16.44

Kau Masih Kekasihku

Malam sudah menuruni hari tetapi aku masih saja didepan komputer mengetik angka untuk dilaporkan pagi besuk kepada managerku. Sebenarnya badanku sudah lelah, apalagi aku harus sendirian di kantor. Paling yang nemenin itu temenku yang sama-sama lembur di dunia maya. Badanku sudah aku doping dengan kopi, entah berapa gelas yang sudah ku minum sambil mendengarkan lagu kesukaanku di winamp. Dinginnya AC kantor sudah menusuk tulang. Tampak dari jendela kantorku bulan yang sedang bercanda dengan bintang di gemerlapnya cahaya lampu malam. Ah,..bosan sekali. Ku percepat kerjaku agar aku tak ketinggalan busway. Jarak antara kantor dengan rumahku cukup jauh. Aku harus 3 kali ganti busway belu harus naik angkot dulu. Dan lembur adalah hal yang paling aku benci karena aku harus berlari-lari mengejar busway dikala badanku sudah secapek ini. Kulihat jam ditanganku, sudah jam 20.15 tetapi pekerjaanku tinggal sedikit lagi. Selesai juga akhirnya, tinggal print saja. Aku memutuskan untuk melakukannya besuk saja.

Aku amati lagi nama-nama temanku di YM yang masih online, aku mau menggoda mereka karena aku sudah selesai. Mataku tertuju pada sebuah nama ’erlangga_dharma’. ”Kenapa dia masih online ya” pikirku. Aku males kalo hanya sekedar menyapanya dan bertanya kenapa dia masih online. Apalagi di taglinenya terpampang kata-kata ”busy”. ”Pasti lembur juga tuh anak” pikirku lagi. Tetapi aneh juga kalo dia lembur sampai jam segini. Dia bukan manager tetapi hanya supervisor IT disebuah bank swasta. ”Mungkin ada implementasi sistem baru sehingga dia harus lembur sampai jam segini” aku menebak-nebak. ”Ah,..apa peduliku sih” kataku lagi. ”Sudahlah mending aku pulang” kataku. Kusapa beberapa temanku untuk berpamit pulang, sambil menggoda mereka.

Kumatikan seluruh lampu kantor, ku kunci pintu ruanganku. Sudah sepi juga, pasti aku hanya satu-satunya orang yang masih ada disini selain satpam. Angin malam menusuk tulangku saat aku keluar dari kantor, masih ramai juga jakarta jam segini. Jam ditanganku sudah menunjukkan jam 20.30, aku mempercepat langkahku ke halte busway. Aku melewati sebuah gedung. Dulu aku selalu berdiri disini, menunggu seseorang disini, tepat ditempat aku berjalan. Aku melongok ke atas, dilantai 6 tepatnya. Lampu masih menyala. Berarti dia belum juga pulang. ”huh,..”aku mendesah. Sebelum naik busway, aku harus naik angkot dl ke halte busway. Aku berdiri di halte. Ku tengok kanan kiri, masih ada beberapa pegawai yang baru pulang. Tampak wajah mereka begitu capek. Mungkin sama seperti aku. Wajah yang mengatakan ”ini Jakarta man, kita harus hidup mati-matian dan mati hidup-hidupan,..hehehe,...” atau malah ini ”Sapa suruh datang ke Jakarta”. Itulah konsekuensi hidup disini. Dan semenjak awal aku memang sudah memutuskan dengan matang mengenai segala konsekuensinya, termasuk untuk yang satu ini.

Din,.din,...Suara klakson itu mengagetkanku. Mobil sedan Civic hitam berdiri didepanku, jedelanya sedikit demi sedikit terbuka. ”Ayo masuk,..nanti keburu malam” kata orang didalam. Aku kaget sekali, hanya mematung sambil menetralkan kekagetanku. ”Ayo,..” katanya lagi. Aku tersadar, aku buka pintu mobil itu dan masuk kedalam. ”Baru pulang Des?” katanya. ”Iya,..kamu juga lembur ya lang?” kataku. ”Iya,..ada implementasi sistem baru lagi” jawabnya. Persis seperti dugaanku, selalu seperti itu setiap tahunnya. Kami terdiam, bingung mau berbicara apa lagi. Lima bulan sudah kita berpisah karena suatu hal yang tidak bisa terinci satu persatu. Sebuah hubungan yang rumit dan sulit yang telah kami pertahankan selama 2,5 tahun dan akhirnya kami harus menyerah karena keadaan (mungkin) atau karean keegoisan kami (mungkin) atau karena takdir. Entahlah yang pasti bagi kami hanya Allah yang tau.

Mobil ini masih sama seperti lima bulan yang lalu, bantalan kepala masih sepasang kucing yang kami temukan saat kami jalan-jalan ke Bandung. Gantungan spionnya masih sebuah tasbih yang aku beli sat aku bertugas di Malaysia. Hiasannya masih beberapa miniatur mobil yang aku beli saat aku bertugas di Denpasar. Masih pula ada bantal babi pink tidur yang atasnya bertuliskan ”Love You”, yang suka aku peluk saat aku tertidur didalam mobilnya. Semuanya masih sama kecuali hubungan kami. Termasuk cinta kami,..hati kami,..semuanya masih sama

”Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku

Tak bisa ku tahan laju angin
untuk semua kenangan yang berlalu
hembuskan sepi merobek hati
meski raga ini tak lagi milikmu
namun didalam hatiku sungguh engkau hidup
entah sampai kapan
kutahankan rasa cinta ini

Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku
dan ku berharap semua ini
bukanlah kekeliruan seperti yang kukira
seumur hiduplu akan menjadi doa untukmu

Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku
andai saja waktu bisa terulang kembali
akan ku serahkan hidupku disisimu
namun ku tau itu tak mungkin terjadi
rasa ini menyiksaku
sungguh-sungguh menyiksaku”


Lagu itu tiba-tiba terngiang dalam telingaku. Aku melirik erlangga, aku tau rasa kita juga sama,..dan memang masih sama.

”Ketika bidukku berlabuh dalam gelombang hati
Tergoncang dalam desiran sukma yang tersingkir
Cahaya redup yang hampir mati
Tidakkah bisa bertahan lebih terang lagi”


”Sekedar imajinasi penulis’

Terinspirasi dari lagu Kau Masih Kekasihku by NAFF

0 komentar:

Kau Masih Kekasihku

Malam sudah menuruni hari tetapi aku masih saja didepan komputer mengetik angka untuk dilaporkan pagi besuk kepada managerku. Sebenarnya badanku sudah lelah, apalagi aku harus sendirian di kantor. Paling yang nemenin itu temenku yang sama-sama lembur di dunia maya. Badanku sudah aku doping dengan kopi, entah berapa gelas yang sudah ku minum sambil mendengarkan lagu kesukaanku di winamp. Dinginnya AC kantor sudah menusuk tulang. Tampak dari jendela kantorku bulan yang sedang bercanda dengan bintang di gemerlapnya cahaya lampu malam. Ah,..bosan sekali. Ku percepat kerjaku agar aku tak ketinggalan busway. Jarak antara kantor dengan rumahku cukup jauh. Aku harus 3 kali ganti busway belu harus naik angkot dulu. Dan lembur adalah hal yang paling aku benci karena aku harus berlari-lari mengejar busway dikala badanku sudah secapek ini. Kulihat jam ditanganku, sudah jam 20.15 tetapi pekerjaanku tinggal sedikit lagi. Selesai juga akhirnya, tinggal print saja. Aku memutuskan untuk melakukannya besuk saja.

Aku amati lagi nama-nama temanku di YM yang masih online, aku mau menggoda mereka karena aku sudah selesai. Mataku tertuju pada sebuah nama ’erlangga_dharma’. ”Kenapa dia masih online ya” pikirku. Aku males kalo hanya sekedar menyapanya dan bertanya kenapa dia masih online. Apalagi di taglinenya terpampang kata-kata ”busy”. ”Pasti lembur juga tuh anak” pikirku lagi. Tetapi aneh juga kalo dia lembur sampai jam segini. Dia bukan manager tetapi hanya supervisor IT disebuah bank swasta. ”Mungkin ada implementasi sistem baru sehingga dia harus lembur sampai jam segini” aku menebak-nebak. ”Ah,..apa peduliku sih” kataku lagi. ”Sudahlah mending aku pulang” kataku. Kusapa beberapa temanku untuk berpamit pulang, sambil menggoda mereka.

Kumatikan seluruh lampu kantor, ku kunci pintu ruanganku. Sudah sepi juga, pasti aku hanya satu-satunya orang yang masih ada disini selain satpam. Angin malam menusuk tulangku saat aku keluar dari kantor, masih ramai juga jakarta jam segini. Jam ditanganku sudah menunjukkan jam 20.30, aku mempercepat langkahku ke halte busway. Aku melewati sebuah gedung. Dulu aku selalu berdiri disini, menunggu seseorang disini, tepat ditempat aku berjalan. Aku melongok ke atas, dilantai 6 tepatnya. Lampu masih menyala. Berarti dia belum juga pulang. ”huh,..”aku mendesah. Sebelum naik busway, aku harus naik angkot dl ke halte busway. Aku berdiri di halte. Ku tengok kanan kiri, masih ada beberapa pegawai yang baru pulang. Tampak wajah mereka begitu capek. Mungkin sama seperti aku. Wajah yang mengatakan ”ini Jakarta man, kita harus hidup mati-matian dan mati hidup-hidupan,..hehehe,...” atau malah ini ”Sapa suruh datang ke Jakarta”. Itulah konsekuensi hidup disini. Dan semenjak awal aku memang sudah memutuskan dengan matang mengenai segala konsekuensinya, termasuk untuk yang satu ini.

Din,.din,...Suara klakson itu mengagetkanku. Mobil sedan Civic hitam berdiri didepanku, jedelanya sedikit demi sedikit terbuka. ”Ayo masuk,..nanti keburu malam” kata orang didalam. Aku kaget sekali, hanya mematung sambil menetralkan kekagetanku. ”Ayo,..” katanya lagi. Aku tersadar, aku buka pintu mobil itu dan masuk kedalam. ”Baru pulang Des?” katanya. ”Iya,..kamu juga lembur ya lang?” kataku. ”Iya,..ada implementasi sistem baru lagi” jawabnya. Persis seperti dugaanku, selalu seperti itu setiap tahunnya. Kami terdiam, bingung mau berbicara apa lagi. Lima bulan sudah kita berpisah karena suatu hal yang tidak bisa terinci satu persatu. Sebuah hubungan yang rumit dan sulit yang telah kami pertahankan selama 2,5 tahun dan akhirnya kami harus menyerah karena keadaan (mungkin) atau karean keegoisan kami (mungkin) atau karena takdir. Entahlah yang pasti bagi kami hanya Allah yang tau.

Mobil ini masih sama seperti lima bulan yang lalu, bantalan kepala masih sepasang kucing yang kami temukan saat kami jalan-jalan ke Bandung. Gantungan spionnya masih sebuah tasbih yang aku beli sat aku bertugas di Malaysia. Hiasannya masih beberapa miniatur mobil yang aku beli saat aku bertugas di Denpasar. Masih pula ada bantal babi pink tidur yang atasnya bertuliskan ”Love You”, yang suka aku peluk saat aku tertidur didalam mobilnya. Semuanya masih sama kecuali hubungan kami. Termasuk cinta kami,..hati kami,..semuanya masih sama

”Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku

Tak bisa ku tahan laju angin
untuk semua kenangan yang berlalu
hembuskan sepi merobek hati
meski raga ini tak lagi milikmu
namun didalam hatiku sungguh engkau hidup
entah sampai kapan
kutahankan rasa cinta ini

Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku
dan ku berharap semua ini
bukanlah kekeliruan seperti yang kukira
seumur hiduplu akan menjadi doa untukmu

Jauh dilubuk hatiku masih terukir namamu,..
jauh didasar jiwaku engkau masih kekasihku
andai saja waktu bisa terulang kembali
akan ku serahkan hidupku disisimu
namun ku tau itu tak mungkin terjadi
rasa ini menyiksaku
sungguh-sungguh menyiksaku”


Lagu itu tiba-tiba terngiang dalam telingaku. Aku melirik erlangga, aku tau rasa kita juga sama,..dan memang masih sama.

”Ketika bidukku berlabuh dalam gelombang hati
Tergoncang dalam desiran sukma yang tersingkir
Cahaya redup yang hampir mati
Tidakkah bisa bertahan lebih terang lagi”


”Sekedar imajinasi penulis’

Terinspirasi dari lagu Kau Masih Kekasihku by NAFF

0 komentar: