10.58

Warna Dalam Sejumput Rasa

Sejuknya pagi menyapu diri
Membentengi kepenatan senja sebelumnya
Mencermini jiwa dengan hangatnya mentari
Merambah raga yang terhimpit rasa

Resah diri selalu menghantui
Keinginan untuk kembali ke suatu hari
Tapi entah mengapa tak teryakini
Berbisik dalam setiap rongga sanubari

Angin tak juga berubah
Tetap berhembus dan membelai mesra
Membawa sukma yang selalu terdiam
Berdiri dengan kekuatan hati

Akankah angin selalu menemani
Dengan taburan mimpi yang teringini
Bercanda dengan khayalan tinggi
Dan mengkonyolkan kata hati

Warna dalam sejumput rasa
Tersisa hingga detik waktu berlalu
Sampai angin mengerti
Bagaimana cara untuk terbang

“Spread your wings and prepare to fly”

10.30

Angin Untuk Bidadari

Angin adalah suatu pertanda Pencipta
Angin memberi pancaran surya dengan segumpal hati
Angin memberikan senja dengan lembayung cakrawala
Angin memberi temaram malam dengan dinginnya hembusan

Angin yang mengantarkan mega untuk memberi gerimis
Angin yang menggiring mendung menjadi hujan
Angin yang mengibarkan dedaunan agar berguguran
Semilir angin yang melambungkan diri ke alam mimpi

Angin salah mengoreskan tanda
Angin meniupkan kehangatan di kala mendung berkabut
Angin memberikan dingin saat mentari bergelayut
Sehingga angin memberi rasa sakit untuk sebagian diri

Angin telah meniupkan kehangatan untuk dinginnya hati
Angin telah meresapi diri dengan keteguhan hati
Dan hembusannya telah membawa sang embun kembali
Angin telah mengajarkan untuk bertahan di musim ini

“I’m flying without wind…”

10.25

Ku Tak Ingin Berlari Dari Rasa Yang Harus Ku Batasi

Bergumul dengan kegetiran sanubari
Menguasai keadaan mata hati
Akan kemolekan sentuhan kesenyapan diri
Membawa keindahan buaian fatamorgana

Sesak aku didunia maya
Yang berbisik dari sudut mata
Membawa detik ragu akan waktu
Terjaga dalam ingatan dunia nyata
Saat ku tertidur dengan mimpi sempurna

Bangunkan ku sayang
Dari semua mimpi yang tlah teraba
Saat ku akan tenggelam dalam kegelapanku
Agar ku tak lari dari rasa yang harus ku batasi
Saat kau menawarkan sisa cinta dalam rasa

“For my EA gle…Wake me up beib…”

10.20

Karena Ku Tak Tau Apa-Apa

Cempaka merah bergelanyut manja
Menyapa anugrah yang memancari sinar
Hati yang rindu tak ingin diganggu
Menambah kepenatan jiwa yang beku

Kau katakan kau rindu
Tapi kemana arah anginmu kau tuju
Bukan kearah hati yang kutunggu
Tapi berpaling keketerpakasaan itu

Kenapa tidak kau beri bulan semuanya
Kenapa harus kau bagi denganku juga
Tak teringini tetapi selalu ada
Dan untukku,
Tak selalu ada tapi teringini
Entah bagaimana rasa ini terbaca
Karena ku tak tau apa-apa

“Terbaca dengan keanehan…”

11.00

Impian Yang Teringini

Ku gelitik hatimu dengan cintaku
Kau berikan pijar itu pertanda setuju
Kutelusuri seluruh jiwamu
Dengan sukma yang menggebu

Resah hati tak juga mengubur diri
Tak bisa kembali hanya bisa mengabdi
Pada segumpal rasa yang tak terpenuhi
Dengan sejuta asa yang tersingkir pasti

Maafkan aku saying…
Tak bisa kubohongi hati ini
Tak dapat kutahan lagi gejolak ini
Yang menggebu menginginkanmu
Bersandar hanya padaku

Tetap saja kan ku buka genggaman tanganku
Untuk dapat melihatmu bersinar terang
Dengan dua buah purnama
Yang akan mengantarkanku terbang
Bersama dua buah surya

Aku, kamu dan mereka
Bersama kita rajut impian yang kita tertawakan
Dengan kisah sederhana yang hanya kita yang punya
Impian yang teringini dengan gejolak hasrat
Yang tersimpan rapi

“impianku ada bersamamu…”

10.26

Adakah Guna Kegilaan Ini

Merajam asa merombak inginku
Menggauli setiap sudut hati
Beserta kepingan jiwa menjamu diri
Berhiaskan makna kepakan rasa

Berdiri dengan kegilaan sukma
Melawan arus berbagi sisa
Merantai serpihan yang berserakan
Menjadi satu harfiah dalam raga

Hati yang berteriak meradang
Menggungkap kebodohan yang hadir
Ditengah kegetiran dan kamuflase
Meranggas memenuhi setiap logika

Kebohongan yang menyelimuti kehadiran
Kehadiran untuk menutupi kebohongan
Mengunci kejujuran dalam kesetiaan
Dalam onggokan diri yang berbisik lantang
Adakah guna kegilaan ini??
Bila tidak mengapa kita mencoba menikmati

“We’re always crazy like that…”

10.27

Permintaan Sederhana

Angin menghempas pagi dengan sebuah kecupan
Menemani mentari yang tertutup kabut
Tendengar sapa mesra dari sang bulan
Yang telah beranjak dari tahta sejati

Embun sudah mulai menetes
Menyejukkan indera jiwa
Merona memancarkan pijaran api
Memberi aroma kenikmatan yang menggila

Serpihan hati yang telah tersusun
Membentuk rangkaian gelora
Membenamkan jiwa dalam samudra
Membawa celoteh hati yang tak beranjak

Permintaan sederhana dalam permohonan
Agar semesta ini cepat berputar
Memberi jawaban akan misteri
Mengenai angin dan tetesan embun

“Kisah salah di sisa hati…”

10.31

Tak Ingin Menikmati

Pelangi ku itu sudah menjadi kelabu
Pelangi dihatiku telah pergi pagi tadi
Angin tak lagi kepakan sayapku
Bersama mimpi dia pergi sendiri

Mentari esok tak lagi ceria
Senja selanjutnya akan terasa hambar
Sulit memahami hati
Tak ingin menikmati lagi
Hari-hari di kota ini

“This story is tearing me apart”

10.33

Diseberang Hati

Pelangi dihatiku
Melengkung memenuhi kalbu
Menerangi indahnya asaku
Menghapus mendung dan hujan kala itu

Hujan sepanjang waktu
Berganti dengan mentari yang terpaku
Membentuk spektum warna hatiku
Sekali lagi tercipta panggung untukku

Hari ini berganti
Mengandung makna alam yang terpatri
Angin yang terhenti
Membawa ku di seberang hati

“Resapi hatiku dengan warna…PELANGI”

10.33

Tertutup Dengan Waktu

Mendung kembali menutup mentari
Berarak turun menutup cahyanya
Angin yang tercipta
Menambah haru biru hati yang kelabu

Segenggam asa yang beranjak pergi
Membuat terbuka mata hati
Akan keinginan hati yang tergali
Kisah yang salah kali ini
Akankah tertutup dengan waktu

Berharap waktu tak hanya diam
Hingga setetes embun kembali tercipta
Dari mendung yang kelabu
Dan angin yang syahdu
Menjadi cakrawala indah dihatiku

“I see the crystal raindrops fall…”

10.34

Bukan Hanya Sekedar Waktu

Menatap indahnya mata hatimu
Membuatku mengerti makna harfiah dirimu
Langkah kaki dengan bayanganmu
Jadikan kau slalu hadir dalam jiwaku

Ku ingin kau slalu teryakini
Bahwa waktu tak kan terhenti
Karena akhirnya ku temukan lagi
Kembali berlabuh dalam dermaga hati

Milikilah aku lebih…
Jangan pernah lelah melangkah
Bukan hanya sekedar waktu
Karena sungguh ku tak mampu
Melepaskanmu…

“Six ‘n half, Happy anniversary my hero…”

10.35

Dibatas Asaku

Menahan hati yang makin membelenggu
Mencoba untuk melanjutkan asaku
Berjalan untuk terus melangkah
Melepasmu melambung menjauh

Kita tinggalkan hayalan ini
Karena hati selalu tersakiti
Sukma yang melayang pergi
Terhempas angin membawa hati

Waktu yang tersisa untuk menjaga hati
Waktu yang sesaat memiliki
Waktu yang hanya sejenak ini
Dibatas asaku hanya inginkan kau terbaik

Tak bisa menjaga cinta
Walau sesungguhnya kita bisa
Peluk rasaku untuk terakhir kali
Simpan semua rasa dalam lubuk hati

Tak bisa menjaga mimpi
Yang membawa hati ini
Tuk lalui waktu yang tersisa
Sampai di suatu akhir napas kita

“Habis semua rasa dibatas itu…”

10.39

Sempat Ku Layani Hatimu

Mencari makna dalam kisah
Menjulang tinggi bersama mega
Mengibarkan sayap menerjang angkasa
Mendung yang akan datang
Menyelimuti kalbu jiwa
Terbang bersamamu akan ku rindu

Sempat kita bermimpi
Mengirup pagi setiap hari
Menikmati malam setiap saat
Menggenggam dunia dengan sederhana
Tanpa terbatas janji yang takkan dikhianati

Saat ku layani hatimu
Itulah kesempatan terakhirku
Untuk merasakan hati kembali
Sebelum memutuskan hati ini
Terikat suatu janji suci yang hanya sekali

“Sempat Kulayani Hatimu…”

10.37

Terdiam

Terdiam ku disudut bangku
Melihat aura indah di wajahmu
Membuat hati ini terpaku
Tak ku mengerti arti bahasamu

Kenapa hanya menatapku seperti itu
Ku terdiam dan menunggu
Untukmu hanya sekedar menyapaku

“Lagi iseng saja saat makan siang…”

10.40

Ketika Cinta Itu Penyesalan

ketika cinta sebuah penyesalan
Dalam menjalani cinta ini
waktu yang lama semakin meyakiyi hati
bahwa kita tak akan bersatu

Dalam cinta ini kita terus menyakiti
Dalam cinta ini kita terus membelenggu
Aku mencintai mu, aku menginginkamu
tapi terkadang tersirat suatu penyesalan

Menyesal dan ingin ku akhiri kisah ini
Kisah yang diwali dengan indah
kisah yang tak menyakiti
tetapi terbersit keraguan akan kisah ini

aku sadari kau pun merasa yang kurasa
apakah kau terpaksa menjalani kisah ini
keterpaksaan cinta ini akan kah berakhir indah
atau kan menjadi suatu musibah

Tuhan beri petunjuk akan semua ini
Deru ragu dalam dada terus membiru
disaat jalan menuju satu semakin mendekat
Apakah aku harus lari, atau aku terima dengan terpaksa

"penggalan kisah sahabat "

10.40

Di Batas Senja

Senja di sebuah kisah
Menyapu raga yang pasrah
Mentari yang mengintip pergi
Memberikan nuansa rindu menanti

Angin senja ikut mengiring
Menjelma menjadi malam gemintang
Melepas hangatnya pancaran media dunia ini
Pengisi sisi hati yang terganti

Lembayung senja mulai tampak
Burung-burung pun menari untuk kembali
Coba tuk melepas tarian yang sejenak
Dan kau pun harus pergi

“Biarkan semua wajar adanya…”

10.41

Pertanda Alam

Matahari sudah pulang ke peraduan
Membawa angin senja pancaroba
Mengetuk malam untuk mengganti
Hati yang akan terbagi

Tak bisa kubayangkan
Bagaimana alam bisa berganti
Apakah memang harus berbagi
Atukah sebuah takdir Ilahi

Setiap hari di suatu senja
Matahari menutup kecupan mesra
Pertanda datang sempurnanya bulan
Ku tau alam memberi ku bahasa

“Senja yang takkan pernah berubah…”

10.43

Mengartikan Dirimu

Badai hati yang dilalui
Takkan menghancurkan bumi hati
Janji yang ternodai
Takkan menghancurkan sejuta mimpi

Runtutan kisah lalu
Bercampur deru ego dan lautan emosi
Menghentikan waktu
Berbalut terpejamnya mata hati

Kita sandarkan sejenak kisah ini
Hanya untuk mengerti arti mimpi
Jiwa yang pergi
Membawa hati yang membara kini

Akhirnya ku temukan
Mimpi tentangmu tidak bertepi
Coba mengartikan dirimu
Yang meneduhkan hati

“Butuh bahasa untuk mengartikannya…”

17.20

Biduk Setengah Hati

Hambar rasa jiwa ini
Menahan sanubari terperih
Mengubur asa melaknati mimpi
Bertarung dengan gejolak logika

Angin yang menghempaskan arah
Menjadi tidak terkendali
Bermain dengan mata perasaan
Menjadi jiwa tak pasti

Biduk setengah hati
Merobek perasaan dengan tajamnya kesetiaan
Menghunus pedang dalam kelembutan
Membunuh hati secara perlahan

“Desiran angin tidak bisa digantikan…”

10.45

Elegi Dua Hati

Kepak sayap peri kecil
Menari dan bernyanyi diawan memanggil
Menari cinta di dalam hati
Berdansa dengan asa dalam waktu

Sebuah senyum termanis telah kaupersembahkan
Sebuah ketulusan hati telah kauberikan
Elegi dua hati
Menjadi oais dalam gurun jiwaku

Bulir gerimis jatuh satu-satu
Menembus pelan dalam sanubari
Bagai gerimis kau hujaniku
Dengan Cinta dan kasih sayang tak terperi

Aku, kamu dan kita
Adalah sebuah cerita
Memberi makna dalam kata
Memadu kasih dalam cinta

"Thank's for my love "

10.44

Tentang Kau, Aku Dan Kita

Deru angin di pundak-pundak
Pada harum subur belantara
pada hati kutuluskan yang tersuci
akan sebuah arti di hati

Kala mentari mulai menggeliat
berlari menuju ke peraduan
Lembayung senja terlihat manja
Memberi suatu nuansa tak terkira

Rasa hati bergetar bersama angin
menikmat rasa bergetar di sukma
Tentang kau, aku dan kita
tentang kebimbangan akan cinta

Kau begitu mencintai ku
Kau begitu menyayangi ku
Dengan setangkup cinta kau persembahkan
Aku kan terus ada dan bertahan
Memberi kau cinta dan setia

" For my sweat angel... i love u"

Warna Dalam Sejumput Rasa

Sejuknya pagi menyapu diri
Membentengi kepenatan senja sebelumnya
Mencermini jiwa dengan hangatnya mentari
Merambah raga yang terhimpit rasa

Resah diri selalu menghantui
Keinginan untuk kembali ke suatu hari
Tapi entah mengapa tak teryakini
Berbisik dalam setiap rongga sanubari

Angin tak juga berubah
Tetap berhembus dan membelai mesra
Membawa sukma yang selalu terdiam
Berdiri dengan kekuatan hati

Akankah angin selalu menemani
Dengan taburan mimpi yang teringini
Bercanda dengan khayalan tinggi
Dan mengkonyolkan kata hati

Warna dalam sejumput rasa
Tersisa hingga detik waktu berlalu
Sampai angin mengerti
Bagaimana cara untuk terbang

“Spread your wings and prepare to fly”

Angin Untuk Bidadari

Angin adalah suatu pertanda Pencipta
Angin memberi pancaran surya dengan segumpal hati
Angin memberikan senja dengan lembayung cakrawala
Angin memberi temaram malam dengan dinginnya hembusan

Angin yang mengantarkan mega untuk memberi gerimis
Angin yang menggiring mendung menjadi hujan
Angin yang mengibarkan dedaunan agar berguguran
Semilir angin yang melambungkan diri ke alam mimpi

Angin salah mengoreskan tanda
Angin meniupkan kehangatan di kala mendung berkabut
Angin memberikan dingin saat mentari bergelayut
Sehingga angin memberi rasa sakit untuk sebagian diri

Angin telah meniupkan kehangatan untuk dinginnya hati
Angin telah meresapi diri dengan keteguhan hati
Dan hembusannya telah membawa sang embun kembali
Angin telah mengajarkan untuk bertahan di musim ini

“I’m flying without wind…”

Ku Tak Ingin Berlari Dari Rasa Yang Harus Ku Batasi

Bergumul dengan kegetiran sanubari
Menguasai keadaan mata hati
Akan kemolekan sentuhan kesenyapan diri
Membawa keindahan buaian fatamorgana

Sesak aku didunia maya
Yang berbisik dari sudut mata
Membawa detik ragu akan waktu
Terjaga dalam ingatan dunia nyata
Saat ku tertidur dengan mimpi sempurna

Bangunkan ku sayang
Dari semua mimpi yang tlah teraba
Saat ku akan tenggelam dalam kegelapanku
Agar ku tak lari dari rasa yang harus ku batasi
Saat kau menawarkan sisa cinta dalam rasa

“For my EA gle…Wake me up beib…”

Karena Ku Tak Tau Apa-Apa

Cempaka merah bergelanyut manja
Menyapa anugrah yang memancari sinar
Hati yang rindu tak ingin diganggu
Menambah kepenatan jiwa yang beku

Kau katakan kau rindu
Tapi kemana arah anginmu kau tuju
Bukan kearah hati yang kutunggu
Tapi berpaling keketerpakasaan itu

Kenapa tidak kau beri bulan semuanya
Kenapa harus kau bagi denganku juga
Tak teringini tetapi selalu ada
Dan untukku,
Tak selalu ada tapi teringini
Entah bagaimana rasa ini terbaca
Karena ku tak tau apa-apa

“Terbaca dengan keanehan…”

Impian Yang Teringini

Ku gelitik hatimu dengan cintaku
Kau berikan pijar itu pertanda setuju
Kutelusuri seluruh jiwamu
Dengan sukma yang menggebu

Resah hati tak juga mengubur diri
Tak bisa kembali hanya bisa mengabdi
Pada segumpal rasa yang tak terpenuhi
Dengan sejuta asa yang tersingkir pasti

Maafkan aku saying…
Tak bisa kubohongi hati ini
Tak dapat kutahan lagi gejolak ini
Yang menggebu menginginkanmu
Bersandar hanya padaku

Tetap saja kan ku buka genggaman tanganku
Untuk dapat melihatmu bersinar terang
Dengan dua buah purnama
Yang akan mengantarkanku terbang
Bersama dua buah surya

Aku, kamu dan mereka
Bersama kita rajut impian yang kita tertawakan
Dengan kisah sederhana yang hanya kita yang punya
Impian yang teringini dengan gejolak hasrat
Yang tersimpan rapi

“impianku ada bersamamu…”

Adakah Guna Kegilaan Ini

Merajam asa merombak inginku
Menggauli setiap sudut hati
Beserta kepingan jiwa menjamu diri
Berhiaskan makna kepakan rasa

Berdiri dengan kegilaan sukma
Melawan arus berbagi sisa
Merantai serpihan yang berserakan
Menjadi satu harfiah dalam raga

Hati yang berteriak meradang
Menggungkap kebodohan yang hadir
Ditengah kegetiran dan kamuflase
Meranggas memenuhi setiap logika

Kebohongan yang menyelimuti kehadiran
Kehadiran untuk menutupi kebohongan
Mengunci kejujuran dalam kesetiaan
Dalam onggokan diri yang berbisik lantang
Adakah guna kegilaan ini??
Bila tidak mengapa kita mencoba menikmati

“We’re always crazy like that…”

Permintaan Sederhana

Angin menghempas pagi dengan sebuah kecupan
Menemani mentari yang tertutup kabut
Tendengar sapa mesra dari sang bulan
Yang telah beranjak dari tahta sejati

Embun sudah mulai menetes
Menyejukkan indera jiwa
Merona memancarkan pijaran api
Memberi aroma kenikmatan yang menggila

Serpihan hati yang telah tersusun
Membentuk rangkaian gelora
Membenamkan jiwa dalam samudra
Membawa celoteh hati yang tak beranjak

Permintaan sederhana dalam permohonan
Agar semesta ini cepat berputar
Memberi jawaban akan misteri
Mengenai angin dan tetesan embun

“Kisah salah di sisa hati…”

Tak Ingin Menikmati

Pelangi ku itu sudah menjadi kelabu
Pelangi dihatiku telah pergi pagi tadi
Angin tak lagi kepakan sayapku
Bersama mimpi dia pergi sendiri

Mentari esok tak lagi ceria
Senja selanjutnya akan terasa hambar
Sulit memahami hati
Tak ingin menikmati lagi
Hari-hari di kota ini

“This story is tearing me apart”

Diseberang Hati

Pelangi dihatiku
Melengkung memenuhi kalbu
Menerangi indahnya asaku
Menghapus mendung dan hujan kala itu

Hujan sepanjang waktu
Berganti dengan mentari yang terpaku
Membentuk spektum warna hatiku
Sekali lagi tercipta panggung untukku

Hari ini berganti
Mengandung makna alam yang terpatri
Angin yang terhenti
Membawa ku di seberang hati

“Resapi hatiku dengan warna…PELANGI”

Tertutup Dengan Waktu

Mendung kembali menutup mentari
Berarak turun menutup cahyanya
Angin yang tercipta
Menambah haru biru hati yang kelabu

Segenggam asa yang beranjak pergi
Membuat terbuka mata hati
Akan keinginan hati yang tergali
Kisah yang salah kali ini
Akankah tertutup dengan waktu

Berharap waktu tak hanya diam
Hingga setetes embun kembali tercipta
Dari mendung yang kelabu
Dan angin yang syahdu
Menjadi cakrawala indah dihatiku

“I see the crystal raindrops fall…”

Bukan Hanya Sekedar Waktu

Menatap indahnya mata hatimu
Membuatku mengerti makna harfiah dirimu
Langkah kaki dengan bayanganmu
Jadikan kau slalu hadir dalam jiwaku

Ku ingin kau slalu teryakini
Bahwa waktu tak kan terhenti
Karena akhirnya ku temukan lagi
Kembali berlabuh dalam dermaga hati

Milikilah aku lebih…
Jangan pernah lelah melangkah
Bukan hanya sekedar waktu
Karena sungguh ku tak mampu
Melepaskanmu…

“Six ‘n half, Happy anniversary my hero…”

Dibatas Asaku

Menahan hati yang makin membelenggu
Mencoba untuk melanjutkan asaku
Berjalan untuk terus melangkah
Melepasmu melambung menjauh

Kita tinggalkan hayalan ini
Karena hati selalu tersakiti
Sukma yang melayang pergi
Terhempas angin membawa hati

Waktu yang tersisa untuk menjaga hati
Waktu yang sesaat memiliki
Waktu yang hanya sejenak ini
Dibatas asaku hanya inginkan kau terbaik

Tak bisa menjaga cinta
Walau sesungguhnya kita bisa
Peluk rasaku untuk terakhir kali
Simpan semua rasa dalam lubuk hati

Tak bisa menjaga mimpi
Yang membawa hati ini
Tuk lalui waktu yang tersisa
Sampai di suatu akhir napas kita

“Habis semua rasa dibatas itu…”

Sempat Ku Layani Hatimu

Mencari makna dalam kisah
Menjulang tinggi bersama mega
Mengibarkan sayap menerjang angkasa
Mendung yang akan datang
Menyelimuti kalbu jiwa
Terbang bersamamu akan ku rindu

Sempat kita bermimpi
Mengirup pagi setiap hari
Menikmati malam setiap saat
Menggenggam dunia dengan sederhana
Tanpa terbatas janji yang takkan dikhianati

Saat ku layani hatimu
Itulah kesempatan terakhirku
Untuk merasakan hati kembali
Sebelum memutuskan hati ini
Terikat suatu janji suci yang hanya sekali

“Sempat Kulayani Hatimu…”

Terdiam

Terdiam ku disudut bangku
Melihat aura indah di wajahmu
Membuat hati ini terpaku
Tak ku mengerti arti bahasamu

Kenapa hanya menatapku seperti itu
Ku terdiam dan menunggu
Untukmu hanya sekedar menyapaku

“Lagi iseng saja saat makan siang…”

Ketika Cinta Itu Penyesalan

ketika cinta sebuah penyesalan
Dalam menjalani cinta ini
waktu yang lama semakin meyakiyi hati
bahwa kita tak akan bersatu

Dalam cinta ini kita terus menyakiti
Dalam cinta ini kita terus membelenggu
Aku mencintai mu, aku menginginkamu
tapi terkadang tersirat suatu penyesalan

Menyesal dan ingin ku akhiri kisah ini
Kisah yang diwali dengan indah
kisah yang tak menyakiti
tetapi terbersit keraguan akan kisah ini

aku sadari kau pun merasa yang kurasa
apakah kau terpaksa menjalani kisah ini
keterpaksaan cinta ini akan kah berakhir indah
atau kan menjadi suatu musibah

Tuhan beri petunjuk akan semua ini
Deru ragu dalam dada terus membiru
disaat jalan menuju satu semakin mendekat
Apakah aku harus lari, atau aku terima dengan terpaksa

"penggalan kisah sahabat "

Di Batas Senja

Senja di sebuah kisah
Menyapu raga yang pasrah
Mentari yang mengintip pergi
Memberikan nuansa rindu menanti

Angin senja ikut mengiring
Menjelma menjadi malam gemintang
Melepas hangatnya pancaran media dunia ini
Pengisi sisi hati yang terganti

Lembayung senja mulai tampak
Burung-burung pun menari untuk kembali
Coba tuk melepas tarian yang sejenak
Dan kau pun harus pergi

“Biarkan semua wajar adanya…”

Pertanda Alam

Matahari sudah pulang ke peraduan
Membawa angin senja pancaroba
Mengetuk malam untuk mengganti
Hati yang akan terbagi

Tak bisa kubayangkan
Bagaimana alam bisa berganti
Apakah memang harus berbagi
Atukah sebuah takdir Ilahi

Setiap hari di suatu senja
Matahari menutup kecupan mesra
Pertanda datang sempurnanya bulan
Ku tau alam memberi ku bahasa

“Senja yang takkan pernah berubah…”

Mengartikan Dirimu

Badai hati yang dilalui
Takkan menghancurkan bumi hati
Janji yang ternodai
Takkan menghancurkan sejuta mimpi

Runtutan kisah lalu
Bercampur deru ego dan lautan emosi
Menghentikan waktu
Berbalut terpejamnya mata hati

Kita sandarkan sejenak kisah ini
Hanya untuk mengerti arti mimpi
Jiwa yang pergi
Membawa hati yang membara kini

Akhirnya ku temukan
Mimpi tentangmu tidak bertepi
Coba mengartikan dirimu
Yang meneduhkan hati

“Butuh bahasa untuk mengartikannya…”

Biduk Setengah Hati

Hambar rasa jiwa ini
Menahan sanubari terperih
Mengubur asa melaknati mimpi
Bertarung dengan gejolak logika

Angin yang menghempaskan arah
Menjadi tidak terkendali
Bermain dengan mata perasaan
Menjadi jiwa tak pasti

Biduk setengah hati
Merobek perasaan dengan tajamnya kesetiaan
Menghunus pedang dalam kelembutan
Membunuh hati secara perlahan

“Desiran angin tidak bisa digantikan…”

Elegi Dua Hati

Kepak sayap peri kecil
Menari dan bernyanyi diawan memanggil
Menari cinta di dalam hati
Berdansa dengan asa dalam waktu

Sebuah senyum termanis telah kaupersembahkan
Sebuah ketulusan hati telah kauberikan
Elegi dua hati
Menjadi oais dalam gurun jiwaku

Bulir gerimis jatuh satu-satu
Menembus pelan dalam sanubari
Bagai gerimis kau hujaniku
Dengan Cinta dan kasih sayang tak terperi

Aku, kamu dan kita
Adalah sebuah cerita
Memberi makna dalam kata
Memadu kasih dalam cinta

"Thank's for my love "

Tentang Kau, Aku Dan Kita

Deru angin di pundak-pundak
Pada harum subur belantara
pada hati kutuluskan yang tersuci
akan sebuah arti di hati

Kala mentari mulai menggeliat
berlari menuju ke peraduan
Lembayung senja terlihat manja
Memberi suatu nuansa tak terkira

Rasa hati bergetar bersama angin
menikmat rasa bergetar di sukma
Tentang kau, aku dan kita
tentang kebimbangan akan cinta

Kau begitu mencintai ku
Kau begitu menyayangi ku
Dengan setangkup cinta kau persembahkan
Aku kan terus ada dan bertahan
Memberi kau cinta dan setia

" For my sweat angel... i love u"