16.37

Melonggok Segenggam Hati

Sejenak setetes hujan masih saja menghukumi bumi

Angin pun terasa mengoceh menerpa serumpun dedaunan

Menerbangkan helai demi helai daun yang telah meranggas

Rumput yang mengering ikut serta menarikan tarian hujan

Cawan-cawan yang tertelunggup memantulkan kembali tetesan

Hujan belum reda saat sang dewi menelungkupkan cawan

Sayapnya yang menggantikan cawan itu agar air tidak menetes ke bumi

Huhhh…sungguh dingin menerpa diri, saat hujan mengaliri raga

Bertahan mendustai segenggam keharusan yang menghantui

Mencoba dan terus mencoba menggelayut diantara badai

Sampai pada titah pencipta menghempasnya jatuh

Sungguh oh pencipta ruh…napas belum dihembuskan

Sayappun masih mengelantung membebani jasad

Mimpi sejenak yang terlintaspun belum terlukiskan

Haruskah larian ini dihentikan??

Saat bumi belum menemukan sesosok penjaga



Sesaat kemudian tangisan itu terhenti

Kembali sang surya mengintip dari sisa mega

Mengusap sayang rintik-rintik hujan

Tersenyum membentuk lengkungan indah sang pelangi

Dan sang dewipun masih tertunduk menghujat sepi

Berucap kembali kepada pemberi jasad

Bila detik memang telah berhenti memutar hari

Bila penjaga bumi adalah bukan yang ditemui

Saatnya untuk menerima pahatan rusuk yang menanti

Takdir diri akan terpenuhi dengan putaran yang terhenti

Karena terus berjalan adalah keharusan yang tlah terpatri

Bukan untuk menegok kembali kisah yang telah

0 komentar:

Melonggok Segenggam Hati

Sejenak setetes hujan masih saja menghukumi bumi

Angin pun terasa mengoceh menerpa serumpun dedaunan

Menerbangkan helai demi helai daun yang telah meranggas

Rumput yang mengering ikut serta menarikan tarian hujan

Cawan-cawan yang tertelunggup memantulkan kembali tetesan

Hujan belum reda saat sang dewi menelungkupkan cawan

Sayapnya yang menggantikan cawan itu agar air tidak menetes ke bumi

Huhhh…sungguh dingin menerpa diri, saat hujan mengaliri raga

Bertahan mendustai segenggam keharusan yang menghantui

Mencoba dan terus mencoba menggelayut diantara badai

Sampai pada titah pencipta menghempasnya jatuh

Sungguh oh pencipta ruh…napas belum dihembuskan

Sayappun masih mengelantung membebani jasad

Mimpi sejenak yang terlintaspun belum terlukiskan

Haruskah larian ini dihentikan??

Saat bumi belum menemukan sesosok penjaga



Sesaat kemudian tangisan itu terhenti

Kembali sang surya mengintip dari sisa mega

Mengusap sayang rintik-rintik hujan

Tersenyum membentuk lengkungan indah sang pelangi

Dan sang dewipun masih tertunduk menghujat sepi

Berucap kembali kepada pemberi jasad

Bila detik memang telah berhenti memutar hari

Bila penjaga bumi adalah bukan yang ditemui

Saatnya untuk menerima pahatan rusuk yang menanti

Takdir diri akan terpenuhi dengan putaran yang terhenti

Karena terus berjalan adalah keharusan yang tlah terpatri

Bukan untuk menegok kembali kisah yang telah

0 komentar: