pada suatu malam di kota itu
Angin yang selalu menyapu
Seluruh jiwa ragaku

Indah sinar matanya
Seindah senandung jiwa
Memainkan seluruh hasrat rasa
Dalam suatu angan cinta

Rinduku tertinggal untuknya
Hanya pada setengah hatinya
Karena dia tak melambaikan tangannya
Saat melepasku disuatu senja

“Senja itu angin tak bersamaku”

Sang Dewi

Saat kau datang padaku
Dirimu masih membeku
Dalam dunia lalumu
Yang memberimu kenangan biru

Kau ketuk hatiku
Walau janjimu untuk tidak bersatu
Kenangan itu telah membunuhmu
Mata hati dan perasaan yang semu

Bagai sang dewi
Ku datang dengan panorama
Layaknya rintik hujan air mata
Dengan sinar matahari menjadi pelangi

Walaupun diriku tak bersayap
Percayalah....
Aku akan menbawamu terbang tinggi

“Terima kasih telah jadikanku Sang Dewi"

Dalam Renunganku

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku dalam sukma hati
Tentang kisah sampai saat ini
Saat sayap dibawa terbang tinggi

Sang dewi kali ini menangisi
Setiap langkah yang terbayangi
Sinar bulan yang menyinari
Gemerlap malam dibumi

Ku pikir aku salah mengerti
Arti hembusan angin selama ini
Dingin…dalam…tapi tak termiliki
Apakah sungguh mempunyai arti

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku pada batin ini
Akankah malam tanpa bulan sepi
Saat sayap membawa angin pergi

“Dalam renunganku, ingin corat-coret saja (hehe…)”

Akan Ku Ajarkan Kau Cara Setia

Katakan padaku kamu telah berdua
Katakan padaku siapa dia
Katakan padaku semua yang ada
Katakan padaku jangan ditunda

Bila kau memang telah berdua
Bila dia itu cinta yang ada
Bila semua itu janji setia
Bila secepat mungkin kamu berkata

Kau memang harus membuka
Karena cinta memang harus dibuka
Kepada seluruh dunia
Agar hati tidak terbagi dua

Bila engkau hanya berkata
Aku sedang menikmati dicinta
Bila engkau hanya berkata
Simpulkan saja cerita yang ada
Akan ku ajarkan kau cara setia

Angin

Angin kali ini sangat sumbang
Melukai menusuk tulang
Hembusannya menantang
Tetapi membuat diri tak tenang
Kenapa angin menjadi bimbang

Angin malam ini terasa sepi
Tanpa bulan menemani
Angin siang tadi tak berarti
Tanpa matahari menyinari
Hembusan angin akan berlari
Untuk sayap bidadari

Kenapa angin harus berbagi
Dengan bulan, matahari dan bidadari
Ah…andai angin punya satu mimpi
Hanya untuk memberi napas dibumi

Kuberikan saja angin padamu bulan
Agar malammu menjadi menawan
Kuberikan saja angin padamu matahari
Agar sinarmu tidak menyakiti
Bidadari tidak punya sayap untuk angin terbangkan
Bidadari hanya ingin menggapai angan
Bersama napas kehidupan
Bukan hanya sekedar hembusan angin

“Berhembuslah kencang bersama matahari dan bulan…..”

Tanpa Judul

Kemana hilangnya hati
Saat semuanya telah pergi
Rindu rasanya kembali
Saat hati dilarang berbagi

Dia yang selalu ada disini
Mengawasiku setiap hari
Melarang seseorang mencuri
Hati yang kumiliki

"Mungkin belum waktunya..."

Pria Tanpa Senyum

Pria itu memandangiku tanpa senyum
Dingin…Datar…Misterius…tanpa arti
Pria itu memandanAgiku tanpa senyum
Tak pernah seucap katapun terlepas dari diri
Pria itu memandangiku tanpAa senyum
Jangan hanya sekedar menakuti …

Seucap kata untukku
Memintaku jadi milikmu
Entah apa dipikiranmu
Hanya dengan memandangiku
Kau bisa katakan itu

Maaf…pria…AKu sudah tidak sendiri
Hati ini sudah sudah tidak bisa terbagi
Pintu yang kau tuju sudah ku tutupi

Apakah karena…
Setiap hari kusuguhkan padamu
Kemesraan kami yang membiru
Apakah karena…
Aku hanya bisa memintamu
Untuk sekedar memandangiku

Kemana hilangnya senyummu
Kenapa hanya hatimu yang kau sandarkan untukku
Kenapa tidak pernah ku lihat senyummu
Kenapa masih saja memandangiku dengan ekspresi itu

Sepanjang waktu selama 4 tahun
Masih dengan pandangan yang dingin
Memandangiku semesra itu
Masih tanpa senyummu…

“Kenapa dengan senyummu…”