10.57

Tears (Dropfall)

Semoga saya tidak merindukan setiap detik ini
Saya hanya sedang mencoba
Bukan lagi menikmati tetapi melupakan
Setiap detik ini agar nanti tidak membayangi

Saya tidak harus lagi hadir
Sebagai seorang penyemangat
Sebagai pelembut suatu kejenuhan
Maupun sebagai penenang hati yang membeku

Saya masih manusia biasa
Yang tidak kuasa membayangkan
Angin menikmati setiap sudut gemolek bulan
Yang membawa nikmatnya dunia
Sulit menerima tapi harus diikhlaskan

Saya sudah memaafkan
Tidak perlu disalahkan dan menyalahkan
Takdir sudah terukir
Terbanglah tinggi ke negeri di awan

Dengan segenap hati ini
Saya memohon mengundurkan diri
Terima kasih telah memberi saya kesempatan

Saya ikut berbahagia
Semoga di beri keluarga yang sakinan
Dan tambahan rejeki

AMIEN

10.58

Warna Dalam Sejumput Rasa

Sejuknya pagi menyapu diri
Membentengi kepenatan senja sebelumnya
Mencermini jiwa dengan hangatnya mentari
Merambah raga yang terhimpit rasa

Resah diri selalu menghantui
Keinginan untuk kembali ke suatu hari
Tapi entah mengapa tak teryakini
Berbisik dalam setiap rongga sanubari

Angin tak juga berubah
Tetap berhembus dan membelai mesra
Membawa sukma yang selalu terdiam
Berdiri dengan kekuatan hati

Akankah angin selalu menemani
Dengan taburan mimpi yang teringini
Bercanda dengan khayalan tinggi
Dan mengkonyolkan kata hati

Warna dalam sejumput rasa
Tersisa hingga detik waktu berlalu
Sampai angin mengerti
Bagaimana cara untuk terbang

“Spread your wings and prepare to fly”

10.30

Angin Untuk Bidadari

Angin adalah suatu pertanda Pencipta
Angin memberi pancaran surya dengan segumpal hati
Angin memberikan senja dengan lembayung cakrawala
Angin memberi temaram malam dengan dinginnya hembusan

Angin yang mengantarkan mega untuk memberi gerimis
Angin yang menggiring mendung menjadi hujan
Angin yang mengibarkan dedaunan agar berguguran
Semilir angin yang melambungkan diri ke alam mimpi

Angin salah mengoreskan tanda
Angin meniupkan kehangatan di kala mendung berkabut
Angin memberikan dingin saat mentari bergelayut
Sehingga angin memberi rasa sakit untuk sebagian diri

Angin telah meniupkan kehangatan untuk dinginnya hati
Angin telah meresapi diri dengan keteguhan hati
Dan hembusannya telah membawa sang embun kembali
Angin telah mengajarkan untuk bertahan di musim ini

“I’m flying without wind…”

10.25

Ku Tak Ingin Berlari Dari Rasa Yang Harus Ku Batasi

Bergumul dengan kegetiran sanubari
Menguasai keadaan mata hati
Akan kemolekan sentuhan kesenyapan diri
Membawa keindahan buaian fatamorgana

Sesak aku didunia maya
Yang berbisik dari sudut mata
Membawa detik ragu akan waktu
Terjaga dalam ingatan dunia nyata
Saat ku tertidur dengan mimpi sempurna

Bangunkan ku sayang
Dari semua mimpi yang tlah teraba
Saat ku akan tenggelam dalam kegelapanku
Agar ku tak lari dari rasa yang harus ku batasi
Saat kau menawarkan sisa cinta dalam rasa

“For my EA gle…Wake me up beib…”

10.20

Karena Ku Tak Tau Apa-Apa

Cempaka merah bergelanyut manja
Menyapa anugrah yang memancari sinar
Hati yang rindu tak ingin diganggu
Menambah kepenatan jiwa yang beku

Kau katakan kau rindu
Tapi kemana arah anginmu kau tuju
Bukan kearah hati yang kutunggu
Tapi berpaling keketerpakasaan itu

Kenapa tidak kau beri bulan semuanya
Kenapa harus kau bagi denganku juga
Tak teringini tetapi selalu ada
Dan untukku,
Tak selalu ada tapi teringini
Entah bagaimana rasa ini terbaca
Karena ku tak tau apa-apa

“Terbaca dengan keanehan…”

11.00

Impian Yang Teringini

Ku gelitik hatimu dengan cintaku
Kau berikan pijar itu pertanda setuju
Kutelusuri seluruh jiwamu
Dengan sukma yang menggebu

Resah hati tak juga mengubur diri
Tak bisa kembali hanya bisa mengabdi
Pada segumpal rasa yang tak terpenuhi
Dengan sejuta asa yang tersingkir pasti

Maafkan aku saying…
Tak bisa kubohongi hati ini
Tak dapat kutahan lagi gejolak ini
Yang menggebu menginginkanmu
Bersandar hanya padaku

Tetap saja kan ku buka genggaman tanganku
Untuk dapat melihatmu bersinar terang
Dengan dua buah purnama
Yang akan mengantarkanku terbang
Bersama dua buah surya

Aku, kamu dan mereka
Bersama kita rajut impian yang kita tertawakan
Dengan kisah sederhana yang hanya kita yang punya
Impian yang teringini dengan gejolak hasrat
Yang tersimpan rapi

“impianku ada bersamamu…”

10.26

Adakah Guna Kegilaan Ini

Merajam asa merombak inginku
Menggauli setiap sudut hati
Beserta kepingan jiwa menjamu diri
Berhiaskan makna kepakan rasa

Berdiri dengan kegilaan sukma
Melawan arus berbagi sisa
Merantai serpihan yang berserakan
Menjadi satu harfiah dalam raga

Hati yang berteriak meradang
Menggungkap kebodohan yang hadir
Ditengah kegetiran dan kamuflase
Meranggas memenuhi setiap logika

Kebohongan yang menyelimuti kehadiran
Kehadiran untuk menutupi kebohongan
Mengunci kejujuran dalam kesetiaan
Dalam onggokan diri yang berbisik lantang
Adakah guna kegilaan ini??
Bila tidak mengapa kita mencoba menikmati

“We’re always crazy like that…”

10.27

Permintaan Sederhana

Angin menghempas pagi dengan sebuah kecupan
Menemani mentari yang tertutup kabut
Tendengar sapa mesra dari sang bulan
Yang telah beranjak dari tahta sejati

Embun sudah mulai menetes
Menyejukkan indera jiwa
Merona memancarkan pijaran api
Memberi aroma kenikmatan yang menggila

Serpihan hati yang telah tersusun
Membentuk rangkaian gelora
Membenamkan jiwa dalam samudra
Membawa celoteh hati yang tak beranjak

Permintaan sederhana dalam permohonan
Agar semesta ini cepat berputar
Memberi jawaban akan misteri
Mengenai angin dan tetesan embun

“Kisah salah di sisa hati…”

10.31

Tak Ingin Menikmati

Pelangi ku itu sudah menjadi kelabu
Pelangi dihatiku telah pergi pagi tadi
Angin tak lagi kepakan sayapku
Bersama mimpi dia pergi sendiri

Mentari esok tak lagi ceria
Senja selanjutnya akan terasa hambar
Sulit memahami hati
Tak ingin menikmati lagi
Hari-hari di kota ini

“This story is tearing me apart”

10.33

Diseberang Hati

Pelangi dihatiku
Melengkung memenuhi kalbu
Menerangi indahnya asaku
Menghapus mendung dan hujan kala itu

Hujan sepanjang waktu
Berganti dengan mentari yang terpaku
Membentuk spektum warna hatiku
Sekali lagi tercipta panggung untukku

Hari ini berganti
Mengandung makna alam yang terpatri
Angin yang terhenti
Membawa ku di seberang hati

“Resapi hatiku dengan warna…PELANGI”

10.33

Tertutup Dengan Waktu

Mendung kembali menutup mentari
Berarak turun menutup cahyanya
Angin yang tercipta
Menambah haru biru hati yang kelabu

Segenggam asa yang beranjak pergi
Membuat terbuka mata hati
Akan keinginan hati yang tergali
Kisah yang salah kali ini
Akankah tertutup dengan waktu

Berharap waktu tak hanya diam
Hingga setetes embun kembali tercipta
Dari mendung yang kelabu
Dan angin yang syahdu
Menjadi cakrawala indah dihatiku

“I see the crystal raindrops fall…”

10.34

Bukan Hanya Sekedar Waktu

Menatap indahnya mata hatimu
Membuatku mengerti makna harfiah dirimu
Langkah kaki dengan bayanganmu
Jadikan kau slalu hadir dalam jiwaku

Ku ingin kau slalu teryakini
Bahwa waktu tak kan terhenti
Karena akhirnya ku temukan lagi
Kembali berlabuh dalam dermaga hati

Milikilah aku lebih…
Jangan pernah lelah melangkah
Bukan hanya sekedar waktu
Karena sungguh ku tak mampu
Melepaskanmu…

“Six ‘n half, Happy anniversary my hero…”

10.35

Dibatas Asaku

Menahan hati yang makin membelenggu
Mencoba untuk melanjutkan asaku
Berjalan untuk terus melangkah
Melepasmu melambung menjauh

Kita tinggalkan hayalan ini
Karena hati selalu tersakiti
Sukma yang melayang pergi
Terhempas angin membawa hati

Waktu yang tersisa untuk menjaga hati
Waktu yang sesaat memiliki
Waktu yang hanya sejenak ini
Dibatas asaku hanya inginkan kau terbaik

Tak bisa menjaga cinta
Walau sesungguhnya kita bisa
Peluk rasaku untuk terakhir kali
Simpan semua rasa dalam lubuk hati

Tak bisa menjaga mimpi
Yang membawa hati ini
Tuk lalui waktu yang tersisa
Sampai di suatu akhir napas kita

“Habis semua rasa dibatas itu…”

10.39

Sempat Ku Layani Hatimu

Mencari makna dalam kisah
Menjulang tinggi bersama mega
Mengibarkan sayap menerjang angkasa
Mendung yang akan datang
Menyelimuti kalbu jiwa
Terbang bersamamu akan ku rindu

Sempat kita bermimpi
Mengirup pagi setiap hari
Menikmati malam setiap saat
Menggenggam dunia dengan sederhana
Tanpa terbatas janji yang takkan dikhianati

Saat ku layani hatimu
Itulah kesempatan terakhirku
Untuk merasakan hati kembali
Sebelum memutuskan hati ini
Terikat suatu janji suci yang hanya sekali

“Sempat Kulayani Hatimu…”

10.37

Terdiam

Terdiam ku disudut bangku
Melihat aura indah di wajahmu
Membuat hati ini terpaku
Tak ku mengerti arti bahasamu

Kenapa hanya menatapku seperti itu
Ku terdiam dan menunggu
Untukmu hanya sekedar menyapaku

“Lagi iseng saja saat makan siang…”

10.40

Ketika Cinta Itu Penyesalan

ketika cinta sebuah penyesalan
Dalam menjalani cinta ini
waktu yang lama semakin meyakiyi hati
bahwa kita tak akan bersatu

Dalam cinta ini kita terus menyakiti
Dalam cinta ini kita terus membelenggu
Aku mencintai mu, aku menginginkamu
tapi terkadang tersirat suatu penyesalan

Menyesal dan ingin ku akhiri kisah ini
Kisah yang diwali dengan indah
kisah yang tak menyakiti
tetapi terbersit keraguan akan kisah ini

aku sadari kau pun merasa yang kurasa
apakah kau terpaksa menjalani kisah ini
keterpaksaan cinta ini akan kah berakhir indah
atau kan menjadi suatu musibah

Tuhan beri petunjuk akan semua ini
Deru ragu dalam dada terus membiru
disaat jalan menuju satu semakin mendekat
Apakah aku harus lari, atau aku terima dengan terpaksa

"penggalan kisah sahabat "

10.40

Di Batas Senja

Senja di sebuah kisah
Menyapu raga yang pasrah
Mentari yang mengintip pergi
Memberikan nuansa rindu menanti

Angin senja ikut mengiring
Menjelma menjadi malam gemintang
Melepas hangatnya pancaran media dunia ini
Pengisi sisi hati yang terganti

Lembayung senja mulai tampak
Burung-burung pun menari untuk kembali
Coba tuk melepas tarian yang sejenak
Dan kau pun harus pergi

“Biarkan semua wajar adanya…”

10.41

Pertanda Alam

Matahari sudah pulang ke peraduan
Membawa angin senja pancaroba
Mengetuk malam untuk mengganti
Hati yang akan terbagi

Tak bisa kubayangkan
Bagaimana alam bisa berganti
Apakah memang harus berbagi
Atukah sebuah takdir Ilahi

Setiap hari di suatu senja
Matahari menutup kecupan mesra
Pertanda datang sempurnanya bulan
Ku tau alam memberi ku bahasa

“Senja yang takkan pernah berubah…”

10.43

Mengartikan Dirimu

Badai hati yang dilalui
Takkan menghancurkan bumi hati
Janji yang ternodai
Takkan menghancurkan sejuta mimpi

Runtutan kisah lalu
Bercampur deru ego dan lautan emosi
Menghentikan waktu
Berbalut terpejamnya mata hati

Kita sandarkan sejenak kisah ini
Hanya untuk mengerti arti mimpi
Jiwa yang pergi
Membawa hati yang membara kini

Akhirnya ku temukan
Mimpi tentangmu tidak bertepi
Coba mengartikan dirimu
Yang meneduhkan hati

“Butuh bahasa untuk mengartikannya…”

17.20

Biduk Setengah Hati

Hambar rasa jiwa ini
Menahan sanubari terperih
Mengubur asa melaknati mimpi
Bertarung dengan gejolak logika

Angin yang menghempaskan arah
Menjadi tidak terkendali
Bermain dengan mata perasaan
Menjadi jiwa tak pasti

Biduk setengah hati
Merobek perasaan dengan tajamnya kesetiaan
Menghunus pedang dalam kelembutan
Membunuh hati secara perlahan

“Desiran angin tidak bisa digantikan…”

10.45

Elegi Dua Hati

Kepak sayap peri kecil
Menari dan bernyanyi diawan memanggil
Menari cinta di dalam hati
Berdansa dengan asa dalam waktu

Sebuah senyum termanis telah kaupersembahkan
Sebuah ketulusan hati telah kauberikan
Elegi dua hati
Menjadi oais dalam gurun jiwaku

Bulir gerimis jatuh satu-satu
Menembus pelan dalam sanubari
Bagai gerimis kau hujaniku
Dengan Cinta dan kasih sayang tak terperi

Aku, kamu dan kita
Adalah sebuah cerita
Memberi makna dalam kata
Memadu kasih dalam cinta

"Thank's for my love "

10.44

Tentang Kau, Aku Dan Kita

Deru angin di pundak-pundak
Pada harum subur belantara
pada hati kutuluskan yang tersuci
akan sebuah arti di hati

Kala mentari mulai menggeliat
berlari menuju ke peraduan
Lembayung senja terlihat manja
Memberi suatu nuansa tak terkira

Rasa hati bergetar bersama angin
menikmat rasa bergetar di sukma
Tentang kau, aku dan kita
tentang kebimbangan akan cinta

Kau begitu mencintai ku
Kau begitu menyayangi ku
Dengan setangkup cinta kau persembahkan
Aku kan terus ada dan bertahan
Memberi kau cinta dan setia

" For my sweat angel... i love u"

17.20

Menikmati Pagi

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terima kasih Tuhan
Waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
Kan ku nikmati dengan kerendahan

" Thank's god For the time.. "

17.19

Mengenangmu

Mungkin hanya engkau yang tau
Kenapa saat ini aku masih sendiri
Kesetiaan yang pernah kau ajarkan
Takkan pernah terbakar waktu

Hanya aku pun yang tau
Kenapa saat ini kau pun masih sendiri
Kelembutan hati yang terpancar
Takkan terkikis jaman

Bila saja waktu itu bisa ku putar
Saat kau tak terlihat lagi
Ku ingin selalu menunggumu
Air mata ini takkan pernah letih
Mengenangmu…

“I’ll flying to your heart…”

17.18

Cinta Itu Logika

Hanya cinta yang bisa menghancurkan dendam
Hanya cinta yang bisa menghilangkan benci
Saat semua harus diakhiri
Saat impian terhempas karang yang dalam

Kadang dewa takdir tidak lagi meminta
Dua hati menjadi sebuah cerita
Waktu yang panjang seolah tidak berguna
Hanya rangkaian asa sia-sia

Ku mengerti arti semua
Bahwa hidup harus lebih dewasa
Cinta itu penuh logika
Tak seharusnya ada murka

“Cinta akan selalu indah…”

17.17

Menjemput Mimpi

Jarak yang membentang
Bukan penghalang bagi hati untuk berbagi
Kejujuran hati yang dipegang
Bukan lagi sekedar keharusan yang harus dipenuhi

Tidak akan ku rasakan sentuhanmu
Tidak akan ku rasakan belaianmu
Tapi ku rasakan getaranmu pada diriku
Ku mendengarkan hembusan napasmu didekatku

walaupun ku tau kau bukan titisan dewa
kau mampu bawa ku terbang mengintari jiwa
Membangun negeri kecil di awan
dengan sepasang peri mimpi yang berlarian

jemput aku dengan sayapmu
jemput aku dengan kereta harapmu
jemput aku segera...
di suatu realita yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya

“Thank you for always be my hero”

17.17

Mencoba Menikmati Rasa

Seperti air yang menghapus jejakmu
Melewati seluruh relung kalbu
Akan bayangan semu dirimu
dalam kisah kita yang kelabu

Tidak akan ku coba melupakanmu
Dalam setiap napas jiwaku
Semua itu hanya masalah waktu
Biarkan hati kita menunggu

Kisah kali ini sangat indah
Walau langkah kita tak terarah
Mencoba menikmati rasa
Melewati satu jiwa yang terbagi tiga

“I hate to wake you up to say.....”

17.16

Angin Untuk Sayap

Aku hanya angin yang datang dan pergi..
tanpa bisa menggapaimu…
hanya sebentuk harap yang bisa aku berikan…
hanya hembusan mesra ku berikan membuat mu bahagia…

Angin bukan lah pangeran….
Angin bisa pergi dan menghilang tanpa makna….
Biarkan angin ini bebas, bebas ada dan tiada…

Disanalah tempatmu bersama sang pageran….
Biarkan disini angin menanti tanpa tepi…
Berharap tanpa jawab…
Hanya menikwati rindu yang bisa kuberikan…

mengharap Angin dapat mengepak sayap…
Menembus nirwana…
Bermimpi pergi dengan sayap yang kau miliki…
Dengan bantuan hembusan rasa sang cinta…

Biarkan angin segera menepi….
Masih disini angin sendiri…
menunggu kepak sayap memainkan Simphony…
Shimphony lagu rindu yang mewakili….

17.16

Kembaliku Ke Kota Itu

Kota ini masih seperti dulu
Semua sudut masih mengajakku
Mengingat hati yang dulu
Yang ceria seiring lagu

Hati yang dulu telah pergi
Seiring tergapainya sebuah mimpi
Kisah itu sudah terhenti
Dengan hati perih yang selalu ditangisi

Saat ku kembali kali ini
Hati itu mengajaku lagi memiliki
Sebuah janji yang terganti
Kali ini dengan realita yang belum teryakini

Ah…Sulit untuk mengerti
Semua yang terjadi kali ini
Kisah yang kita cari
Ternyata masih tertinggal disini

17.14

Kisah Yang Salah

Sebuah nama tiba-tiba terbesit
Dalam anganku saat ku menelusuri suatu dunia
Seribu persamaan yang konkrit
Apakah hanya kebetulan semata

Di suatu dunia yang fana
Kita mulai mengukir fatamorgana
Perlahan mulai nyata
Menjadi suatu realita

Kisah yang salah…
Begitu aku selalu mendesah
Seperti suatu lembayung senja
Yang tak jelas batasannya

“Ku pikir aku salah mengertimu…”

17.13

Rindu Tertinggal

Rasa hati ini rindu
Pada suatu malam di kota itu
Angin yang selalu menyapu
Seluruh jiwa ragaku

Indah sinar matanya
Seindah senandung jiwa
Memainkan seluruh hasrat rasa
Dalam suatu angan cinta

Rinduku tertinggal untuknya
Hanya pada setengah hatinya
Karena dia tak melambaikan tangannya
Saat melepasku disuatu senja

“Senja itu angin tak bersamaku”

17.12

Sang Dewi

Saat kau datang padaku
Dirimu masih membeku
Dalam dunia lalumu
Yang memberimu kenangan biru

Kau ketuk hatiku
Walau janjimu untuk tidak bersatu
Kenangan itu telah membunuhmu
Mata hati dan perasaan yang semu

Bagai sang dewi
Ku datang dengan panorama
Layaknya rintik hujan air mata
Dengan sinar matahari menjadi pelangi

Walaupun diriku tak bersayap
Percayalah....
Aku akan menbawamu terbang tinggi

“Terima kasih telah jadikanku Sang Dewi"

17.09

Dalam Renunganku

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku dalam sukma hati
Tentang kisah sampai saat ini
Saat sayap dibawa terbang tinggi

Sang dewi kali ini menangisi
Setiap langkah yang terbayangi
Sinar bulan yang menyinari
Gemerlap malam dibumi

Ku pikir aku salah mengerti
Arti hembusan angin selama ini
Dingin…dalam…tapi tak termiliki
Apakah sungguh mempunyai arti

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku pada batin ini
Akankah malam tanpa bulan sepi
Saat sayap membawa angin pergi

“Dalam renunganku, ingin corat-coret saja (hehe…)”

17.11

Akan Ku Ajarkan Kau Cara Setia

Katakan padaku kamu telah berdua
Katakan padaku siapa dia
Katakan padaku semua yang ada
Katakan padaku jangan ditunda

Bila kau memang telah berdua
Bila dia itu cinta yang ada
Bila semua itu janji setia
Bila secepat mungkin kamu berkata

Kau memang harus membuka
Karena cinta memang harus dibuka
Kepada seluruh dunia
Agar hati tidak terbagi dua

Bila engkau hanya berkata
Aku sedang menikmati dicinta
Bila engkau hanya berkata
Simpulkan saja cerita yang ada
Akan ku ajarkan kau cara setia

11.19

Angin

Angin kali ini sangat sumbang
Melukai menusuk tulang
Hembusannya menantang
Tetapi membuat diri tak tenang
Kenapa angin menjadi bimbang

Angin malam ini terasa sepi
Tanpa bulan menemani
Angin siang tadi tak berarti
Tanpa matahari menyinari
Hembusan angin akan berlari
Untuk sayap bidadari

Kenapa angin harus berbagi
Dengan bulan, matahari dan bidadari
Ah…andai angin punya satu mimpi
Hanya untuk memberi napas dibumi

Kuberikan saja angin padamu bulan
Agar malammu menjadi menawan
Kuberikan saja angin padamu matahari
Agar sinarmu tidak menyakiti
Bidadari tidak punya sayap untuk angin terbangkan
Bidadari hanya ingin menggapai angan
Bersama napas kehidupan
Bukan hanya sekedar hembusan angin

“Berhembuslah kencang bersama matahari dan bulan…..”

15.14

Tanpa Judul

Kemana hilangnya hati
Saat semuanya telah pergi
Rindu rasanya kembali
Saat hati dilarang berbagi

Dia yang selalu ada disini
Mengawasiku setiap hari
Melarang seseorang mencuri
Hati yang kumiliki

"Mungkin belum waktunya..."

11.28

Pria Tanpa Senyum

Pria itu memandangiku tanpa senyum
Dingin…Datar…Misterius…tanpa arti
Pria itu memandanAgiku tanpa senyum
Tak pernah seucap katapun terlepas dari diri
Pria itu memandangiku tanpAa senyum
Jangan hanya sekedar menakuti …

Seucap kata untukku
Memintaku jadi milikmu
Entah apa dipikiranmu
Hanya dengan memandangiku
Kau bisa katakan itu

Maaf…pria…AKu sudah tidak sendiri
Hati ini sudah sudah tidak bisa terbagi
Pintu yang kau tuju sudah ku tutupi

Apakah karena…
Setiap hari kusuguhkan padamu
Kemesraan kami yang membiru
Apakah karena…
Aku hanya bisa memintamu
Untuk sekedar memandangiku

Kemana hilangnya senyummu
Kenapa hanya hatimu yang kau sandarkan untukku
Kenapa tidak pernah ku lihat senyummu
Kenapa masih saja memandangiku dengan ekspresi itu

Sepanjang waktu selama 4 tahun
Masih dengan pandangan yang dingin
Memandangiku semesra itu
Masih tanpa senyummu…

“Kenapa dengan senyummu…”

08.11

Kisah Yang Terhenti

Selalu ada senyummu
Selalu ada bayangmu
Selalu ada hadirmu
Dalam setiap nafasku

Aku adalah bidadari kecilmu
Yang lincah mengikuti setiap mimpimu
Sampai pada setiap sudutnya
Untuk mewujudkan jadi nyata

Perjalanan yang sangat jauh
Perjalanan yang sangat indah
Mimpi kita sama tapi cara kita berbeda
Caci maki dan ego yang mengikutinya

Saat kita sama-sama bersabar
Kita masih bisa menahan
Saat kita sama-sama akan bermimpi
Kita masih bisa berdiskusi

Saat impian itu mulai tampak
Jalan kita mulai menapak
Saat keinginan mulai terukir
Arah kita menjadi tersingkir

Ah…JENUH…JENUH….
Selalu bersabar untukmu
Selalu menahan diri untukmu
Selalu mendengar caci maki untukmu
Selalu mengikuti derapan langkah untukmu
Selalu mengikuti setiap egomu
Yang tak pernah ada mimpiku disitu

Ah…JENUH…JENUH….
Cinta ini bukan milik kita
Karena cara kita berbeda
Walau waktu kita sia-sia
Tapi bukan kehidupan kita

Mimpimu sudah kita raih
Dengan segala emosi dan egois yang merebah
Asamu sudah terjamah
Dengan segala cinta kasihku yang terpasrah

Bidadari kecilku tak terganti
Dengan semua mahadewi dibumi
Bidadari kecilku selalu ada dihati
Cintaku terpatri hanya untukmu dewi
Sampai akhir nanti
Begitu ucapmu saat kisah ini terhenti

“Mimpi itu sudah terhenti…”

08.11

Kisah Yang Terhenti

Selalu ada senyummu
Selalu ada bayangmu
Selalu ada hadirmu
Dalam setiap nafasku

Aku adalah bidadari kecilmu
Yang lincah mengikuti setiap mimpimu
Sampai pada setiap sudutnya
Untuk mewujudkan jadi nyata

Perjalanan yang sangat jauh
Perjalanan yang sangat indah
Mimpi kita sama tapi cara kita berbeda
Caci maki dan ego yang mengikutinya

Saat kita sama-sama bersabar
Kita masih bisa menahan
Saat kita sama-sama akan bermimpi
Kita masih bisa berdiskusi

Saat impian itu mulai tampak
Jalan kita mulai menapak
Saat keinginan mulai terukir
Arah kita menjadi tersingkir

Ah…JENUH…JENUH….
Selalu bersabar untukmu
Selalu menahan diri untukmu
Selalu mendengar caci maki untukmu
Selalu mengikuti derapan langkah untukmu
Selalu mengikuti setiap egomu
Yang tak pernah ada mimpiku disitu

Ah…JENUH…JENUH….
Cinta ini bukan milik kita
Karena cara kita berbeda
Walau waktu kita sia-sia
Tapi bukan kehidupan kita

Mimpimu sudah kita raih
Dengan segala emosi dan egois yang merebah
Asamu sudah terjamah
Dengan segala cinta kasihku yang terpasrah

Bidadari kecilku tak terganti
Dengan semua mahadewi dibumi
Bidadari kecilku selalu ada dihati
Cintaku terpatri hanya untukmu dewi
Sampai akhir nanti
Begitu ucapmu saat kisah ini terhenti

“Mimpi itu sudah terhenti…”

09.52

Rindu Malam Di Semarang

Saat ku baui malam
ada kerinduan mendalam
Tapi aku tak tau untuk siapa
Bukan untuk kekasihku
Bukan untuk pemuja rahasiaku
Saat namamu tiba-tiba muncul
Kusadari kerinduan itu milikmu

Selalu kita lewati bau malam itu
Selalu kita lewati dinginnya malam
Selalu kita lewati rembulan dan bintang
Dengan kisah kehidupanku

Aku rindu setiap malam itu
Aku rindu melewatinya bersamamu

Terimakasih telah mengajarkanku belajar
Terima kasih telah membantuku bermimpi
Terimakasih akan menerimaku kembali
Disaat aku pulang nanti

Tetap akan ku ceritakan padamu kisahku
Bukan lagi dengan bau dan dinginnya malam
Bukan lagi dibawah temaram bulan dan bintang
Bukan lagi didunia nyata
Tetapi di dunia maya
Dibawah temaram cahaya lampu dan dinginnya AC

"Kerinduan akan setiap malam...."

00.00

aWaL DaRi SeBuaH TiTiK -NoL-

aWaL DaRi SeBuaH TiTiK -NoL-

TiTiK aWaL KeHiDuPaNKu

SaaT MiMPi JaDi KeNYaTaaN

SaaT TaNGaN BiSa MeNGGeNGGaM CiTa

SaaT TaKDiR BeRKaTa "Ya, SeKaRaNG GiLiRaNMu"

SaaT aKu HaRus MeMuTaR KeMBaLi KeHiDuPaN

Di TiTiK -NoL-

11.02

Serpihan Hati Yang Tertutup

Untaian huruf terukir manis dalam kata
Menyatukan rangkaian imajinasi yang tersirat
Dalam paduan hati dan lantunan logika
Tanpa kamuflase jingga yang menyebar dan terikat

Secarik kertas telah tertulis
Melukiskan indahnya pandangan pertama
Dalam kisah lalu yang terenggut
Dengan dekapan selusin kenangan yang tersirat

Biarlah hati terlepas dengan tawa
Menyambut seutas karunia yang sempurna
Untuk menjadikannya lagi sebuah buku
Melalui serpihan hati yang tertutup oleh salam sahabat

Terinspirasi dari : ceritanya kok jadi aneh ya…

Tears (Dropfall)

Semoga saya tidak merindukan setiap detik ini
Saya hanya sedang mencoba
Bukan lagi menikmati tetapi melupakan
Setiap detik ini agar nanti tidak membayangi

Saya tidak harus lagi hadir
Sebagai seorang penyemangat
Sebagai pelembut suatu kejenuhan
Maupun sebagai penenang hati yang membeku

Saya masih manusia biasa
Yang tidak kuasa membayangkan
Angin menikmati setiap sudut gemolek bulan
Yang membawa nikmatnya dunia
Sulit menerima tapi harus diikhlaskan

Saya sudah memaafkan
Tidak perlu disalahkan dan menyalahkan
Takdir sudah terukir
Terbanglah tinggi ke negeri di awan

Dengan segenap hati ini
Saya memohon mengundurkan diri
Terima kasih telah memberi saya kesempatan

Saya ikut berbahagia
Semoga di beri keluarga yang sakinan
Dan tambahan rejeki

AMIEN

Warna Dalam Sejumput Rasa

Sejuknya pagi menyapu diri
Membentengi kepenatan senja sebelumnya
Mencermini jiwa dengan hangatnya mentari
Merambah raga yang terhimpit rasa

Resah diri selalu menghantui
Keinginan untuk kembali ke suatu hari
Tapi entah mengapa tak teryakini
Berbisik dalam setiap rongga sanubari

Angin tak juga berubah
Tetap berhembus dan membelai mesra
Membawa sukma yang selalu terdiam
Berdiri dengan kekuatan hati

Akankah angin selalu menemani
Dengan taburan mimpi yang teringini
Bercanda dengan khayalan tinggi
Dan mengkonyolkan kata hati

Warna dalam sejumput rasa
Tersisa hingga detik waktu berlalu
Sampai angin mengerti
Bagaimana cara untuk terbang

“Spread your wings and prepare to fly”

Angin Untuk Bidadari

Angin adalah suatu pertanda Pencipta
Angin memberi pancaran surya dengan segumpal hati
Angin memberikan senja dengan lembayung cakrawala
Angin memberi temaram malam dengan dinginnya hembusan

Angin yang mengantarkan mega untuk memberi gerimis
Angin yang menggiring mendung menjadi hujan
Angin yang mengibarkan dedaunan agar berguguran
Semilir angin yang melambungkan diri ke alam mimpi

Angin salah mengoreskan tanda
Angin meniupkan kehangatan di kala mendung berkabut
Angin memberikan dingin saat mentari bergelayut
Sehingga angin memberi rasa sakit untuk sebagian diri

Angin telah meniupkan kehangatan untuk dinginnya hati
Angin telah meresapi diri dengan keteguhan hati
Dan hembusannya telah membawa sang embun kembali
Angin telah mengajarkan untuk bertahan di musim ini

“I’m flying without wind…”

Ku Tak Ingin Berlari Dari Rasa Yang Harus Ku Batasi

Bergumul dengan kegetiran sanubari
Menguasai keadaan mata hati
Akan kemolekan sentuhan kesenyapan diri
Membawa keindahan buaian fatamorgana

Sesak aku didunia maya
Yang berbisik dari sudut mata
Membawa detik ragu akan waktu
Terjaga dalam ingatan dunia nyata
Saat ku tertidur dengan mimpi sempurna

Bangunkan ku sayang
Dari semua mimpi yang tlah teraba
Saat ku akan tenggelam dalam kegelapanku
Agar ku tak lari dari rasa yang harus ku batasi
Saat kau menawarkan sisa cinta dalam rasa

“For my EA gle…Wake me up beib…”

Karena Ku Tak Tau Apa-Apa

Cempaka merah bergelanyut manja
Menyapa anugrah yang memancari sinar
Hati yang rindu tak ingin diganggu
Menambah kepenatan jiwa yang beku

Kau katakan kau rindu
Tapi kemana arah anginmu kau tuju
Bukan kearah hati yang kutunggu
Tapi berpaling keketerpakasaan itu

Kenapa tidak kau beri bulan semuanya
Kenapa harus kau bagi denganku juga
Tak teringini tetapi selalu ada
Dan untukku,
Tak selalu ada tapi teringini
Entah bagaimana rasa ini terbaca
Karena ku tak tau apa-apa

“Terbaca dengan keanehan…”

Impian Yang Teringini

Ku gelitik hatimu dengan cintaku
Kau berikan pijar itu pertanda setuju
Kutelusuri seluruh jiwamu
Dengan sukma yang menggebu

Resah hati tak juga mengubur diri
Tak bisa kembali hanya bisa mengabdi
Pada segumpal rasa yang tak terpenuhi
Dengan sejuta asa yang tersingkir pasti

Maafkan aku saying…
Tak bisa kubohongi hati ini
Tak dapat kutahan lagi gejolak ini
Yang menggebu menginginkanmu
Bersandar hanya padaku

Tetap saja kan ku buka genggaman tanganku
Untuk dapat melihatmu bersinar terang
Dengan dua buah purnama
Yang akan mengantarkanku terbang
Bersama dua buah surya

Aku, kamu dan mereka
Bersama kita rajut impian yang kita tertawakan
Dengan kisah sederhana yang hanya kita yang punya
Impian yang teringini dengan gejolak hasrat
Yang tersimpan rapi

“impianku ada bersamamu…”

Adakah Guna Kegilaan Ini

Merajam asa merombak inginku
Menggauli setiap sudut hati
Beserta kepingan jiwa menjamu diri
Berhiaskan makna kepakan rasa

Berdiri dengan kegilaan sukma
Melawan arus berbagi sisa
Merantai serpihan yang berserakan
Menjadi satu harfiah dalam raga

Hati yang berteriak meradang
Menggungkap kebodohan yang hadir
Ditengah kegetiran dan kamuflase
Meranggas memenuhi setiap logika

Kebohongan yang menyelimuti kehadiran
Kehadiran untuk menutupi kebohongan
Mengunci kejujuran dalam kesetiaan
Dalam onggokan diri yang berbisik lantang
Adakah guna kegilaan ini??
Bila tidak mengapa kita mencoba menikmati

“We’re always crazy like that…”

Permintaan Sederhana

Angin menghempas pagi dengan sebuah kecupan
Menemani mentari yang tertutup kabut
Tendengar sapa mesra dari sang bulan
Yang telah beranjak dari tahta sejati

Embun sudah mulai menetes
Menyejukkan indera jiwa
Merona memancarkan pijaran api
Memberi aroma kenikmatan yang menggila

Serpihan hati yang telah tersusun
Membentuk rangkaian gelora
Membenamkan jiwa dalam samudra
Membawa celoteh hati yang tak beranjak

Permintaan sederhana dalam permohonan
Agar semesta ini cepat berputar
Memberi jawaban akan misteri
Mengenai angin dan tetesan embun

“Kisah salah di sisa hati…”

Tak Ingin Menikmati

Pelangi ku itu sudah menjadi kelabu
Pelangi dihatiku telah pergi pagi tadi
Angin tak lagi kepakan sayapku
Bersama mimpi dia pergi sendiri

Mentari esok tak lagi ceria
Senja selanjutnya akan terasa hambar
Sulit memahami hati
Tak ingin menikmati lagi
Hari-hari di kota ini

“This story is tearing me apart”

Diseberang Hati

Pelangi dihatiku
Melengkung memenuhi kalbu
Menerangi indahnya asaku
Menghapus mendung dan hujan kala itu

Hujan sepanjang waktu
Berganti dengan mentari yang terpaku
Membentuk spektum warna hatiku
Sekali lagi tercipta panggung untukku

Hari ini berganti
Mengandung makna alam yang terpatri
Angin yang terhenti
Membawa ku di seberang hati

“Resapi hatiku dengan warna…PELANGI”

Tertutup Dengan Waktu

Mendung kembali menutup mentari
Berarak turun menutup cahyanya
Angin yang tercipta
Menambah haru biru hati yang kelabu

Segenggam asa yang beranjak pergi
Membuat terbuka mata hati
Akan keinginan hati yang tergali
Kisah yang salah kali ini
Akankah tertutup dengan waktu

Berharap waktu tak hanya diam
Hingga setetes embun kembali tercipta
Dari mendung yang kelabu
Dan angin yang syahdu
Menjadi cakrawala indah dihatiku

“I see the crystal raindrops fall…”

Bukan Hanya Sekedar Waktu

Menatap indahnya mata hatimu
Membuatku mengerti makna harfiah dirimu
Langkah kaki dengan bayanganmu
Jadikan kau slalu hadir dalam jiwaku

Ku ingin kau slalu teryakini
Bahwa waktu tak kan terhenti
Karena akhirnya ku temukan lagi
Kembali berlabuh dalam dermaga hati

Milikilah aku lebih…
Jangan pernah lelah melangkah
Bukan hanya sekedar waktu
Karena sungguh ku tak mampu
Melepaskanmu…

“Six ‘n half, Happy anniversary my hero…”

Dibatas Asaku

Menahan hati yang makin membelenggu
Mencoba untuk melanjutkan asaku
Berjalan untuk terus melangkah
Melepasmu melambung menjauh

Kita tinggalkan hayalan ini
Karena hati selalu tersakiti
Sukma yang melayang pergi
Terhempas angin membawa hati

Waktu yang tersisa untuk menjaga hati
Waktu yang sesaat memiliki
Waktu yang hanya sejenak ini
Dibatas asaku hanya inginkan kau terbaik

Tak bisa menjaga cinta
Walau sesungguhnya kita bisa
Peluk rasaku untuk terakhir kali
Simpan semua rasa dalam lubuk hati

Tak bisa menjaga mimpi
Yang membawa hati ini
Tuk lalui waktu yang tersisa
Sampai di suatu akhir napas kita

“Habis semua rasa dibatas itu…”

Sempat Ku Layani Hatimu

Mencari makna dalam kisah
Menjulang tinggi bersama mega
Mengibarkan sayap menerjang angkasa
Mendung yang akan datang
Menyelimuti kalbu jiwa
Terbang bersamamu akan ku rindu

Sempat kita bermimpi
Mengirup pagi setiap hari
Menikmati malam setiap saat
Menggenggam dunia dengan sederhana
Tanpa terbatas janji yang takkan dikhianati

Saat ku layani hatimu
Itulah kesempatan terakhirku
Untuk merasakan hati kembali
Sebelum memutuskan hati ini
Terikat suatu janji suci yang hanya sekali

“Sempat Kulayani Hatimu…”

Terdiam

Terdiam ku disudut bangku
Melihat aura indah di wajahmu
Membuat hati ini terpaku
Tak ku mengerti arti bahasamu

Kenapa hanya menatapku seperti itu
Ku terdiam dan menunggu
Untukmu hanya sekedar menyapaku

“Lagi iseng saja saat makan siang…”

Ketika Cinta Itu Penyesalan

ketika cinta sebuah penyesalan
Dalam menjalani cinta ini
waktu yang lama semakin meyakiyi hati
bahwa kita tak akan bersatu

Dalam cinta ini kita terus menyakiti
Dalam cinta ini kita terus membelenggu
Aku mencintai mu, aku menginginkamu
tapi terkadang tersirat suatu penyesalan

Menyesal dan ingin ku akhiri kisah ini
Kisah yang diwali dengan indah
kisah yang tak menyakiti
tetapi terbersit keraguan akan kisah ini

aku sadari kau pun merasa yang kurasa
apakah kau terpaksa menjalani kisah ini
keterpaksaan cinta ini akan kah berakhir indah
atau kan menjadi suatu musibah

Tuhan beri petunjuk akan semua ini
Deru ragu dalam dada terus membiru
disaat jalan menuju satu semakin mendekat
Apakah aku harus lari, atau aku terima dengan terpaksa

"penggalan kisah sahabat "

Di Batas Senja

Senja di sebuah kisah
Menyapu raga yang pasrah
Mentari yang mengintip pergi
Memberikan nuansa rindu menanti

Angin senja ikut mengiring
Menjelma menjadi malam gemintang
Melepas hangatnya pancaran media dunia ini
Pengisi sisi hati yang terganti

Lembayung senja mulai tampak
Burung-burung pun menari untuk kembali
Coba tuk melepas tarian yang sejenak
Dan kau pun harus pergi

“Biarkan semua wajar adanya…”

Pertanda Alam

Matahari sudah pulang ke peraduan
Membawa angin senja pancaroba
Mengetuk malam untuk mengganti
Hati yang akan terbagi

Tak bisa kubayangkan
Bagaimana alam bisa berganti
Apakah memang harus berbagi
Atukah sebuah takdir Ilahi

Setiap hari di suatu senja
Matahari menutup kecupan mesra
Pertanda datang sempurnanya bulan
Ku tau alam memberi ku bahasa

“Senja yang takkan pernah berubah…”

Mengartikan Dirimu

Badai hati yang dilalui
Takkan menghancurkan bumi hati
Janji yang ternodai
Takkan menghancurkan sejuta mimpi

Runtutan kisah lalu
Bercampur deru ego dan lautan emosi
Menghentikan waktu
Berbalut terpejamnya mata hati

Kita sandarkan sejenak kisah ini
Hanya untuk mengerti arti mimpi
Jiwa yang pergi
Membawa hati yang membara kini

Akhirnya ku temukan
Mimpi tentangmu tidak bertepi
Coba mengartikan dirimu
Yang meneduhkan hati

“Butuh bahasa untuk mengartikannya…”

Biduk Setengah Hati

Hambar rasa jiwa ini
Menahan sanubari terperih
Mengubur asa melaknati mimpi
Bertarung dengan gejolak logika

Angin yang menghempaskan arah
Menjadi tidak terkendali
Bermain dengan mata perasaan
Menjadi jiwa tak pasti

Biduk setengah hati
Merobek perasaan dengan tajamnya kesetiaan
Menghunus pedang dalam kelembutan
Membunuh hati secara perlahan

“Desiran angin tidak bisa digantikan…”

Elegi Dua Hati

Kepak sayap peri kecil
Menari dan bernyanyi diawan memanggil
Menari cinta di dalam hati
Berdansa dengan asa dalam waktu

Sebuah senyum termanis telah kaupersembahkan
Sebuah ketulusan hati telah kauberikan
Elegi dua hati
Menjadi oais dalam gurun jiwaku

Bulir gerimis jatuh satu-satu
Menembus pelan dalam sanubari
Bagai gerimis kau hujaniku
Dengan Cinta dan kasih sayang tak terperi

Aku, kamu dan kita
Adalah sebuah cerita
Memberi makna dalam kata
Memadu kasih dalam cinta

"Thank's for my love "

Tentang Kau, Aku Dan Kita

Deru angin di pundak-pundak
Pada harum subur belantara
pada hati kutuluskan yang tersuci
akan sebuah arti di hati

Kala mentari mulai menggeliat
berlari menuju ke peraduan
Lembayung senja terlihat manja
Memberi suatu nuansa tak terkira

Rasa hati bergetar bersama angin
menikmat rasa bergetar di sukma
Tentang kau, aku dan kita
tentang kebimbangan akan cinta

Kau begitu mencintai ku
Kau begitu menyayangi ku
Dengan setangkup cinta kau persembahkan
Aku kan terus ada dan bertahan
Memberi kau cinta dan setia

" For my sweat angel... i love u"

Menikmati Pagi

Pagi yang masih damai
Lengkung petala langit menyelak sayap jendela
Bilah matahari yang menerobos dari regangannya
Menerangi sudut ruang ku

Dingin mengeram butir embun
Regangannya masuk menyapa kulit bumi
Jemari menepis sinar matahari
Memulai hari yang baru

Menikmati semilir angin
Sepoi menyapu halus wajahku
Terhirup udara manis
Menikmati kebahagiaan yang tak terlukis

Terima kasih Tuhan
Waktu yang kau berikan
Kehidupan yang kau percayakan
Kan ku nikmati dengan kerendahan

" Thank's god For the time.. "

Mengenangmu

Mungkin hanya engkau yang tau
Kenapa saat ini aku masih sendiri
Kesetiaan yang pernah kau ajarkan
Takkan pernah terbakar waktu

Hanya aku pun yang tau
Kenapa saat ini kau pun masih sendiri
Kelembutan hati yang terpancar
Takkan terkikis jaman

Bila saja waktu itu bisa ku putar
Saat kau tak terlihat lagi
Ku ingin selalu menunggumu
Air mata ini takkan pernah letih
Mengenangmu…

“I’ll flying to your heart…”

Cinta Itu Logika

Hanya cinta yang bisa menghancurkan dendam
Hanya cinta yang bisa menghilangkan benci
Saat semua harus diakhiri
Saat impian terhempas karang yang dalam

Kadang dewa takdir tidak lagi meminta
Dua hati menjadi sebuah cerita
Waktu yang panjang seolah tidak berguna
Hanya rangkaian asa sia-sia

Ku mengerti arti semua
Bahwa hidup harus lebih dewasa
Cinta itu penuh logika
Tak seharusnya ada murka

“Cinta akan selalu indah…”

Menjemput Mimpi

Jarak yang membentang
Bukan penghalang bagi hati untuk berbagi
Kejujuran hati yang dipegang
Bukan lagi sekedar keharusan yang harus dipenuhi

Tidak akan ku rasakan sentuhanmu
Tidak akan ku rasakan belaianmu
Tapi ku rasakan getaranmu pada diriku
Ku mendengarkan hembusan napasmu didekatku

walaupun ku tau kau bukan titisan dewa
kau mampu bawa ku terbang mengintari jiwa
Membangun negeri kecil di awan
dengan sepasang peri mimpi yang berlarian

jemput aku dengan sayapmu
jemput aku dengan kereta harapmu
jemput aku segera...
di suatu realita yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya

“Thank you for always be my hero”

Mencoba Menikmati Rasa

Seperti air yang menghapus jejakmu
Melewati seluruh relung kalbu
Akan bayangan semu dirimu
dalam kisah kita yang kelabu

Tidak akan ku coba melupakanmu
Dalam setiap napas jiwaku
Semua itu hanya masalah waktu
Biarkan hati kita menunggu

Kisah kali ini sangat indah
Walau langkah kita tak terarah
Mencoba menikmati rasa
Melewati satu jiwa yang terbagi tiga

“I hate to wake you up to say.....”

Angin Untuk Sayap

Aku hanya angin yang datang dan pergi..
tanpa bisa menggapaimu…
hanya sebentuk harap yang bisa aku berikan…
hanya hembusan mesra ku berikan membuat mu bahagia…

Angin bukan lah pangeran….
Angin bisa pergi dan menghilang tanpa makna….
Biarkan angin ini bebas, bebas ada dan tiada…

Disanalah tempatmu bersama sang pageran….
Biarkan disini angin menanti tanpa tepi…
Berharap tanpa jawab…
Hanya menikwati rindu yang bisa kuberikan…

mengharap Angin dapat mengepak sayap…
Menembus nirwana…
Bermimpi pergi dengan sayap yang kau miliki…
Dengan bantuan hembusan rasa sang cinta…

Biarkan angin segera menepi….
Masih disini angin sendiri…
menunggu kepak sayap memainkan Simphony…
Shimphony lagu rindu yang mewakili….

Kembaliku Ke Kota Itu

Kota ini masih seperti dulu
Semua sudut masih mengajakku
Mengingat hati yang dulu
Yang ceria seiring lagu

Hati yang dulu telah pergi
Seiring tergapainya sebuah mimpi
Kisah itu sudah terhenti
Dengan hati perih yang selalu ditangisi

Saat ku kembali kali ini
Hati itu mengajaku lagi memiliki
Sebuah janji yang terganti
Kali ini dengan realita yang belum teryakini

Ah…Sulit untuk mengerti
Semua yang terjadi kali ini
Kisah yang kita cari
Ternyata masih tertinggal disini

Kisah Yang Salah

Sebuah nama tiba-tiba terbesit
Dalam anganku saat ku menelusuri suatu dunia
Seribu persamaan yang konkrit
Apakah hanya kebetulan semata

Di suatu dunia yang fana
Kita mulai mengukir fatamorgana
Perlahan mulai nyata
Menjadi suatu realita

Kisah yang salah…
Begitu aku selalu mendesah
Seperti suatu lembayung senja
Yang tak jelas batasannya

“Ku pikir aku salah mengertimu…”

Rindu Tertinggal

Rasa hati ini rindu
Pada suatu malam di kota itu
Angin yang selalu menyapu
Seluruh jiwa ragaku

Indah sinar matanya
Seindah senandung jiwa
Memainkan seluruh hasrat rasa
Dalam suatu angan cinta

Rinduku tertinggal untuknya
Hanya pada setengah hatinya
Karena dia tak melambaikan tangannya
Saat melepasku disuatu senja

“Senja itu angin tak bersamaku”

Sang Dewi

Saat kau datang padaku
Dirimu masih membeku
Dalam dunia lalumu
Yang memberimu kenangan biru

Kau ketuk hatiku
Walau janjimu untuk tidak bersatu
Kenangan itu telah membunuhmu
Mata hati dan perasaan yang semu

Bagai sang dewi
Ku datang dengan panorama
Layaknya rintik hujan air mata
Dengan sinar matahari menjadi pelangi

Walaupun diriku tak bersayap
Percayalah....
Aku akan menbawamu terbang tinggi

“Terima kasih telah jadikanku Sang Dewi"

Dalam Renunganku

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku dalam sukma hati
Tentang kisah sampai saat ini
Saat sayap dibawa terbang tinggi

Sang dewi kali ini menangisi
Setiap langkah yang terbayangi
Sinar bulan yang menyinari
Gemerlap malam dibumi

Ku pikir aku salah mengerti
Arti hembusan angin selama ini
Dingin…dalam…tapi tak termiliki
Apakah sungguh mempunyai arti

Dalam renunganku malam ini
Bertanyaku pada batin ini
Akankah malam tanpa bulan sepi
Saat sayap membawa angin pergi

“Dalam renunganku, ingin corat-coret saja (hehe…)”

Akan Ku Ajarkan Kau Cara Setia

Katakan padaku kamu telah berdua
Katakan padaku siapa dia
Katakan padaku semua yang ada
Katakan padaku jangan ditunda

Bila kau memang telah berdua
Bila dia itu cinta yang ada
Bila semua itu janji setia
Bila secepat mungkin kamu berkata

Kau memang harus membuka
Karena cinta memang harus dibuka
Kepada seluruh dunia
Agar hati tidak terbagi dua

Bila engkau hanya berkata
Aku sedang menikmati dicinta
Bila engkau hanya berkata
Simpulkan saja cerita yang ada
Akan ku ajarkan kau cara setia

Angin

Angin kali ini sangat sumbang
Melukai menusuk tulang
Hembusannya menantang
Tetapi membuat diri tak tenang
Kenapa angin menjadi bimbang

Angin malam ini terasa sepi
Tanpa bulan menemani
Angin siang tadi tak berarti
Tanpa matahari menyinari
Hembusan angin akan berlari
Untuk sayap bidadari

Kenapa angin harus berbagi
Dengan bulan, matahari dan bidadari
Ah…andai angin punya satu mimpi
Hanya untuk memberi napas dibumi

Kuberikan saja angin padamu bulan
Agar malammu menjadi menawan
Kuberikan saja angin padamu matahari
Agar sinarmu tidak menyakiti
Bidadari tidak punya sayap untuk angin terbangkan
Bidadari hanya ingin menggapai angan
Bersama napas kehidupan
Bukan hanya sekedar hembusan angin

“Berhembuslah kencang bersama matahari dan bulan…..”

Tanpa Judul

Kemana hilangnya hati
Saat semuanya telah pergi
Rindu rasanya kembali
Saat hati dilarang berbagi

Dia yang selalu ada disini
Mengawasiku setiap hari
Melarang seseorang mencuri
Hati yang kumiliki

"Mungkin belum waktunya..."

Pria Tanpa Senyum

Pria itu memandangiku tanpa senyum
Dingin…Datar…Misterius…tanpa arti
Pria itu memandanAgiku tanpa senyum
Tak pernah seucap katapun terlepas dari diri
Pria itu memandangiku tanpAa senyum
Jangan hanya sekedar menakuti …

Seucap kata untukku
Memintaku jadi milikmu
Entah apa dipikiranmu
Hanya dengan memandangiku
Kau bisa katakan itu

Maaf…pria…AKu sudah tidak sendiri
Hati ini sudah sudah tidak bisa terbagi
Pintu yang kau tuju sudah ku tutupi

Apakah karena…
Setiap hari kusuguhkan padamu
Kemesraan kami yang membiru
Apakah karena…
Aku hanya bisa memintamu
Untuk sekedar memandangiku

Kemana hilangnya senyummu
Kenapa hanya hatimu yang kau sandarkan untukku
Kenapa tidak pernah ku lihat senyummu
Kenapa masih saja memandangiku dengan ekspresi itu

Sepanjang waktu selama 4 tahun
Masih dengan pandangan yang dingin
Memandangiku semesra itu
Masih tanpa senyummu…

“Kenapa dengan senyummu…”

Kisah Yang Terhenti

Selalu ada senyummu
Selalu ada bayangmu
Selalu ada hadirmu
Dalam setiap nafasku

Aku adalah bidadari kecilmu
Yang lincah mengikuti setiap mimpimu
Sampai pada setiap sudutnya
Untuk mewujudkan jadi nyata

Perjalanan yang sangat jauh
Perjalanan yang sangat indah
Mimpi kita sama tapi cara kita berbeda
Caci maki dan ego yang mengikutinya

Saat kita sama-sama bersabar
Kita masih bisa menahan
Saat kita sama-sama akan bermimpi
Kita masih bisa berdiskusi

Saat impian itu mulai tampak
Jalan kita mulai menapak
Saat keinginan mulai terukir
Arah kita menjadi tersingkir

Ah…JENUH…JENUH….
Selalu bersabar untukmu
Selalu menahan diri untukmu
Selalu mendengar caci maki untukmu
Selalu mengikuti derapan langkah untukmu
Selalu mengikuti setiap egomu
Yang tak pernah ada mimpiku disitu

Ah…JENUH…JENUH….
Cinta ini bukan milik kita
Karena cara kita berbeda
Walau waktu kita sia-sia
Tapi bukan kehidupan kita

Mimpimu sudah kita raih
Dengan segala emosi dan egois yang merebah
Asamu sudah terjamah
Dengan segala cinta kasihku yang terpasrah

Bidadari kecilku tak terganti
Dengan semua mahadewi dibumi
Bidadari kecilku selalu ada dihati
Cintaku terpatri hanya untukmu dewi
Sampai akhir nanti
Begitu ucapmu saat kisah ini terhenti

“Mimpi itu sudah terhenti…”

Kisah Yang Terhenti

Selalu ada senyummu
Selalu ada bayangmu
Selalu ada hadirmu
Dalam setiap nafasku

Aku adalah bidadari kecilmu
Yang lincah mengikuti setiap mimpimu
Sampai pada setiap sudutnya
Untuk mewujudkan jadi nyata

Perjalanan yang sangat jauh
Perjalanan yang sangat indah
Mimpi kita sama tapi cara kita berbeda
Caci maki dan ego yang mengikutinya

Saat kita sama-sama bersabar
Kita masih bisa menahan
Saat kita sama-sama akan bermimpi
Kita masih bisa berdiskusi

Saat impian itu mulai tampak
Jalan kita mulai menapak
Saat keinginan mulai terukir
Arah kita menjadi tersingkir

Ah…JENUH…JENUH….
Selalu bersabar untukmu
Selalu menahan diri untukmu
Selalu mendengar caci maki untukmu
Selalu mengikuti derapan langkah untukmu
Selalu mengikuti setiap egomu
Yang tak pernah ada mimpiku disitu

Ah…JENUH…JENUH….
Cinta ini bukan milik kita
Karena cara kita berbeda
Walau waktu kita sia-sia
Tapi bukan kehidupan kita

Mimpimu sudah kita raih
Dengan segala emosi dan egois yang merebah
Asamu sudah terjamah
Dengan segala cinta kasihku yang terpasrah

Bidadari kecilku tak terganti
Dengan semua mahadewi dibumi
Bidadari kecilku selalu ada dihati
Cintaku terpatri hanya untukmu dewi
Sampai akhir nanti
Begitu ucapmu saat kisah ini terhenti

“Mimpi itu sudah terhenti…”

Rindu Malam Di Semarang

Saat ku baui malam
ada kerinduan mendalam
Tapi aku tak tau untuk siapa
Bukan untuk kekasihku
Bukan untuk pemuja rahasiaku
Saat namamu tiba-tiba muncul
Kusadari kerinduan itu milikmu

Selalu kita lewati bau malam itu
Selalu kita lewati dinginnya malam
Selalu kita lewati rembulan dan bintang
Dengan kisah kehidupanku

Aku rindu setiap malam itu
Aku rindu melewatinya bersamamu

Terimakasih telah mengajarkanku belajar
Terima kasih telah membantuku bermimpi
Terimakasih akan menerimaku kembali
Disaat aku pulang nanti

Tetap akan ku ceritakan padamu kisahku
Bukan lagi dengan bau dan dinginnya malam
Bukan lagi dibawah temaram bulan dan bintang
Bukan lagi didunia nyata
Tetapi di dunia maya
Dibawah temaram cahaya lampu dan dinginnya AC

"Kerinduan akan setiap malam...."

aWaL DaRi SeBuaH TiTiK -NoL-

aWaL DaRi SeBuaH TiTiK -NoL-

TiTiK aWaL KeHiDuPaNKu

SaaT MiMPi JaDi KeNYaTaaN

SaaT TaNGaN BiSa MeNGGeNGGaM CiTa

SaaT TaKDiR BeRKaTa "Ya, SeKaRaNG GiLiRaNMu"

SaaT aKu HaRus MeMuTaR KeMBaLi KeHiDuPaN

Di TiTiK -NoL-

Serpihan Hati Yang Tertutup

Untaian huruf terukir manis dalam kata
Menyatukan rangkaian imajinasi yang tersirat
Dalam paduan hati dan lantunan logika
Tanpa kamuflase jingga yang menyebar dan terikat

Secarik kertas telah tertulis
Melukiskan indahnya pandangan pertama
Dalam kisah lalu yang terenggut
Dengan dekapan selusin kenangan yang tersirat

Biarlah hati terlepas dengan tawa
Menyambut seutas karunia yang sempurna
Untuk menjadikannya lagi sebuah buku
Melalui serpihan hati yang tertutup oleh salam sahabat

Terinspirasi dari : ceritanya kok jadi aneh ya…