Cerita Pembangkit Inspirasi -- Unknow Writer
Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia.
Namun pada suatu hari, sang pria mengalami luka parah akibat sebuah kecelakaan tragis. Ia terbaring di atas ranjang rumah sakit beberapa malam tidak sadarkan diri. Siang hari sang wanita menangis tersedu, terduduk di depan ranjang kekasihnya dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasihnya yang tak kunjung sadar.
Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya bisa sembuh dan selamat seperti sedia kala. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang waktu. Waktu demi waktu berlalu, sang pria masih tetap tak sadarkan diri, sedangkan si wanita tetap dalam kesedihannya yang luar biasa, namun ia tetap dengan susah payah bertahan. Hingga pada akhirnya di suatu hari, Tuhan terharu oleh keadaan wanita yg setia dan teguh itu.
Tuhan memutuskan memberikan wanita itu sebuah pengecualian, malam hari pada sebuah percakapan di dalam doa Tuhan bertanya kepadanya “Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu untuk menukar dengan kesembuhan kekasihmu?” Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab “Ya”. Tuhan berkata “Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?”. Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti ia menjawab “saya bersedia!”.
Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Ia sangat berbahagia karena melihat kekasihnya benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke kamar sang kekasih karena ruang itu di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya yang sangat ia cintai, dan berharap ia menoleh untuk melihat seekor kupu-kupu yang sedang menatapnya, berbahagia dengan keadaannya. Beberapa hari kemudian, sang pria telah sembuh total. Namun ia sama sekali tidak berbahagia. Ia mencari-cari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu keberadaan sang wanita. Wajahnya terlihat murung, dan ia menitikkan air mata, sang pria menganggap kekasihnya sudah meninggalkannya dan melupakannya. Namun, ia masih belum menyerah, sepanjang hari ia tidak makan dan tidak beristirahat, ia terus mencari kekasihnya yang sangat ia cintai.. Ia begitu rindu kepadanya, ia bertanya pada setiap orang yang lewat, ia memegang foto kekasihnya dan terus bertanya sepanjang hari, waktu demi waktu berlalu hingga ia merasa sudah waktunya ia menghentikan semuanya.
Sang kupu-kupu masih disana melihatnya setiap hari menghabiskan waktu mencari dirinya yang kini berwujud kupu-kupu. Ingin sekali rasanya ia berteriak, berlari dan memeluknya dan mengatakan betapa ia mencintainya…betapa ia merindukannya…sang kupu-kupu rasakan hatinya pedih…perih..menangis sejadinya dan nyatanya ia merasakan keadaan ini lebih menyakitkan. Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Sang kupu-kupu masih terus menemui kekasihnya, dan selama itu pula ia merasa tersiksa. Terkadang ia merintih di ujung taman kota, dan ingin sekali agar Tuhan kembali mengubahnya menjadi manusia.
Musim kembali berganti, sang kupu-kupu tetap dalam kesendiriannya, Ia pergi ketempat kekasihnya tinggal dan hinggap di atas bahunya. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil membelai halus wajahn kekasihnya, menggunakan mulutnya yang mungil mencium lembut keningnya. Terselinap dalam hati sang kupu-kupu bahwa ia bersyukur menjadi seekor kupu-kupu yang selalu dapat terbang dan melihat kekasihnya kapanpun ia mau, menemani kesendiriannya, dan menghias lebut pemandangan kekasihnya dengan sayapnya yang indah. Musim kembali berganti, pada suatu hari ia terbang dengan riang berharap dapat kembali menemani kekasihnya, namun seketika ia tersentak kaget ketika melihat kekasihnya sedang duduk di taman kota bersama seorang gadis yang cantik. Hatinya merasa gusar dan gelisah ketika kecurigaannya benar, bahwa gadis itu adalah kekasih kekasihnya.Hatinya kembali sakit, ia menangis tersedu, hatinya terasa hancur dan impiannya pun terkoyak…
Sang kupu-kupu sangat sedih tak terperi ketika beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, dan menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah di milikinya dahulu dilakukan tanpa dirinya, dan dilakukan kekasihnya oleh wanita lain… Musim panas tahun ini terasa sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya. Bisikan suara antara kekasihnya dengan wanita itu, suara gelak tawanya, untaian senyum yang terukir diwajah mereka, sudah cukup membuat hembusan napas dirinya kian berat, oleh karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini adalah kehampaan dalam dirinya.
Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu akan segera berakhir dan pada saat hari yg terakhir perjanjiannya, sang pria kekasihnya sedang melangsungkan pernikahan dengan wanitanya di sebuah kapel di kota. Di dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang, sanak saudara, dan kerabat. Sang kupu-kupu terbang masuk kedalam kapel dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan “saya bersedia menikah dengannya!”. Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sang kupu-kupu mengalir membasahi pelipis patung Tuhan. Dengan pedih hati Tuhan menarik napas “Apakah kamu menyesal?”. Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya terdiam. Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan “Besok kamu sudah kembali menjadi manusia”. Sang kupu2 menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata “Tuhan, biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidupku”. Mungkin pada saat itu Tuhan tersenyum damai dengan jawaban sang kupu-kupu yang ingin menjadi kupu-kupu selamanya. Ia akan dengan bebas menghibur dirinya terbang mengunjungi dan melihat kekasihnya meskipun kekasihnya kini sudah bukan miliknya. Ia berdamai dengan keadaannya yang diputuskan Tuhan untuknya. Seandainya pun ia tetap menjadi manusia, ia mendapatkan begitu banyak pelajaran baru yang berharga dalam hidupya.
Bahwa ada beberapa kehilangan merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan, mencintai seseorang memang tidak selamanya harus memiliki, tapi pengorbanan yang dilakukan dalam cinta adalah bentuk kesempurnaan cinta itu sendiri. Bagi mereka yang kini sudah terlengkapi hatinya, bersyukurlah atas cinta yang kalian miliki dengan saling menjaga keindahan itu hingga kalian wafat, jagalah keindahan dan kedamaian itu hingga kalian merasa bahwa Tuhan yang maha baik akan terus berikan kalian yang terbaik di dalam hidup kalian yang baik.
SaYa HaNYaLaH SeoRaNG BiDaDaRi YaNG iNGiN MeMBeRi NaPaS PaDa SeTiaP KeHiDuPaN...BuKaN HaNYa SeKeDaR MiSTeRi...TaPi KePaKaN SaYaPKu BeNaR aKaN MeMBaWaMu TeRBaNG LeBiH TiNGGi...
-CeRiTaKu TeNTaNG-
-iMaJiNaSi HiDuP-
-
▼
2008
(45)
-
▼
November
(28)
- Kisah Cinta Seekor Kupu-Kupu
- Cinta Dan Pernikahan
- Jangan Menyalahkan Cinta
- Walau Habis Terang
- Hello
- Malaikat Juga Tahu
- Kau Sahabatku Terbaik di Dunia
- Aku Tau Kau Hanya Cemburu
- Semoga Engkau Ridhoi
- Ilusi Waktu
- Dan Lagu itu Bercerita Tentang Kita
- Siluet Kilauan Orange di Senja Ini
- Takdir Cinta
- Bintang itu Matahariku
- Lagu Cinta Untukmu
- Sebuah Ruang Rindu
- Ku Tau Pertandamu Cinta
- Aku dan Kau yang Sempurna
- Kabar untukmu Cinta
- Ukiran Sajak dalam Sebuah Nama
- Setiap Awal Huruf yang Terpikir
- Cinta Dunia Maya
- Sajak Surau Hati (Sekali Lagi)
- Syurga untuk Cinta
- Ketika Cinta Itu
- Aku dan Sebentuk Hatiku
- Seandainya Kau Tahu
- Rindui Malam di Semarang
-
▼
November
(28)
-JuST Me-
- HaPSaRi WiRaSTuTi SuSeTiaNiNGTYaS
- SaYa HaNYaLaH SeoRaNG BiDaDaRi YaNG iNGiN MeMBeRi NaPaS PaDa SeTiaP KeHiDuPaN...BuKaN HaNYa SeKeDaR MiSTeRi...TaPi KePaKaN SaYaPKu BeNaR aKaN MeMBaWaMu TeRBaNG LeBiH TiNGGi...
NaPaS BiDaDaRi LoVeR
Label: iNSPiRaSi
Kisah Plato dan Sepotong Gandum -- Unknow Writer
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan rantingyang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta".
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta"
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
Label: iNSPiRaSi
jika ada sebua bangku sekolah
yang mengajarkan tentang hakikat cinta
maka aku mohon daftarkan aku segera
agar aku bisa mencintai dengan sempurna
tanpa ada irisan-irisan nafsu sela hati
jika cinta diajarkan dengan sebuah mistik
maka aku harus berapa hari untuk melakukan tapa
atau berapa abad bagiku menjalani semedi
agar aku bisa mengupas sebuah cinta
dan menyajikan hidangan cinta bagi yang aku sayangi
jika cinta adalah sesuatu yang suci
ajarkan diriku untuk mengambil kemurniannya
lalu aku balurkan pada tubuhku yang hina
agar nafsu liarku segera sirna tanpa sisa
-----rr_kabalmay wrote :-------------
Kepada Siapa Cinta Bicara
Kepada kau yang pernah mencinta
Kepada kau yang pernah dicinta
Kepada siapa saja yang pernah membawa, menikmati, hanyut, terombang-ambing, terhempas, terdampar dan bahkan larut tak bersisa menyatu dalam Cinta
Kepada bidadari, kepada angin, kepadabulan, kepada matahari, kepada gemintang, kepada awan, kepada hujan, kepadalaut, kepada batu karang, kepada pantai, kepada nyiur, kepada semesta dan alam raya
Kepada peristiwa yang pernah hadir dalam hidupku yang belum sempat kunamai
Kepada yang kucintai, kepada yang mencintaiku, kepada yang mengajariku dan aku belajar makna Cinta darinya
Kepada kalian kutuliskan kata sakti ini
Cinta, Cinta, Cinta dan Cinta….
Datangnya bisa tiba-tiba
Pun dapat tumbuh perlahan
Karena benihnya bersemayam di hatimu
Cinta…
Rumit bila kau memaksa mencintai dengan sedehana
Sederhana bila kau merasa sudah cukup dengannya
Bahagia jika sesuai kehendakmu
Sakit jika tak sejalan dengan yang kau mau
Cinta…
Rasa yang teramat sulit diartikan
Bahagia, ngeri dan nyeri yang tak terperi menyatu membungkusmu
Maka tak perlu bertanya, resapi saja…
Tuturkan, jangan kau umbar
Berikan, jangan mengharap kembali
Cinta…
Sungguh arasnya tak terjangkau
Percintaan dan pernikahan sejatinya hanya upaya untuk menafsirkan
Luas, sempit, dalam, dangkal adalah pemaknaan semu tentangnya
Karena Cinta sudah cukup untuk Cinta
Bila cinta menjelma bahagia, berbalut derita, berbunga kasmaran, membuatmu gila, mencengkerammu, mencekikmu, membekapmu, membelaimu, menggantangmu, mengurapimu bahkan membunuhmu sekalipun…
Maka jangan pernah bertanya, kenapa?
Yogyakarta, 5 Januari 2008
Rofiko Rahayu Kabalmay
Terinspirasi dari kata-kata bijak Imam Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakan wajahmu ya Amirul Mukminin).
"Jika kau mencintai sesuatu, cintailah sewajarnya saja karena kau tidak akan pernah tahu kapan kau membencinya, dan jika kau membenci sesuatu, bencilah sewajarnya saja karena kau pun tidak akan pernah tahu kapan cinta itu kembali."
----- Original Message ----
From: Hapsari Wirastuti Susetianingtyas <hapsari.ws@gmail.
Sent: Friday, January 4, 2008 11:22:16 AM
Subject: Jangan Menyalahkan Cinta
Cinta adalah suatu perasaan yang indah bagi yang mengalaminya. Cinta bukan sesuatu yang menyakitkan. Tapi cinta itu mengobati jiwa. Bagi sebagian orang cinta hanya dianggap suatu fase kehidupan yang semua orang akan mengalaminya tanpa berfikir mengenai maknanya. Sehingga dalam perjalanannya cinta hanyalah cerita. Bagi sebagian lainnya cinta itu pengorbanan untuk mendapatkannya. Berkorban waktu, berkorban uang bahkan berkorban kebebasan. Hanya berkorban tanpa menentang. Sebagian lainnya menganggap cinta itu adalah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan hatinya, perjuangan untuk meyakinkan bahwa kitalah yang pantas mendampinginya, bahkan perjuangan untuk menjadikannya pasangan seumur hidup kita.
Cinta seperti apa yang kamu punya?
Cinta itu tidak untuk dinodai, tidak untuk diduakan walau hanya dalam hati semata dan tidak untuk menyakiti diri sendiri. Cinta bukan untuk ditangisi, bukan untuk bersedih dan bukan untuk disesali. Cinta itu bukan kebohongan dan bukan untuk didustai. Cinta itu bukan keterpaksaan. Cinta itu bukan sesuatu yang harus disesali karena cinta itu memilih dan dipilih. Cinta adalah perjuangan untuk menunjukkan kesungguhan dan keikhlasan bukan hanya sekedar menunggu dan menyakiti diri sendiri.
Hmm...Semua yang menjadi pilihan cinta kita, seperti apakah cinta yang kita punyai sekarang, JANGAN pernah MENYALAHKAN mengapa cinta itu terpilih. Cinta terpilih bukan karena SIAPAPUN dan APAPUN. Cinta itu TIDAK untuk MENYAKITI maupun MENDZOLIMI tetapi untuk mendapatkan ridho Allah.
Terinspirasi dari makna kisah plato dan sepotong gandum : Pilihlah cinta dan jangan menengok ke belakang lagi walaupun cinta yang dipilih bukan yang terbaik
--
Regards,
Hapsari Wirastuti Susetianingtyas
Label: iNSPiRaSi
Lirik Lagu Walau Habis Terang - Peterpan
Ku terbiasa tersenyum tenang
walau aargh…
hatiku menangis
Kaulah cerita
tertulis dengan pasti
selamanya dalam pikiranku
Lupakan semua
tinggalkan ini
Ku kan tenang
dan kau kan pergi
Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cinta kuterangi jalanmu
Di antara beribu lainnya
kau tetap..
kau tetap..
kau tetap..
benderang
O.. oo
MuSiKNYa eNaK BuaT DiDeNGeRiN KaLo LaGI BT
Label: LyRiC
Lirik Hello-Lionel Richie
Ive been alone with you
Inside my mind
And in my dreams Ive kissed your lips
A thousand times
I sometimes see you
Pass outside my door
Hello!
Is it me youre looking for?
I can see it in your eyes
I can see it in your smile
Youre all Ive ever wanted
And my arms are open wide
Because you know just what to say
And you know just what to do
And I want to tell you so much
I love you
I long to see the sunlight in your hair
And tell you time and time again
How much I care
Sometimes I feel my heart will overflow
Hello!
Ive just got to let you know
Because I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I havent got a clue
But let me start by saying I love you
Hello!
Is it me youre looking for?
Becuase I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I havent got a clue
But let me start by saying I love you
"ouR MeMoRieS SoNG"
Label: LyRiC
Lirik Lagu Dewi Lestari - Malaikat Juga Tahu
Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya
Lirik Lagu Dewi Lestari - Malaikat Juga Tahu
Label: LyRiC
“Halo, selamat pagi,Veni ya?”sapa seseorang diseberang
Label: Cerpen
Aku sadar
Saat Amarahmu terbakar kala ku sulut
Dengan lantunkan indah kisah lalu
Ku berkeras untuk menuturkannya
Dan menyingkirkan perasaanmu
Aku sadar
Saat kau salahkan diriku
Atas perihmu dengan segala keegoisanku
Yang tak pernah peduli
Hanya ada satu namaku dihatimu
Aku sadar
Saat kau sangkakan aku dengan tebakanmu
Ku tau kau tak benar-benar menduga
Karena kau tau kaulah labuhan hatiku
Dan kaulah tempatku kembali
Aku sadar
Kau hanya cemburu,..Ku coba mengerti,..
You just want to tell me how much You Love Me…
Label: PoeM
Ya Allah,..
Sujudku memohon jalan-Mu menuju persinggahan
Engkau tandakan dalam lantunan ayat-Mu
Ku sandarkan sejumput harapan pada angan
Ku lukiskan rasa dalam hatiku satu
Ya Allah,..
Kumintakan ampunan-Mu atas amarahku
Yang selalu menyalahkan pertanda-Mu
Kali ini ku merasakan getarmu direlung hatiku
Kau tlah bukakan kabut hitam dihatiku
Ya Allah,..
Sujudku telah aku serahkan
Dan bila tanda-Mu bukan kehendakku
Ku tlah yakinkan ini garisan
Untuk menuntunku agar lebih dekat dengan-Mu
Serta ikhlaskan dan tuluskan niatku
Semoga Engkau ridhoi,..Amien,..
Label: PoeM
Saat rembulan tersenyum di ujung langit
Kurasakan malam mulai menarikan puisi
Dalam gemerlap indahnya bintang
Seakan menambah kesunyian alunan pena
Kusangkakan pada malam yang terkelip
Yang membawaku ke alam mimpi
Ilusi waktu yang tergambar dalam siluet
Tiba-tiba menyadarkanku kepada
Jiwa yang melayang dan beranjak mati
Label: PoeM
Saat ketukan not telah dimainkan
Ku tergugah melirihkan syairnya
Dengan dengungan pelan dibibirku
Juga lantunan halus dalam hatiku
Kau bisikkan lagu itu padaku
Saat malam mulai bercerita tentang cinta
Dan langit mulai memanjakan kerlipnya
Lalu kita ceritakan lagu itu
Pada malam dan langitnya
Dan lagu itu bercerita tentang kita
Label: PoeM
Kutenggok sepanjang senja ini dengan binar
Cerah menampakkan bulatan terang dihadapanku
Indah menerawangkan anggan dan mengelitik hati
Melamunkan pesona nurani yang tersirat
Matahariku,..hadir dihadapanku
Dengan sosoknya yang sederhana
Sesederhana pancaran cahaya didepanku
Hanya siluet kilauan orange disenja ini
Label: PoeM
Malam ini semilir sepoi-sepoi angin menerpa wajahku. Aku berdiri di sebuah halte bis, memandangi setiap orang yang hilir mudik dihadapanku. Dingin memang angin malam ini, tetapi aku tidak peduli karena aku akan bertemu dengan seseorang yang selama ini memang ingin aku temui. Aku melihatnya disebuah surat kabar. Dia seorang penulis namanya Nania Yustisiana. Fotonya terpampang disebuah majalah ibu kota yang iseng aku beli ketika aku sedang makan siang di sebuah fast food. Saat itu aku langsung terpana dengan sebuah foto, diatasnya adalah sebuah hasil karyanya sebuah cerpen yang menceritakan tentang sebuah kisah percintaan lewat dunia maya. Aku tertarik untuk membaca ceritanya, karena foto itu. Entahlah,..ada apa dengan aku ini, belum pernah kurasakan sebelumnya, yang pasti foto itu terlihat sangat menarik bagiku. Dibagian akhir tulisannya ada alamat emailnya. Iseng saja pikiranku saat itu, aku ingin mengenalnya dan hal pertama yang aku lakukan setelah kembali ke kantor adalah mengirimkan email sederhana kepadanya
Selamat siang mbak,..
Saya baru saja membaca tulisan anda di majalah friend,..
Tulisan mbak bagus,..
Terus berkarya mbak,..
Salam kenal
Aku tidak berharap dia membalas emailku, tetapi ternyata di luar dugaanku, 5 menit kemudian sebuah email masuk
Terima kasih telah membaca tulisan saya,..
Salam kenal kembali
Itulah awal mula aku mengenalnya. Kami mulai berbalas email, chating bahkan aku mulai berani menelponnya. Dia wanita yang sangat mandiri, tegas, smart, lucu dan enak diajak ngobrol, sangat sempurna bagiku sehingga ketika dia berkata dia akan pergi ke kotaku aku berniat untuk menemuinya. Dia akan berada di kotaku selama 3 hari, dia akan menghadiri suatu pertemuan penulis di sebuah mall terkenal di kotaku. Dan inilah hari itu..
Aku masih saja berdiri disini. Aku melongok ke atas sambil mencari sesuatu yang aku juga tidak tahu, indah sekali malam ini, bulan bersinar dengan sempurna. Sesempurna pertemuanku dengannya nanti. Aku mendesah panjang, kutenangkan hatiku yang resah, kupejamkan mataku sebentar. Detak jantung ini mulai tak beraturan, sungguh benar-benar meresahkan. Segala pikiran berkecamuk diotakku hilir mudik tidak teratur yang membuat perasaanku menjadi tak tenang. Aku bahkan tidak berani membayangkan seperti apa pertemuan kami nanti. Ku longok jam ditanganku, ¾ jam lagi waktu pertemuan itu tiba. Fuh,.. Ya Allah tenangkanlah hatiku. Kuayuhkan tanganku untuk mencegat taksi yang melintas dihadapanku. “Plaza Semanggi, Pak” kataku kepada sopir itu. Diapun mengangguk, mulai menjalankan argo taksinya dan melaju sedang. Ku lihat dari balik jendela taksi kulihat gedung-gedung diluar bertaburan lampu. “Masih ada juga yang bekerja” pikirku. Taksi perlahan-lahan berhenti, macet, yah..begitulah kira-kira. Detak jantungku semakin tak beraturan bukan karena kemacetan itu tetapi karena 10 menit lagi aku akan sampai ditempat itu. Aku mulai resah, tanganku dingin sekali, perutku jadi terasa sakit. Benar-benar menyiksaku sekali. Kulihat gedung plaza itu mulai tampak didepan mataku. Aku tidak bisa berpikir jernih. “Ya Allah, tenangkanlah hatiku” doaku. Semakin mendekat dan mendekat. Akhirnya sopir taksi itu menghentikan laju mobilnya. “Sudah sampai, Pak” katanya. Aku kaget, aku sedang sibuk menenangkan diri sehingga tanpa kusadari taksi sudah berhenti. Aku berikan selembar uang 50 ribuan kepada pengemudi taksi itu. Aku langsung keluar dari taksi itu. “Pak, kembaliannya” kata sopir taksi itu. “Udah ambil saja, Pak” kataku. Aku memasuki plaza itu, kuraih Hp-ku dan mulai menghubunginya. “Halo” sapa dari seberang. “Halo, aku dah nyampe, kamu dimana?” kataku. “Sebentar lagi aku nyampe, tunggu sebentar” katanya. “Ok, aku tunggu didepan Bank Swastika ya” kataku. “Ok” jawabnya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan dulu sambil menenangkan hatiku.
Kulihat sekali lagi jam ditanganku, sudah 10 menit aku menunggunya. Pasti dia sudah datang, aku harus ke tempat kita janjian, didepan Bank Swastika. Saat aku sedang berjalan menuju kesana, aku melihatnya sedang menuju kearahku. “Nani” aku memanggilnya. Diapun menoleh kearahku. Tampak padaku senyumnya, kuulurkan tanganku. “Sani” ucapku. “Oh,..ini ya mas Sani” katanya. Aku tersenyum. “Ayo kita cari tempat buat ngobrol” ucapku. Aku berusaha setenang mungkin. Kamipun menemukan tempat yang cocok untuk berbicara. Ditempat paling tinggi gedung itu, di tempat yang paling romantis disini. Ada alunan musik yang mengiringi percakapan kami. Ada lilin yang menerangi meja kami. Ada angin berhembus semilir. Ada bulan yang memancarkan pesonanya. Hatiku bergetar hebat, tak pernah berani kupandang wajahnya. Bukan tak ingin, sungguh aku ingin sekali memandangnya, tapi aku yakin bila itu ku lakukan, aku akan terlihat seperti orang bodoh yang kehilangan kendali. Dan aku tak ingin bertingkah seperti itu dihadapannya. Aku tau yang aku lakukan akan membuatnya merasa tidak diperhatikan. Tetapi itulah yang bisa aku lakukan.
Jam semakin larut, sudah pukul 10 malam. “Ayo kita pulang, Mas, sudah malam” katanya. “Aku masih ingin disini” kataku. “Kapan-kapan kita bertemu lagi saja” katanya. Akupun menurutinya. Kami menuruni gedung itu. “Kayaknya besuk kamu ulang tahun ya Mas” katanya. “Iya” jawabku. Dia diam dan kamipun menaiki lift tanpa berbicara. “Aku antar kamu pulang” kataku. “Iya, Mas” jawabnya. Aku melambaikan tanganku pada taksi yang melintas didepanku. “Monas, Pak” kataku. Dia terkejut dan memandangiku. “Kenapa kita ke monas, Mas?” katanya. “Aku masih pengen ngobrol sama kamu, lagian besok kan libur” katanya. “Nggak ah, pulang aja” katanya. “Kenapa sih? Besuk aku ultah lho” kataku. “Emangnya kenapa? Aku kamu suruh jadi seseorang yang mengucapkan pertama kali selamat gitu” candanya. “Hehehe,..iya” kataku sekenanya. Aku terdiam sambil memandang keluar jendela. “Hmm” aku menghela napas yang ternyata tertangkap olehnya. “Napa, Mas?” katanya. “Eh,..ga papa” kataku. Pikiranku masih sama, masih kacau balau tak beraturan. “Tuh monasnya dah keliatan” katanya. Aku menoleh kearahnya. Lalu mataku tertuju pada wajahnya. Cantik sekali diterangi lampu jalanan yang sedang kami lewati, diantara remang-remang cahaya, dia terlihat sama mempesonanya. Dia menoleh kearahku. Aku pura-pura melihat luar jendela. Kamipun telah memasuki areal monas. Memang disini selalu ramai disaat weekend seperti ini, ada yang main futsal, ada hanya jalan-jalan, ada yang sedang duduk-duduk, ada yang sedang lari-lari. Kamipun memilih untuk duduk disebuah bangku yang kosong. Kami mulai bercerita tentang diri kami, apa yang kami lakukan, serta beberapa kesukaan kami. Sambil sesekali kumeliriknya karena sampai saat inipun aku belum berani memandangi wajahnya. Aneh,..aku memang aneh, untuk memandanginya saja aku tidak mampu.
Jam menunjukkan pukul 23.55, saat kulihat dia menarik tangannya untuk melihat jam. “Kurang 5 menit lagi, Mas” katanya. “He em” sahutku. Udara malam ini mulai dingin sekali, menusuk-nusuk tulang. Kulihat dia agak kedinginan. Dia tutup resleting jaketnya. “Dingin ya” kataku. “Iya” jawabnya. “Sayangnya hari ini aku tidak membawa jaket, kalo bawa pasti kamu nggak sedingin ini” kataku. “Ah,..nggak papa, jaketku juga sudah hangat kok” katanya. “Selamat ulang tahun, Mas” katanya. Aku tersentak kaget. “Eh udah jam 12 ya, makasih ya, Nan” kataku. “Asyik,..Aku jadi orang yang pertama” katanya girang. Aku mengangguk. “Udah pulang yuk, Mas” katanya. “Aku ngantuk banget” lanjutnya. Aku menoleh kearahnya. Wajahnya sudah kepayahan menahan kantuk. Aku sebenarnya nggak tega melihat wajahnya, tetapi aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu padanya malam ini. Sesuatu yang mungkin tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. “Nan, aku mau ngomong sesuatu” kataku. “Emangnya dari tadi kita nggak ngomong ya” candanya. “Ini serius, Nan” kataku. “Iya deh,..ngomong aja” katanya. Aku bingung harus mulai dari mana untuk mengawali pembicaraan penting ini. Sebenarnya akupun juga tidak berani mengatakannya. Tapi ini harus aku lakukan karena aku tidak ingin selalu tersiksa seperti ini. Inilah kesempatanku, kalau tidak sekarang kapan lagi. “Nan, jawab yang jujur ya” kataku membuka pembicaraan. “Iya” katanya. “Nan, mau nggak kamu jadi kado terindahku hari ini? Mau nggak kamu jadi istriku?” kataku. Entahlah tiba-tiba saja aku mengucapkan kata itu dan mempunyai keberanian untuk mengucapkannya. Seperti dugaanku Nani sangat terkejut, wajahnya terlihat memandangiku dengan aneh. Dia terdiam, lama sekali dia terdiam. “Nan, kamu marah ya?” kataku. Dia masih terdiam. “Nan, ngomong dong” kataku. Dia menoleh kearahku. “Mas, aku kira selama ini kamu menganggap aku sebagai adik, aku benar-benar terkejut kamu berkata seperti itu” katanya. Tubuhku lemas seketika mendengar apa yang dia katakan. Aku tau dia akan mengatakan seperti itu, karena selama ini aku memang tidak pernah menunjukkan padanya mengenai rasaku ini. Aku tertunduk dan berpikir. Tiba-tiba ada keberanian dalam diriku untuk mencoba meyakinkannya tentang rasaku ini. Ya,..Aku harus menyakinkannya. “Nan, kamu percaya takdir nggak?” kataku. “Percaya” katanya. “Maukah kamu menjalani dulu takdir kita ini” kataku. “Kita coba jalani dulu, Nan” kataku. “Aku tau, Nan, Kamu juga sayang sama aku” kataku. Terbesit keraguan di wajah Nani. Aku menatapnya, kulihat matanya, sembari mengatakan “Nan, jika takdir sudah dilukiskan maka kita tidak bisa menolak, apakah takdir itu kita berjodoh atau kita tidak berjodoh, tetapi takdir kita hari ini adalah kita dipertemukan dan aku diberi kesempatan untuk meminta hatimu. Apakah nanti kamu menerimaku atau tidak itupun takdir untukku. Nan, hidup ini sudah ada yang mengatur. Kita telah terpilih secara acak untuk berkenalan, bertemu dan mungkin berjodoh, Nan. Jalanilah semua ini dulu, Nan. Karena aku percaya pasti ada alasan kenapa kita sampai dipertemukan dan kenapa hari ini harus terjadi. Aku tau, Nan, kamu, aku dan kita punya rasa sayang yang sama. Sekali lagi Nan, maukah kau menjalani takdir ini bersamaku?” kataku. Dia memandangiku, tersenyum dan mengangguk walaupun aku tau ada galau dihatinya yang meragukan pernyataan dan perkataanku. Hari ini memang indah bukan karena hari ini ulang tahunku tetapi aku mendapat kado terindah yaitu Nania Yustisiana. Terima kasih Ya Allah,..
I can see it in your eyes, I can see it in your smile
You’re all I’ve ever wanted and my arms are open wide
Cause you know just what to say and you know just what to do
And I want to tell you so much, I LOVE U,..
(Hello, Lionel Richie)
“Sekedar imajinasi penulis”
Label: Cerpen
Bintang tak seharusnya berkilauan sendiri dilangit
Harus ada gugusan yang menyertainya
Tapi harus tetap kau tunjuk satu diantaranya
Dialah yang paling berkilau untuk hatimu
Dan bagiku bintang itu adalah MATAHARIKU
Kilaunya membuatku tak bisa berhenti berangan
Bahwa setiap hari aku akan selalu memandanginya
Sembari memberikan senyum terindahku
Agar hangatnya bisa kurasakan merasuki jiwaku
Label: PoeM
Aku mendengar detaknya
Shiphony yang mengalunkan lagu
Jauh dalam lubuk hatiku
Mengalun pelan dengan nada
Lagu ini benar sempurna
Mensyairkan sejuta pesona jiwa
Merdu memenuhi desiran kalbu
Mendendangkan seruni merah jambu
Inilah lagu cinta itu
Melagu saat ku memandangmu
Seiring detak jantungku
Yang terpana melihatmu
Label: PoeM
Aku mencari,..
Didalam ingatanku
Dilubuk hatiku
Dijejak langkahku
Didetak nadiku
Dihembusan napasku
Dialiran darahku
Disepanjang waktu
Dan kutemukan,..
Jiwa yang menyapa
Dalam sebuah ruang rindu
Lalu,..kuserukan gaungnya
Dilengkungan pelangi
Dikerlipan bintang
Dipijaran surya
Digemerlap bulan
Digugusan mega
Dipenghujung lautan
Diluasnya angkasa
Diseluruh penjuru semesta
Hingga detaknya
Mendekap keajaibanmu
Label: PoeM
Semesta berbisik padaku suatu hari
Saat ku pasung hati disudut mega
Mereka menerbangkanku ke angkasa
Dan menunjukkan jarinya ke arahmu
Bintang itu sangat gemerlap
Menerangi dengan kilauan nyata
Mereka tlah membawaku memandangimu
Sembari mengatupkan hatiku
Aku pun terpana,..
Tanpa mampu mensyairkan kata
Tapi ku tau pertandamu cinta
Kilaumu itu,..
Hanya untuk membuatku
Label: PoeM
Aku adalah mentari yang menyapa hari
Kau adalah tetesan embun yang menyejukkan pagi
Aku adalah matahari yang menghiasi cakrawala
Kau adalah warna keemasan yang menyelimutinya
Aku adalah bulan yang menemani malam
Kau adalah bulatan yang membuatnya purnama
Aku adalah hujan yang menyirami bumi
Kau adalah gemercik air yang mengalunkan lagu
Aku adalah pelangi yang mewarnai angkasa
Kau adalah lengkungan warna sprektum cahaya
Aku adalah senja yang mengarak sang surya turun
Kau adalah lembayung yang membatasi cakrawala di ujung laut
Aku adalah bintang kejora yang terkelip diangkasa
Kau adalah sinar yang menyorotkan bias nur
Aku adalah kelopak yang membentuk indahnya bunga
Kau adalah harum yang memekarkan kuntum
Aku adalah peri yang ingin mengapai angkasa
Kau adalah sayap yang menerbangkanku lebih tinggi
Aku adalah jasad yang membentuk tubuh
Kau adalah ruh yang menggerakkan raga
Dalam sejuta makna aku dan kau
Aku adalah manusia yang sangat biasa
Dan kau adalah sosok yang selalu terpikir
Bahwa aku adalah kau yang sempurna,..
Label: PoeM
Hari yang hadir adalah pagi yang elok Saat suara merdumu menyapa batinku Ku terpaku dalam angan yang menyeru Untukku pagi ini hangati jiwamu Cintamu yang sesempurna kilauan embun Menyergap sekujur hatiku disini Untuk selalu mengganggu harimu Menemani langkah kecilmu sepanjang waktu Ku kabarkan padamu cinta,.. Dalam pesona sejuta lengkungan pelangi Yang mewarnai hari selepas hujan menguyur Hanya engkaulah yang paling berwarna Dan paling mempesona,..
Label: PoeM
Sepenggal matahari siratkan jiwa raga kepada bumi
Ketika bidadari rangkaikan sajak setia dihati
Lautan cinta yang menggulung takdir
Sematkan makna dalam sebuah nama
Diukirnya sajak dalam satu nafas
Semaikan warna romansa jiwa
Nyata dalam goresan pena
Terbangkan sukma dalam syurga cinta
“TeRiMaKaSiH CiNTa,..”
Label: PoeM
Aku sadari bila malam semakin melejit
Nampak padaku setiap lelehan wajahmu
Indahnya setiap desiran yang tersirat
Tertumpah pada setiap detakan relungku
Yang menginginkanmu satu dalam jiwaku
Oleh tepukan cinta yang memanggil hatiku
Pada sebuah pertemuan yang tertakdir
Entahlah sangat menggetarkan kehidupan
Rangkaian siluet yang merajukkan asa
Tanpa keraguan yang memenuhi kalbu
Ingin yang bukan sekedar ilusi
Walaupun tampak sebagai suatu yang sederhana
Antara sepasang jiwa yang mencari hati
Nikmatkan bingkai rasa dalam setiap sudut sukma
Goreskan takdir yang terpilih dengan acak
Gusti,..beri kami ridho dan barokah
Oleh sebuah pilihan yang teryakini
Napas kehidupan yang akan kami susun
Oleh setiap awal huruf yang terpikir”
Label: PoeM
Hari ini masih sama seperti hari sebelumnya. Jam 8 komputerku menyala, aku sign in kedua IM-ku yang selama ini aku gunakan untuk chat dengan temanku. Kulihat beberapa orang temanku sudah ada yang online. “Pagi” layar monitorku berkelip. “Pagi juga” kataku. Sudah beberapa bulan ini aku bercakap-cakap dengannya. Namanya Dhanis “Dhanis_manis” begitu nama IM-nya. “Narsis banget” itulah pikirku pertama kali saat mulai meng-add dia. Dia mengenalku dari beberapa email yang aku kirimkan ke dunia maya. Tertarik dengan namaku “Dyah Anggun Aulia Prasasti” yang kata orang tuaku berarti “Keanggunan wanita yang ditulis ulama diprasastinya”. “Dalem banget artinya” begitu ucapnya saat aku tanya kenapa tertarik dengan namaku. Dhanis adalah lulusan universitas negeri di Jakarta, dia bekerja sebagai internal auditor di perusahaan swasta di Jakarta. Saat awal kita ngobrol, dia suka sekali menebak mengenai aku. “Sok tau banget nih orang” pikirku saat itu. “Kamu orangnya teratur ya, teliti dan selalu melakukan hal yang sama setiap harinya” begitu katanya. Itulah Dhanis yang selalu memposisikan sesuatu dari segi psikologi, karena mungkin aku adalah seorang psikolog yang bekerja sebagai SDM di perusahaan swasta di Jakarta. “Kamu emangnya sapa sih?” kataku. “Aku suka membaca karakter orang” begitu katanya. “Ah kamu salah mendeskripsikan aku” kataku sekenanya. Walau aku akui semua yang dikatakannya itu benar. “Kamu itu jaim banget sih” katanya. “Nggak juga, kamu sukanya nebak gitu, takut ketahuan semuanya” kataku sekenanya. Itulah beberapa percakapanku diawal perkenalan kami. Dan beberapa bulan kemudian masih sama, kami masih suka menyapa dengan frekuensi yang tidak teratur. Kami hanya bercerita mengenai hal-hal umum saja, bahkan bukan sesuatu yang bersifat pribadi. Setauku dia berumur sama denganku, bekerja dan tinggal satu kota denganku. Benar-benar sangat umum. Mulai dari pekerjaan, kegiatan yang sering dilakukan dan segala sesuatu yang aku yakin orang lain juga tahu. IM-ku yang satu ini seperti jadi media private chatku dengannya, karena hanya dia yang chat denganku menggunakan salah satu IM-ku ini.
“Dy, no HP kamu berapa?” tanyanya suatu hari. “Napa emangnya?” tanyaku. “Aku pengen dengar suaramu” jawabnya. “Halah,..kok pake pengen dengar suaraku segala” candaku. “Ya,..iyalah kita kan udah lama chat buat memastikan saja kalo aku bener-bener chat dengan wanita” katanya. “Dan untuk memastikan padamu juga kalo aku bener-bener pria” sambungnya. “Kamu itu bisa aja” kataku. “Kasih dong, nanti aku telpon deh” katanya. “Beri aku no HP kamu dulu” kataku. “081223456789, telpon aja kalo nggak percaya” katanya. “Iya, nanti aku telpon kamu ya” kataku. “Lha terus no HP kamu?” tanyanya. “Tunggu aku telpon kamu aja ya” jawabku sekenanya. “Bener lho Dy” katanya. ”Iya” kataku enteng. Aku dan Dhanis mempunyai banyak perbedaan, sepertinya dalam percakapan kami tidak satupun ada yang sama. Tapi entah kenapa aku lebih nyambung ngobrol dengannya daripada dengan temanku yang lainnya. Suatu hari aku menepati janjiku. Aku meng-SMS Dhanis saat ulang tahunnya. Itu sudah 2 bulan setelah mendapatkan no HP nya. Dhanis langsung menelponku. “Makasih ya Dy” katanya. Suaranya berat, tegas dan sepertinya dewasa sekali. Bener-bener seperti dugaanku sebelumnya.
“Dy, kita copy darat yuk” katanya. “Halah, kamu itu aneh-aneh aja sih” kataku. “Aku ingin memastikan bahwa PIC yang aku kirim padamu benar dan PIC yang aku kirim padaku benar” katanya. “Kayaknya pernah denger deh” kataku. “Emang” katanya. “Ketemuan dimana?” kataku. “Terserah kamu” jawabnya. “Dimana ya, oiya, di café temanku aja, aku sering kesana, tempatnya enak banget” kataku. “Selain itu lebih aman bagiku untuk copy darat dengan orang yang tak pernah aku temui sebelumnya” pikirku. “Boleh, didaerah mana?” tanyanya. “Daerah Blok M” kataku. “Ok deh, besuk sabtu gimana? Sekitar jam 11” katanya. “Bagaimana cara tau itu kamu dan itu aku?” kataku. “Kan kita sudah tau PIC masing-masing” jawabnya. “Bisa saja PIC menipu kan” kataku. “Liat aja deh” jawabnya. “Ok deh, aku tunggu ya” kataku.
Sabtu ditempat yang ditentukan. Aku memang berniat datang lebih awal, untuk sekedar berbincang sebentar dengan temanku Surya pemilik café ini, aku tahu sabtu adalah waktu tersibuknya karena inilah waktu terbaik untuk ber-weekend ria. Aku memesan Capucino panas kesukaanku, Surya sampai hafal dengan menu favoriteku itu. Aku bawa buku kesukaanku pula untuk aku baca sampai tuntas sambil menunggu Dhanis. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Dhanis belum juga tampak batang hidungnya. “Mungkin dia kena macet” pikirku, di Jakarta tidak ada jam tidak macet walau hari sabtu sekalipun. Aku mencoba menghubunginya. Tidak diangkat, sekali lagi, tetap tidak diangkat. Aku mencoba SMS Dhanis. “Dhanis ada dimana?” ketikku di HP. Tidak ada jawaban. “Mungkin Dhanis masih dijalan” pikirku. Aku mencoba bersabar untuk menunggunya. Jam telah menunjukkan pukul 13.00, aku masih di café itu, menunggu Dhanis. Aku coba telpon lagi, tidak diangkat, sekali lagi, tidak diangkat juga. “Sudah habis kesabaranku” gumamku. Aku merasa dipermainkan Dhanis. Kali ini aku benar-benar marah. Aku mengirimkan sebuah SMS padanya “Maaf Dhanis, Kalo anda sedang sibuk jangan pernah sekali lagi membuat janji dengan orang lain dan jangan pernah menemui saya lagi” ketikku dalam SMS itu. Aku meninggalkan café itu dengan perasaan kecewa. Orang yang aku percaya selama ini mempunyai kualitas kepribadian seperti ini. Disepanjang jalan aku mengerutu tidak ada habisnya. Saat malam tibapun, Dhanis juga tidak memberikan kabar. Entah dimana anak itu ternyata aku salah menilai orang. Dimana nyalinya, seharusnya itu bukan sikap pria. Sesibuk apapun seharusnya dia mempunyai waktu untuk hanya sekedar memberi aku kabar dimana dia sekarang. Apakah terlalu sulit hanya untuk menelepon atau menuliskan SMS. Akupun sudah menyiapkan kata-kata untuk menumpahkan amarahku besok pagi padanya.
Keesokan harinya, dia masih saja offline, sampai akhir haripun tetap offline. Begitupula hari selanjutnya dan selanjutnya, sampai seminggu kemudian, tetap saja dia tidak tampak. Aku malas bila harus meng-SMS atau menelponnya lagi. “Nggak penting deh” pikirku. Ini sudah hari ketujuh dia menghilang. Dan aku sudah sedikit melupakan kejadian itu. Suatu sore tiba-tiba telponku berdering dari nomer yang tidak aku kenal. “Halo” kataku. “Dy” jawaban dari seberang. Aku merasa mengenal suaranya. Ya,..itu suara Dhanis. Belum sempat aku bicara, dia sudah melanjutkan kata-katanya. “Aku berada di depan kantormu, aku ingin menemuimu, please temui aku” katanya. Belum sempat aku berbicara, telponnya sudah ditutup. Aku coba telpon kembali untuk mengatakan “Aku takkan pernah mau menemuimu lagi” tetapi telpon diseberang mengatakan “nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau diluar jangkauan, silahkan meninggalkan pesan”, pertanda HP-nya dimatikan. “Maunya apa sih tuh orang” pikirku. Aku segera beranjak keluar kantor. Aku mencari sosok Dhanis, aku masih punya sisa ingatan mengenai sosoknya dari PIC yang dikirimkannya padaku. Aku coba mencari sosok yang belum aku kenal sebelumnya itu diantara sosok-sosok temanku yang sedang menyiapkan diri pulang ke rumah. “Kamu Dyah ya” suara itu mengagetkanku. Aku menoleh ke arah suara tepat dibelakangku. “Dhanis” kataku. Persis seperti sosok yang digambarkannya selama ini. Dia memandangiku, begitupula aku. “Dy, ijinkan aku berbicara sebentar padamu” katanya. “Apa yang ingin kamu bicarakan lagi Dhan” kataku. “Aku tau kamu marah besar padaku Dy, tapi dengarlah penjelasanku dulu” katanya. “Sudahlah aku tidak ingin mendengar segala alasanmu lagi” kataku. Aku beranjak dari tempatku berdiri, tetapi tangannya meraih lenganku. “Please Dy, dengerin aku dulu” katanya. “Lepaskan tanganmu” kataku. “Aku akan melepaskan tanganku setelah kamu mau aku ajak bicara. Aku tak peduli walaupun kamu berteriak sekalipun” katanya. “Apa sih maumu” kataku. “Kamu akan tau Dy” jawabnya. “Ayo kita ke café temanmu itu seperti janji kita bertemu seminggu yang lalu” katanya. “Kita bicara disini saja” kataku. “Dy, please, jika kamu berikan waktu walaupun untuk yang terakhir sekalipun, aku terima Dy, tapi tolong dengerin penjelasan aku dulu” katanya. “Ok, aku beri kamu waktu untuk yang terakhir kali” kataku.
Dia memacu motornya ke café Surya. Diperjalanan dia tidak mengatakan sepatah katapun begitu pula aku. Tiba-tiba aku merasakan amarah kembali yang sangat dari diriku kepadanya. “Aku harus mengendalikan ini” pikirku. Kami tiba di café Surya, 45 menit kemudian, suasananya agak lengang kali ini. Aku memesan Capucino kesukaanku sedangkan dia memesan soft drink. “Apa yang ingin kamu jelaskan” kataku mengawali pembicaraan. “Dy, aku ingin bercerita padamu, tetapi jangan pernah memotong perkataanku dulu, kamu punya waktu berbicara setelah aku selesai menjelaskan kepadamu” katanya. “Kenapa orang ini selalu berbicara sistematis” pikirku. Dhanis selalu berbicara dengan alur, dari semenjak saat kita pertama kali bertemu di dunia maya sampai saat kami bertemu nyata. Mungkin karena pekerjaannya sebagai auditor yang selalu menggunakan alur untuk menarik kesimpulan. “Terserah rule-mu lah Dhan” kataku sekenanya. “Dy, aku tau kamu marah, tapi please dengarkan aku dengan seksama, setelah itu kamu bebas melakukan apapun terhadap diriku” katanya. “ya,..ya,..terserah maumu lah” kataku.
Dhanis mulai bercerita. “Dy, sebenarnya seminggu yang lalu saat kita buat janji disini, aku sudah berada disini ½ jam sebelum kamu datang” katanya memulai. “Aku melihatmu masuk ke café dan berbincang sebentar dengan temanmu itu” sambungnya. “Kamu memesan Capucino panas saat itu, sambil menungguku, kamu membaca buku”. “Buku berwarna merah tapi tidak jelas buku apa yang kamu baca”. “Kamu duduk di meja no. 5, memakai baju biru dengan celana jeans biru” katanya. “Jam 11.30 kamu mulai menelpon dan meng-SMS-ku tapi aku tidak berani mengangkat” “Kamu memesan kembali capucino dingin setelah itu, kamu selesai membaca bukumu jam 12.15” katanya. “Jam 12.30 kamu pergi ke toilet, sambil berbincang sebentar kearah pelayan yang menjaga pintu itu. Kamu memperlihatkan sesuatu padanya. Aku rasa kamu berbicara padanya untuk menyuruhku menunggu bila aku datang, aku tau kamu menunjukkan PIC-ku padanya” katanya. “Kamu kembali lagi kemejamu jam 12.45, kamu menelponku lagi dan meng-SMS aku lagi sebelum meninggalkan café ini” jelasnya. “Jam 13.00 kamu meninggalkan café ini” katanya. Penjelasannya sangat lugas sekali, benar itulah yang aku lakukan saat itu, sampai sedetail itu dia memperhatikan aku. “Terus kena..” kataku tetapi terlanjur dipotong olehnya. “Dy, please kamu jangan bicara dulu” katanya. “Aku tau kamu ingin menanyakan kenapa aku tidak menemuimu
Aku pandangi matanya, amarahku berangsur-angsur menghilang. Aku dengarkan setiap kata demi kata yang diucapkannya tadi. “Dy, bicaralah” katanya. “Dhan, kamu itu seperti Dhanis yang aku dugakan selama ini. Inilah Dhanis yang selama ini hanya aku ajak berbicara di chat. Sosok kamu inilah yang selama ini aku pikirkaan mengenai Dhanis didunia nyata. Tidak ada yang salah dengan yang aku pikirkan” kataku. “Kamu orang yang sederhana, sistematis, teratur, suka bicara apa yang kamu pikirkan dan secara fisikpun tidak melenceng dari dugaanku selama ini” kataku. “Aku tidak pernah berpikir mengenai seperti apa fisikmu, Dhan, hanya saja aku kecewa dengan sikapmu” sambungku. “Seharusnya walau bagaimanapun kamu harus menemui aku dulu waktu itu, karena kamu telah berjanji menemuiku, ingat Dhan menunggu itu menjenuhkan” kataku. “Saat itu sebenarnya aku ingin mengatakan padamu aku telah lolos seleksi yang pernah aku ceritakan padamu sebelumnya, aku ingin bilang padamu bagaimana sebaiknya, apakah aku harus pergi atau tetap tinggal” kataku. “Dan setelah kejadian itu, aku putuskan untuk pergi saja, aku tidak mau bila aku saja yang menyukaimu Dhan” kataku. Ada sinar kekagetan sekaligus kebahagiaan dari wajah Dhanis setelah mendengar ucapanku barusan. “Tapi setelah aku mendengar penjelasanmu tadi , aku akan mengubah tujuanku. Aku akan tetap disini Dhan” kataku. “Aku sudah selesai bicara, Dhan” kataku. “Dy, kamu juga suka aku?” tanyanya. Wajahnya sangat sumringah sekali. Aku mengangguk. “Kenapa aku tidak menemuimu saja minggu lalu?” katanya. Aku tersenyum. “Dhan, aku pikir kamu tidak akan pernah tau perasaanku bahwa sesungguhnya aku menyukaimu” begitu ucapku dalam hati.
“Kala bunga mengembangkan sekali lagi mekarnya
Tampak padanya sebuah aroma mewangi yang terbias
Tatkala hujan berhenti menjadi lengkungan pelangi
Sewarna hati yang sedang mengembangkan sayap cinta”
Label: Cerpen
Mekar lagi sebuah siluet lengkungan pelangi
Menapaki sejumlah huruf yang tersirat dari hati
Dalam bukit kembang yang merangkaikan wangi
Tersemaikan dalam serutan imajinasi yang berhenti
Sosoknya serahkan kisah yang nyata
Tergambar dari seraut pancaran cahaya
Sederhana dengan semua karunia ilahi
Begitu sempurna untuk tak terindikasi
Kali ini hati terketuk dalam surau-Nya
Sapaan yang mewakili bukan duniawi
Seputih nurani yang berjalan karena-Nya
Bukan lagi hanya karena raga yang terisi
Kali ini terakhir hati menggetarkan kasih
Untuk menyandarkan kisah bersama kepada-Nya
Semoga Sang Ilahi ridhokan besitan terakhir yang singgah
Sehingga surau dari hati kami tidak terbuka lagi
“and even if I'm there, all I see is you because you're near me”
Label: PoeM
“De,..”. Aku terkejut mendengar sapaan itu. Aku menoleh ke asal suara. Hanya satu orang yang memanggilku dengan nama itu. Dia adalah seorang sahabatku, namanya Geza Farizi Setyawan, aku memanggilnya dengan nama ”Gie”. Aku sendiri bernama Dinasty Pravita. Teman-temanku memanggilku dengan nama asty. Dan hanya Gie yang memanggilku dengan nama ”De”. Begitu juga dengan Gie, teman-teman memanggilnya Fari tetapi aku memanggilnya dengan ”Gie”. Nama panggilan kami tersebut adalah inisial dari nama kami, lebih singkat dan sederhana, itulah alasan kami memakai panggilan itu.
Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Sudah 6 tahun kami tidak bersua. Dia melanjutkan kuliahnya di Malaysia. Itulah impiannya. Sebelumnya dia memang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri. Suatu kali dia pernah berkata kepadaku ”Ayo kita lanjutkan sekolah bareng di Malaysia, biar aku nggak usah capek-capek belajar, kan ada kamu” katanya. ”Berarti dibayarin kamu dong Gie” candaku. ”Ye, emangnya murah kuliah di luar negri” jawabnya. ”Kalo mo dibantu ya modal dong, Gie” kataku. Dan kitapun tertawa bersama. Itu percakapanku 7 tahun lalu, saat kami kelas 3 SMU. Dia memilih sekolah di Malaysia dengan alasan lebih dekat dengan Indonesia, dan agak murah dibanding di negara lain. ”De,..aku diterima kuliah di Malaysia” begitu SMS-nya suatu hari. ”Makasih ya De, sudah di kursusin privat setiap hari” Sambungnya. ”Wah, selamat Gie, impianmu terkabul” balasku. Aku memilih untuk bersekolah di Indonesia saja, aku diterima di universitas negeri di suatu kota di tengah jawa, lebih murah sehingga tidak memberatkan orang tuaku. Kasihan mereka, orang tuaku hanya PNS biasa yang tidak mungkin membiayaiku sekolah di luar negeri walaupun sebenarnya aku mampu. Beda dengan Gie, dia anak pasangan dosen, sehingga orang tuanya sadar ilmu dan ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang lebih baik. Dan semenjak keberangkatannya ke Malaysia, kami hanya berinteraksi melalui email dan SMS saja. Aku jarang membuka email, kadang ada beberapa message-nya di inbox aku. Dan aku baru buka beberapa minggu kemudian. Sudah beberapa bulan ini tidak ada message dalam inbox-ku maupun SMS darinya. Aku hanya berpikir mungkin dia sedang sibuk kuliah. Di beberapa emailnya dia bercerita mengenai kuliahnya yang semakin berat. Dan entahlah waktu itupun aku juga merasakan kuliahku pun semakin butuh konsentrasi.
Dan setelah empat tahun, aku lulus dengan nilai yang lumayan. Dan aku sudah bekerja sebagai project marketing officer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Aku kembali lagi ke kotaku setelah lulus kuliah. Itu memang keinginanku. Dan alhamdulillah terkabul. Sebagai marketing officer, aku harus berkunjung dibeberapa daerah untuk melihat perkembangan daerah tersebut, sebagai bagian dari pangsa pasarku. Aku bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan marketing, sebenarnya aku punya manajer tetapi akulah pelaksana sesungguhnya. Hampir seluruh kota telah aku kunjungi. Seneng juga bisa selalu jalan-jalan. Dan itulah impianku ”keliling Indonesia gratis”.
Gie dan aku sama-sama suka menulis. Dulu lama suka bertukar ide bahkan kami telah membuat satu cerpen bersama. Ide kami datang setelah kita sama-sama nonton film ”Ada Apa Dengan Cinta”. Aku masih menyimpan filenya, dan sekarang sudah menghiasi tulisanku di blog. Baru satu tahun ini aku membuka blog karena keinginanku menerbitkan tulisanku. Aku suka sekali menulis, aku gunakan waktuku menulis untuk mengurangi kejenuhanku bekerja. Lumayan bisa menambah temen dari banyaknya frekuensi aku menulis. Andai saja Gie tau kalo aku suka menulis, pasti dia akan memberiku semangat lebih. Sudah beberapa tulisanku aku kirim ke-inbox-nya, tetapi setiap kali mengirim email dia tidak pernah memberi komentar tentang tulisanku. Dia memang pernah berkata padaku kalau dia hanya membuka email yang dikirimkan khusus padanya, bukan pada banyak orang. Memang email yang aku kirimkan padanya itu aku tujukan pula untuk beberapa orang. Baru ku sadari sekarang itulah alasan dia tidak pernah memberikan komentar mengenai tulisanku.
Suatu kali aku menerima email darinya. Dia menceritakan bahwa dia sedang jatuh cinta kepada wanita malaysia bernama Fatima. Teman satu kampusnya tetapi beda angkatan, Fatima satu tingkat dibawahnya sekaligus anak pemilik flat tempat dia tinggal. Dan kemungkinan dia akan menikah dengannya tahun ini. Dalam tulisannya dia sangat mencintai wanita itu. Aku sangat bahagia ketika mendengar ceritanya itu. Akhirnya Gie menemukan tambatan hatinya. Selama 9 tahun kami bersahabat jarang aku mendengar dia sedang jatuh cinta. Setahuku wanita dalam kehidupannya hanyalah ibunya, adiknya, aku dan seorang wanita cinta pertamanya bernama ”Fitri Dewandari”. Itulah wanita yang ada di kehidupannya. Dulu teman-temanku sering mengira kami adalah sepasang kekasih. Kami hanya tertawa bila ada teman yang bertanya. Aku dan Gie pacaran?? Nggak banget deh. Memang aneh bila seorang pria dan seorang wanita bersahabat sedekat itu, tapi bagi kami semua itu tidak ada yang aneh. Karena kami bisa menjaga persahabatan ini selama 9 tahun, dan hanya bersahabat saja tidak lebih. Di email itu pula pula Gie bercerita dia sedang melanjutkan S2-nya disana. Dia juga telah menjadi assisten dosen disana sambil meneruskan kuliahnya.
Aku sedang berada di sebuah tempat yang jadi tempat favoritku sekarang. Inilah tempat tujuanku bila aku sedang tidak ada pekerjaan. Ada sebuah tempat bersantai didaerah selatan jakarta, disitu ada sebuah tempat makan dengan pemandangan yang indah. Dulu aku dan Gie sering ke sini bila kami ada waktu, sekedar makan sambil bercerita tentang semuanya. Dan saat ini tiba-tiba Gie ada disini. Tiba-tiba dia menyapaku. Aku masih kaget. ”Aku tau kamu disini De, kamu memang tidak pernah berubah selalu melakukan hal yang sama setiap waktu, kamu masih semelankolis dulu” Lanjutnya. Aku tersenyum. ”Gie, kamu ada di Indonesia? kapan datang. Kok nggak kasih kabar sih?” tanyaku. ”Baru kemarin aku dateng De, aku memutuskan untuk pindah ke Indonesia” Katanya. Aku tambah kaget dengan kata-katanya itu. ”Apa kamu nggak salah Gie?” kataku. ”Bukannya disana kamu sudah jadi assisten dosen, tunggulah sampai S2mu selesai. Pasti kamu akan jadi dosen disana” kataku. ”Aku sudah mengajukan tesisku De, tinggal beberapa bulan lagi aku selesai” katanya. ”Aku akan banyak tinggal di Indonesia, aku ditawari jadi assisten dosen di UI dan aku memilih untuk bekerja disitu” jelasnya. ”Lho, kenapa Gie? Kenapa memilih kembali? Bukannya kamu akan menikah tahun ini dengan Fatima?, bukannya lebih enak bila kalian tinggal di Malaysia kalo kalian menikah nantinya?” tanyaku lagi. ”Aku sudah selesai dengan Fatima, De” jawabnya. ”Hah,..”. Aku melongo mendengar penuturannya. ”Selesai” batinku. ”Bukannya email itu dikirim 8 bulan yang lalu” pikirku lagi. ”Kenapa Gie?” tanyaku. ”Aku memilih untuk membuat komitmen, De, bukan hanya cinta tapi sebuah komitmen juga” katanya. ”Komitmen apa?” kataku. ”Komitmen untuk hidup bersama denganmu De” katanya. ”Hah,..” aku melonggo lagi. Aku belum mengerti tentang apa yang dikatakannya. ”Maksudmu?” tanyaku. ”Ya, De, aku ingin membuat komitmen hidup bersama denganmu, menikah denganmu De” katanya. Aku masih bingung mencerna kata-katanya. Lebih membingungkan daripada teori auditing yang pernah aku terima dikampus. ”Sebentar Gie, aku kok agak kaget denger ceritamu ya. Coba kamu ceritakan dari awal” Kataku. ”De, waktu di Malaysia aku memang jatuh cinta pada Fatima, tetapi aku sangat tidak nyaman dengan perasaanku ini. Aku tidak nyaman jalan berdua dengan wanita yang aku cintai, De” ”Aku tidak bisa menghindarkan diriku dari pikiran-pikiran kotor yang merusak diriku, De” Katanya. ”Aku belum bisa menikahinya, De. Dia masih adik kelasku, orang tuanya juga menginginkan dia lulus dulu. Berarti itu setahun lagi. Aku tidak bisa hidup begitu terus. Aku takut dosa. Akhirnya aku putuskan untuk selesai dan pindah ke Indonesia” Katanya. ”Aku selalu berdoa tiap malam, De, agar Allah jadikan aku ridho terhadap apa-apa yang Allah tetapkan padaku dan jadikan barokah apa-apa yang telah Allah takdirkan padaku, sehingga aku tidak ingin menyegerakan apa-apa yang Allah tunda dan menunda apa-apa yang Allah segerakan”. “De, aku sangat ingin mendapat keridhoan Allah, aku berusaha mencari seseorang yang sama denganku, karena secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan nyaman jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan sebagainya sehingga Allah akan bisa hadir secara penuh dalam hatinya. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan hanya untuk Allah”. “Kamu yang selalu terpikir dalam benakku, De”. “De, semua yang ada dalam diri kita itu hampir sama” Jelasnya. “Tapi Gie” kataku. “De, cinta bukan atas nama Allah itu hanya nafsu tetapi komitmen itu adalah harga diri” Potongnya. “Biarkan cinta kita tumbuh seiring dengan keinginan kita untuk mencari keridhoan Allah, bukan hanya cinta karena nafsu saja tetapi cinta karena Allah” Katanya. Air mataku menetes, hatiku luluh dengan ucapannya. Gie telah berubah. Bukan Gie sahabatku yang dulu, tetapi sekarang Gie datang tepat didepanku sebagai seorang manusia yang sedang meniti hidup di jalan Allah. “Ya Allah terima kasih Engkau telah berikan jodoh padaku seperti doaku selama ini. Dan inilah suami yang aku inginkan, suami yang mencintai dan merindukan hidup dijalan-Mu dan menginginkan seluruh hidupnya dipenuhi oleh ridho-Mu” Ucapku dalam hati.
“Bila cahaya pencipta telah menuruni hati
Sinarnya akan mencairkan kerumitan jiwa
Bukan sekedar cinta yang memenuhi sukma
Tetapi keinginan penuh untuk mencapai syurga”
Label: Cerpen
Ketika cinta itu indah
Mereka mencoba merasakannya
Ketika cinta itu semangat
Mereka mencoba mengobarkannya
Ketika cinta itu pengorbanan
Mereka mencoba memperjuangkannya
Ketika cinta itu penantian
Mereka mencoba menunggunya
Ketika cinta itu isyarat
Mereka mencoba mengartikannya
Ketika cinta itu pintu
Mereka mencoba mengetuknya
Ketika cinta itu menyapa
Mereka mencoba membalasnya
Ketika cinta itu perjalanan
Mereka mencoba menjajakinya
Ketika cinta itu kehidupan
Mereka mencoba menempuhinya
Ketika cinta itu kisah
Mereka mencoba bercerita
Ketika cinta itu nyanyian
Mereka mencoba menyenandungkannya
Ketika cinta itu puisi
Mereka mencoba menyairkannya
Ketika cinta itu sandiwara
Mereka mencoba memainkannya
Ketika cinta itu ungkapan
Mereka coba menyatakannya
Ketika cinta itu semu
Mereka mencoba membuat menjadi nyata
Ketika cinta itu khayalan
Mereka mencoba memimpikannya
Ketika cinta itu impian
Mereka mencoba meraihnya
Ketika cinta itu harapan
Mereka mencoba mewujudkannya
Ketika cinta itu cahaya
Mereka mencoba menyinarkannya
Ketika cinta itu benih
Mereka mencoba memekarkannya
Ketika cinta itu awan
Mereka mencoba menaunginya
Ketika cinta itu angin
Mereka mencoba menghembuskannya
Ketika cinta itu embun
Mereka mencoba menyegarkannya
Ketika cinta itu hujan
Mereka mencoba mengguyurkannya
Ketika cinta itu mentari
Mereka coba menghangatinya
Ketika cinta itu bintang
Mereka mencoba menyinarinya
Ketika cinta itu patung
Mereka mencoba memahatnya
Ketika cinta itu jasad
Mereka mencoba menjadi ruhnya
Ketika cinta itu sayap
Mereka mencoba menerbangkannya
Ketika cinta itu samudra
Mereka mencoba mengarunginya
Ketika cinta itu ruang
Mereka mencoba mengisinya
Ketika cinta itu komitmen
Mereka mencoba menjaganya
Ketika cinta itu batasan
Mereka mencoba melewatinya
Ketika cinta itu hampa
Mereka mencoba memenuhinya
Ketika cinta itu mengekang
Mereka mencoba mempertahankan
Ketika cinta itu jarak
Mereka mencoba mendekatkannya
Ketika cinta itu waktu
Mereka mencoba memanfaatkannya
Ketika cinta itu beku
Mereka mencoba mencairkannya
Ketika cinta itu layu
Mereka mencoba menyiraminya
Ketika cinta itu kegelapan
Mereka mencoba meneranginya
Ketika cinta itu misteri
Mereka mencoba menyelidikinya
Ketika cinta itu patah
Mereka mencoba menyambungkannya
Ketika cinta itu luka
Mereka mencoba menyembuhkannya
Ketika cinta itu airmata
Mereka mencoba mengusapnya
Ketika cinta itu masa lalu
Mereka mencoba mengenangnya
Ketika cinta itu hilang
Mereka mencoba mengikhlaskannya
Ketika cinta itu pilihan
Mereka mencoba memilihnya
Ketika cinta itu C I N T A
Mereka mencoba menerjemahkan serta melalui tanpa dapat menghindarinya
Label: PoeM
Kisah Cinta Seekor Kupu-Kupu
Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia.
Namun pada suatu hari, sang pria mengalami luka parah akibat sebuah kecelakaan tragis. Ia terbaring di atas ranjang rumah sakit beberapa malam tidak sadarkan diri. Siang hari sang wanita menangis tersedu, terduduk di depan ranjang kekasihnya dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasihnya yang tak kunjung sadar.
Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya bisa sembuh dan selamat seperti sedia kala. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang waktu. Waktu demi waktu berlalu, sang pria masih tetap tak sadarkan diri, sedangkan si wanita tetap dalam kesedihannya yang luar biasa, namun ia tetap dengan susah payah bertahan. Hingga pada akhirnya di suatu hari, Tuhan terharu oleh keadaan wanita yg setia dan teguh itu.
Tuhan memutuskan memberikan wanita itu sebuah pengecualian, malam hari pada sebuah percakapan di dalam doa Tuhan bertanya kepadanya “Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu untuk menukar dengan kesembuhan kekasihmu?” Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab “Ya”. Tuhan berkata “Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?”. Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti ia menjawab “saya bersedia!”.
Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Ia sangat berbahagia karena melihat kekasihnya benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke kamar sang kekasih karena ruang itu di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya yang sangat ia cintai, dan berharap ia menoleh untuk melihat seekor kupu-kupu yang sedang menatapnya, berbahagia dengan keadaannya. Beberapa hari kemudian, sang pria telah sembuh total. Namun ia sama sekali tidak berbahagia. Ia mencari-cari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu keberadaan sang wanita. Wajahnya terlihat murung, dan ia menitikkan air mata, sang pria menganggap kekasihnya sudah meninggalkannya dan melupakannya. Namun, ia masih belum menyerah, sepanjang hari ia tidak makan dan tidak beristirahat, ia terus mencari kekasihnya yang sangat ia cintai.. Ia begitu rindu kepadanya, ia bertanya pada setiap orang yang lewat, ia memegang foto kekasihnya dan terus bertanya sepanjang hari, waktu demi waktu berlalu hingga ia merasa sudah waktunya ia menghentikan semuanya.
Sang kupu-kupu masih disana melihatnya setiap hari menghabiskan waktu mencari dirinya yang kini berwujud kupu-kupu. Ingin sekali rasanya ia berteriak, berlari dan memeluknya dan mengatakan betapa ia mencintainya…betapa ia merindukannya…sang kupu-kupu rasakan hatinya pedih…perih..menangis sejadinya dan nyatanya ia merasakan keadaan ini lebih menyakitkan. Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Sang kupu-kupu masih terus menemui kekasihnya, dan selama itu pula ia merasa tersiksa. Terkadang ia merintih di ujung taman kota, dan ingin sekali agar Tuhan kembali mengubahnya menjadi manusia.
Musim kembali berganti, sang kupu-kupu tetap dalam kesendiriannya, Ia pergi ketempat kekasihnya tinggal dan hinggap di atas bahunya. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil membelai halus wajahn kekasihnya, menggunakan mulutnya yang mungil mencium lembut keningnya. Terselinap dalam hati sang kupu-kupu bahwa ia bersyukur menjadi seekor kupu-kupu yang selalu dapat terbang dan melihat kekasihnya kapanpun ia mau, menemani kesendiriannya, dan menghias lebut pemandangan kekasihnya dengan sayapnya yang indah. Musim kembali berganti, pada suatu hari ia terbang dengan riang berharap dapat kembali menemani kekasihnya, namun seketika ia tersentak kaget ketika melihat kekasihnya sedang duduk di taman kota bersama seorang gadis yang cantik. Hatinya merasa gusar dan gelisah ketika kecurigaannya benar, bahwa gadis itu adalah kekasih kekasihnya.Hatinya kembali sakit, ia menangis tersedu, hatinya terasa hancur dan impiannya pun terkoyak…
Sang kupu-kupu sangat sedih tak terperi ketika beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, dan menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah di milikinya dahulu dilakukan tanpa dirinya, dan dilakukan kekasihnya oleh wanita lain… Musim panas tahun ini terasa sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya. Bisikan suara antara kekasihnya dengan wanita itu, suara gelak tawanya, untaian senyum yang terukir diwajah mereka, sudah cukup membuat hembusan napas dirinya kian berat, oleh karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini adalah kehampaan dalam dirinya.
Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu akan segera berakhir dan pada saat hari yg terakhir perjanjiannya, sang pria kekasihnya sedang melangsungkan pernikahan dengan wanitanya di sebuah kapel di kota. Di dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang, sanak saudara, dan kerabat. Sang kupu-kupu terbang masuk kedalam kapel dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan. Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan “saya bersedia menikah dengannya!”. Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sang kupu-kupu mengalir membasahi pelipis patung Tuhan. Dengan pedih hati Tuhan menarik napas “Apakah kamu menyesal?”. Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya terdiam. Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan “Besok kamu sudah kembali menjadi manusia”. Sang kupu2 menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata “Tuhan, biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidupku”. Mungkin pada saat itu Tuhan tersenyum damai dengan jawaban sang kupu-kupu yang ingin menjadi kupu-kupu selamanya. Ia akan dengan bebas menghibur dirinya terbang mengunjungi dan melihat kekasihnya meskipun kekasihnya kini sudah bukan miliknya. Ia berdamai dengan keadaannya yang diputuskan Tuhan untuknya. Seandainya pun ia tetap menjadi manusia, ia mendapatkan begitu banyak pelajaran baru yang berharga dalam hidupya.
Bahwa ada beberapa kehilangan merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan, mencintai seseorang memang tidak selamanya harus memiliki, tapi pengorbanan yang dilakukan dalam cinta adalah bentuk kesempurnaan cinta itu sendiri. Bagi mereka yang kini sudah terlengkapi hatinya, bersyukurlah atas cinta yang kalian miliki dengan saling menjaga keindahan itu hingga kalian wafat, jagalah keindahan dan kedamaian itu hingga kalian merasa bahwa Tuhan yang maha baik akan terus berikan kalian yang terbaik di dalam hidup kalian yang baik.
Cinta Dan Pernikahan
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan rantingyang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta".
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta"
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
Jangan Menyalahkan Cinta
jika ada sebua bangku sekolah
yang mengajarkan tentang hakikat cinta
maka aku mohon daftarkan aku segera
agar aku bisa mencintai dengan sempurna
tanpa ada irisan-irisan nafsu sela hati
jika cinta diajarkan dengan sebuah mistik
maka aku harus berapa hari untuk melakukan tapa
atau berapa abad bagiku menjalani semedi
agar aku bisa mengupas sebuah cinta
dan menyajikan hidangan cinta bagi yang aku sayangi
jika cinta adalah sesuatu yang suci
ajarkan diriku untuk mengambil kemurniannya
lalu aku balurkan pada tubuhku yang hina
agar nafsu liarku segera sirna tanpa sisa
-----rr_kabalmay wrote :-------------
Kepada Siapa Cinta Bicara
Kepada kau yang pernah mencinta
Kepada kau yang pernah dicinta
Kepada siapa saja yang pernah membawa, menikmati, hanyut, terombang-ambing, terhempas, terdampar dan bahkan larut tak bersisa menyatu dalam Cinta
Kepada bidadari, kepada angin, kepadabulan, kepada matahari, kepada gemintang, kepada awan, kepada hujan, kepadalaut, kepada batu karang, kepada pantai, kepada nyiur, kepada semesta dan alam raya
Kepada peristiwa yang pernah hadir dalam hidupku yang belum sempat kunamai
Kepada yang kucintai, kepada yang mencintaiku, kepada yang mengajariku dan aku belajar makna Cinta darinya
Kepada kalian kutuliskan kata sakti ini
Cinta, Cinta, Cinta dan Cinta….
Datangnya bisa tiba-tiba
Pun dapat tumbuh perlahan
Karena benihnya bersemayam di hatimu
Cinta…
Rumit bila kau memaksa mencintai dengan sedehana
Sederhana bila kau merasa sudah cukup dengannya
Bahagia jika sesuai kehendakmu
Sakit jika tak sejalan dengan yang kau mau
Cinta…
Rasa yang teramat sulit diartikan
Bahagia, ngeri dan nyeri yang tak terperi menyatu membungkusmu
Maka tak perlu bertanya, resapi saja…
Tuturkan, jangan kau umbar
Berikan, jangan mengharap kembali
Cinta…
Sungguh arasnya tak terjangkau
Percintaan dan pernikahan sejatinya hanya upaya untuk menafsirkan
Luas, sempit, dalam, dangkal adalah pemaknaan semu tentangnya
Karena Cinta sudah cukup untuk Cinta
Bila cinta menjelma bahagia, berbalut derita, berbunga kasmaran, membuatmu gila, mencengkerammu, mencekikmu, membekapmu, membelaimu, menggantangmu, mengurapimu bahkan membunuhmu sekalipun…
Maka jangan pernah bertanya, kenapa?
Yogyakarta, 5 Januari 2008
Rofiko Rahayu Kabalmay
Terinspirasi dari kata-kata bijak Imam Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakan wajahmu ya Amirul Mukminin).
"Jika kau mencintai sesuatu, cintailah sewajarnya saja karena kau tidak akan pernah tahu kapan kau membencinya, dan jika kau membenci sesuatu, bencilah sewajarnya saja karena kau pun tidak akan pernah tahu kapan cinta itu kembali."
----- Original Message ----
From: Hapsari Wirastuti Susetianingtyas <hapsari.ws@gmail.
Sent: Friday, January 4, 2008 11:22:16 AM
Subject: Jangan Menyalahkan Cinta
Cinta adalah suatu perasaan yang indah bagi yang mengalaminya. Cinta bukan sesuatu yang menyakitkan. Tapi cinta itu mengobati jiwa. Bagi sebagian orang cinta hanya dianggap suatu fase kehidupan yang semua orang akan mengalaminya tanpa berfikir mengenai maknanya. Sehingga dalam perjalanannya cinta hanyalah cerita. Bagi sebagian lainnya cinta itu pengorbanan untuk mendapatkannya. Berkorban waktu, berkorban uang bahkan berkorban kebebasan. Hanya berkorban tanpa menentang. Sebagian lainnya menganggap cinta itu adalah perjuangan. Perjuangan untuk mendapatkan hatinya, perjuangan untuk meyakinkan bahwa kitalah yang pantas mendampinginya, bahkan perjuangan untuk menjadikannya pasangan seumur hidup kita.
Cinta seperti apa yang kamu punya?
Cinta itu tidak untuk dinodai, tidak untuk diduakan walau hanya dalam hati semata dan tidak untuk menyakiti diri sendiri. Cinta bukan untuk ditangisi, bukan untuk bersedih dan bukan untuk disesali. Cinta itu bukan kebohongan dan bukan untuk didustai. Cinta itu bukan keterpaksaan. Cinta itu bukan sesuatu yang harus disesali karena cinta itu memilih dan dipilih. Cinta adalah perjuangan untuk menunjukkan kesungguhan dan keikhlasan bukan hanya sekedar menunggu dan menyakiti diri sendiri.
Hmm...Semua yang menjadi pilihan cinta kita, seperti apakah cinta yang kita punyai sekarang, JANGAN pernah MENYALAHKAN mengapa cinta itu terpilih. Cinta terpilih bukan karena SIAPAPUN dan APAPUN. Cinta itu TIDAK untuk MENYAKITI maupun MENDZOLIMI tetapi untuk mendapatkan ridho Allah.
Terinspirasi dari makna kisah plato dan sepotong gandum : Pilihlah cinta dan jangan menengok ke belakang lagi walaupun cinta yang dipilih bukan yang terbaik
--
Regards,
Hapsari Wirastuti Susetianingtyas
Walau Habis Terang
Ku terbiasa tersenyum tenang
walau aargh…
hatiku menangis
Kaulah cerita
tertulis dengan pasti
selamanya dalam pikiranku
Lupakan semua
tinggalkan ini
Ku kan tenang
dan kau kan pergi
Berjalanlah walau habis terang
Ambil cahaya cinta kuterangi jalanmu
Di antara beribu lainnya
kau tetap..
kau tetap..
kau tetap..
benderang
O.. oo
MuSiKNYa eNaK BuaT DiDeNGeRiN KaLo LaGI BT
Hello
Lirik Hello-Lionel Richie
Ive been alone with you
Inside my mind
And in my dreams Ive kissed your lips
A thousand times
I sometimes see you
Pass outside my door
Hello!
Is it me youre looking for?
I can see it in your eyes
I can see it in your smile
Youre all Ive ever wanted
And my arms are open wide
Because you know just what to say
And you know just what to do
And I want to tell you so much
I love you
I long to see the sunlight in your hair
And tell you time and time again
How much I care
Sometimes I feel my heart will overflow
Hello!
Ive just got to let you know
Because I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I havent got a clue
But let me start by saying I love you
Hello!
Is it me youre looking for?
Becuase I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I havent got a clue
But let me start by saying I love you
"ouR MeMoRieS SoNG"
Malaikat Juga Tahu
Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya
Lirik Lagu Dewi Lestari - Malaikat Juga Tahu
Kau Sahabatku Terbaik di Dunia
“Halo, selamat pagi,Veni ya?”sapa seseorang diseberang
Aku Tau Kau Hanya Cemburu
Saat Amarahmu terbakar kala ku sulut
Dengan lantunkan indah kisah lalu
Ku berkeras untuk menuturkannya
Dan menyingkirkan perasaanmu
Aku sadar
Saat kau salahkan diriku
Atas perihmu dengan segala keegoisanku
Yang tak pernah peduli
Hanya ada satu namaku dihatimu
Aku sadar
Saat kau sangkakan aku dengan tebakanmu
Ku tau kau tak benar-benar menduga
Karena kau tau kaulah labuhan hatiku
Dan kaulah tempatku kembali
Aku sadar
Kau hanya cemburu,..Ku coba mengerti,..
You just want to tell me how much You Love Me…
Semoga Engkau Ridhoi
Sujudku memohon jalan-Mu menuju persinggahan
Engkau tandakan dalam lantunan ayat-Mu
Ku sandarkan sejumput harapan pada angan
Ku lukiskan rasa dalam hatiku satu
Ya Allah,..
Kumintakan ampunan-Mu atas amarahku
Yang selalu menyalahkan pertanda-Mu
Kali ini ku merasakan getarmu direlung hatiku
Kau tlah bukakan kabut hitam dihatiku
Ya Allah,..
Sujudku telah aku serahkan
Dan bila tanda-Mu bukan kehendakku
Ku tlah yakinkan ini garisan
Untuk menuntunku agar lebih dekat dengan-Mu
Serta ikhlaskan dan tuluskan niatku
Semoga Engkau ridhoi,..Amien,..
Ilusi Waktu
Kurasakan malam mulai menarikan puisi
Dalam gemerlap indahnya bintang
Seakan menambah kesunyian alunan pena
Kusangkakan pada malam yang terkelip
Yang membawaku ke alam mimpi
Ilusi waktu yang tergambar dalam siluet
Tiba-tiba menyadarkanku kepada
Jiwa yang melayang dan beranjak mati
Dan Lagu itu Bercerita Tentang Kita
Ku tergugah melirihkan syairnya
Dengan dengungan pelan dibibirku
Juga lantunan halus dalam hatiku
Kau bisikkan lagu itu padaku
Saat malam mulai bercerita tentang cinta
Dan langit mulai memanjakan kerlipnya
Lalu kita ceritakan lagu itu
Pada malam dan langitnya
Dan lagu itu bercerita tentang kita
Siluet Kilauan Orange di Senja Ini
Cerah menampakkan bulatan terang dihadapanku
Indah menerawangkan anggan dan mengelitik hati
Melamunkan pesona nurani yang tersirat
Matahariku,..hadir dihadapanku
Dengan sosoknya yang sederhana
Sesederhana pancaran cahaya didepanku
Hanya siluet kilauan orange disenja ini
Takdir Cinta
Selamat siang mbak,..
Saya baru saja membaca tulisan anda di majalah friend,..
Tulisan mbak bagus,..
Terus berkarya mbak,..
Salam kenal
Aku tidak berharap dia membalas emailku, tetapi ternyata di luar dugaanku, 5 menit kemudian sebuah email masuk
Terima kasih telah membaca tulisan saya,..
Salam kenal kembali
Itulah awal mula aku mengenalnya. Kami mulai berbalas email, chating bahkan aku mulai berani menelponnya. Dia wanita yang sangat mandiri, tegas, smart, lucu dan enak diajak ngobrol, sangat sempurna bagiku sehingga ketika dia berkata dia akan pergi ke kotaku aku berniat untuk menemuinya. Dia akan berada di kotaku selama 3 hari, dia akan menghadiri suatu pertemuan penulis di sebuah mall terkenal di kotaku. Dan inilah hari itu..
Aku masih saja berdiri disini. Aku melongok ke atas sambil mencari sesuatu yang aku juga tidak tahu, indah sekali malam ini, bulan bersinar dengan sempurna. Sesempurna pertemuanku dengannya nanti. Aku mendesah panjang, kutenangkan hatiku yang resah, kupejamkan mataku sebentar. Detak jantung ini mulai tak beraturan, sungguh benar-benar meresahkan. Segala pikiran berkecamuk diotakku hilir mudik tidak teratur yang membuat perasaanku menjadi tak tenang. Aku bahkan tidak berani membayangkan seperti apa pertemuan kami nanti. Ku longok jam ditanganku, ¾ jam lagi waktu pertemuan itu tiba. Fuh,.. Ya Allah tenangkanlah hatiku. Kuayuhkan tanganku untuk mencegat taksi yang melintas dihadapanku. “Plaza Semanggi, Pak” kataku kepada sopir itu. Diapun mengangguk, mulai menjalankan argo taksinya dan melaju sedang. Ku lihat dari balik jendela taksi kulihat gedung-gedung diluar bertaburan lampu. “Masih ada juga yang bekerja” pikirku. Taksi perlahan-lahan berhenti, macet, yah..begitulah kira-kira. Detak jantungku semakin tak beraturan bukan karena kemacetan itu tetapi karena 10 menit lagi aku akan sampai ditempat itu. Aku mulai resah, tanganku dingin sekali, perutku jadi terasa sakit. Benar-benar menyiksaku sekali. Kulihat gedung plaza itu mulai tampak didepan mataku. Aku tidak bisa berpikir jernih. “Ya Allah, tenangkanlah hatiku” doaku. Semakin mendekat dan mendekat. Akhirnya sopir taksi itu menghentikan laju mobilnya. “Sudah sampai, Pak” katanya. Aku kaget, aku sedang sibuk menenangkan diri sehingga tanpa kusadari taksi sudah berhenti. Aku berikan selembar uang 50 ribuan kepada pengemudi taksi itu. Aku langsung keluar dari taksi itu. “Pak, kembaliannya” kata sopir taksi itu. “Udah ambil saja, Pak” kataku. Aku memasuki plaza itu, kuraih Hp-ku dan mulai menghubunginya. “Halo” sapa dari seberang. “Halo, aku dah nyampe, kamu dimana?” kataku. “Sebentar lagi aku nyampe, tunggu sebentar” katanya. “Ok, aku tunggu didepan Bank Swastika ya” kataku. “Ok” jawabnya. Aku memutuskan untuk jalan-jalan dulu sambil menenangkan hatiku.
Kulihat sekali lagi jam ditanganku, sudah 10 menit aku menunggunya. Pasti dia sudah datang, aku harus ke tempat kita janjian, didepan Bank Swastika. Saat aku sedang berjalan menuju kesana, aku melihatnya sedang menuju kearahku. “Nani” aku memanggilnya. Diapun menoleh kearahku. Tampak padaku senyumnya, kuulurkan tanganku. “Sani” ucapku. “Oh,..ini ya mas Sani” katanya. Aku tersenyum. “Ayo kita cari tempat buat ngobrol” ucapku. Aku berusaha setenang mungkin. Kamipun menemukan tempat yang cocok untuk berbicara. Ditempat paling tinggi gedung itu, di tempat yang paling romantis disini. Ada alunan musik yang mengiringi percakapan kami. Ada lilin yang menerangi meja kami. Ada angin berhembus semilir. Ada bulan yang memancarkan pesonanya. Hatiku bergetar hebat, tak pernah berani kupandang wajahnya. Bukan tak ingin, sungguh aku ingin sekali memandangnya, tapi aku yakin bila itu ku lakukan, aku akan terlihat seperti orang bodoh yang kehilangan kendali. Dan aku tak ingin bertingkah seperti itu dihadapannya. Aku tau yang aku lakukan akan membuatnya merasa tidak diperhatikan. Tetapi itulah yang bisa aku lakukan.
Jam semakin larut, sudah pukul 10 malam. “Ayo kita pulang, Mas, sudah malam” katanya. “Aku masih ingin disini” kataku. “Kapan-kapan kita bertemu lagi saja” katanya. Akupun menurutinya. Kami menuruni gedung itu. “Kayaknya besuk kamu ulang tahun ya Mas” katanya. “Iya” jawabku. Dia diam dan kamipun menaiki lift tanpa berbicara. “Aku antar kamu pulang” kataku. “Iya, Mas” jawabnya. Aku melambaikan tanganku pada taksi yang melintas didepanku. “Monas, Pak” kataku. Dia terkejut dan memandangiku. “Kenapa kita ke monas, Mas?” katanya. “Aku masih pengen ngobrol sama kamu, lagian besok kan libur” katanya. “Nggak ah, pulang aja” katanya. “Kenapa sih? Besuk aku ultah lho” kataku. “Emangnya kenapa? Aku kamu suruh jadi seseorang yang mengucapkan pertama kali selamat gitu” candanya. “Hehehe,..iya” kataku sekenanya. Aku terdiam sambil memandang keluar jendela. “Hmm” aku menghela napas yang ternyata tertangkap olehnya. “Napa, Mas?” katanya. “Eh,..ga papa” kataku. Pikiranku masih sama, masih kacau balau tak beraturan. “Tuh monasnya dah keliatan” katanya. Aku menoleh kearahnya. Lalu mataku tertuju pada wajahnya. Cantik sekali diterangi lampu jalanan yang sedang kami lewati, diantara remang-remang cahaya, dia terlihat sama mempesonanya. Dia menoleh kearahku. Aku pura-pura melihat luar jendela. Kamipun telah memasuki areal monas. Memang disini selalu ramai disaat weekend seperti ini, ada yang main futsal, ada hanya jalan-jalan, ada yang sedang duduk-duduk, ada yang sedang lari-lari. Kamipun memilih untuk duduk disebuah bangku yang kosong. Kami mulai bercerita tentang diri kami, apa yang kami lakukan, serta beberapa kesukaan kami. Sambil sesekali kumeliriknya karena sampai saat inipun aku belum berani memandangi wajahnya. Aneh,..aku memang aneh, untuk memandanginya saja aku tidak mampu.
Jam menunjukkan pukul 23.55, saat kulihat dia menarik tangannya untuk melihat jam. “Kurang 5 menit lagi, Mas” katanya. “He em” sahutku. Udara malam ini mulai dingin sekali, menusuk-nusuk tulang. Kulihat dia agak kedinginan. Dia tutup resleting jaketnya. “Dingin ya” kataku. “Iya” jawabnya. “Sayangnya hari ini aku tidak membawa jaket, kalo bawa pasti kamu nggak sedingin ini” kataku. “Ah,..nggak papa, jaketku juga sudah hangat kok” katanya. “Selamat ulang tahun, Mas” katanya. Aku tersentak kaget. “Eh udah jam 12 ya, makasih ya, Nan” kataku. “Asyik,..Aku jadi orang yang pertama” katanya girang. Aku mengangguk. “Udah pulang yuk, Mas” katanya. “Aku ngantuk banget” lanjutnya. Aku menoleh kearahnya. Wajahnya sudah kepayahan menahan kantuk. Aku sebenarnya nggak tega melihat wajahnya, tetapi aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu padanya malam ini. Sesuatu yang mungkin tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. “Nan, aku mau ngomong sesuatu” kataku. “Emangnya dari tadi kita nggak ngomong ya” candanya. “Ini serius, Nan” kataku. “Iya deh,..ngomong aja” katanya. Aku bingung harus mulai dari mana untuk mengawali pembicaraan penting ini. Sebenarnya akupun juga tidak berani mengatakannya. Tapi ini harus aku lakukan karena aku tidak ingin selalu tersiksa seperti ini. Inilah kesempatanku, kalau tidak sekarang kapan lagi. “Nan, jawab yang jujur ya” kataku membuka pembicaraan. “Iya” katanya. “Nan, mau nggak kamu jadi kado terindahku hari ini? Mau nggak kamu jadi istriku?” kataku. Entahlah tiba-tiba saja aku mengucapkan kata itu dan mempunyai keberanian untuk mengucapkannya. Seperti dugaanku Nani sangat terkejut, wajahnya terlihat memandangiku dengan aneh. Dia terdiam, lama sekali dia terdiam. “Nan, kamu marah ya?” kataku. Dia masih terdiam. “Nan, ngomong dong” kataku. Dia menoleh kearahku. “Mas, aku kira selama ini kamu menganggap aku sebagai adik, aku benar-benar terkejut kamu berkata seperti itu” katanya. Tubuhku lemas seketika mendengar apa yang dia katakan. Aku tau dia akan mengatakan seperti itu, karena selama ini aku memang tidak pernah menunjukkan padanya mengenai rasaku ini. Aku tertunduk dan berpikir. Tiba-tiba ada keberanian dalam diriku untuk mencoba meyakinkannya tentang rasaku ini. Ya,..Aku harus menyakinkannya. “Nan, kamu percaya takdir nggak?” kataku. “Percaya” katanya. “Maukah kamu menjalani dulu takdir kita ini” kataku. “Kita coba jalani dulu, Nan” kataku. “Aku tau, Nan, Kamu juga sayang sama aku” kataku. Terbesit keraguan di wajah Nani. Aku menatapnya, kulihat matanya, sembari mengatakan “Nan, jika takdir sudah dilukiskan maka kita tidak bisa menolak, apakah takdir itu kita berjodoh atau kita tidak berjodoh, tetapi takdir kita hari ini adalah kita dipertemukan dan aku diberi kesempatan untuk meminta hatimu. Apakah nanti kamu menerimaku atau tidak itupun takdir untukku. Nan, hidup ini sudah ada yang mengatur. Kita telah terpilih secara acak untuk berkenalan, bertemu dan mungkin berjodoh, Nan. Jalanilah semua ini dulu, Nan. Karena aku percaya pasti ada alasan kenapa kita sampai dipertemukan dan kenapa hari ini harus terjadi. Aku tau, Nan, kamu, aku dan kita punya rasa sayang yang sama. Sekali lagi Nan, maukah kau menjalani takdir ini bersamaku?” kataku. Dia memandangiku, tersenyum dan mengangguk walaupun aku tau ada galau dihatinya yang meragukan pernyataan dan perkataanku. Hari ini memang indah bukan karena hari ini ulang tahunku tetapi aku mendapat kado terindah yaitu Nania Yustisiana. Terima kasih Ya Allah,..
I can see it in your eyes, I can see it in your smile
You’re all I’ve ever wanted and my arms are open wide
Cause you know just what to say and you know just what to do
And I want to tell you so much, I LOVE U,..
(Hello, Lionel Richie)
“Sekedar imajinasi penulis”
Bintang itu Matahariku
Harus ada gugusan yang menyertainya
Tapi harus tetap kau tunjuk satu diantaranya
Dialah yang paling berkilau untuk hatimu
Dan bagiku bintang itu adalah MATAHARIKU
Kilaunya membuatku tak bisa berhenti berangan
Bahwa setiap hari aku akan selalu memandanginya
Sembari memberikan senyum terindahku
Agar hangatnya bisa kurasakan merasuki jiwaku
Lagu Cinta Untukmu
Shiphony yang mengalunkan lagu
Jauh dalam lubuk hatiku
Mengalun pelan dengan nada
Lagu ini benar sempurna
Mensyairkan sejuta pesona jiwa
Merdu memenuhi desiran kalbu
Mendendangkan seruni merah jambu
Inilah lagu cinta itu
Melagu saat ku memandangmu
Seiring detak jantungku
Yang terpana melihatmu
Sebuah Ruang Rindu
Aku mencari,..
Didalam ingatanku
Dilubuk hatiku
Dijejak langkahku
Didetak nadiku
Dihembusan napasku
Dialiran darahku
Disepanjang waktu
Dan kutemukan,..
Jiwa yang menyapa
Dalam sebuah ruang rindu
Lalu,..kuserukan gaungnya
Dilengkungan pelangi
Dikerlipan bintang
Dipijaran surya
Digemerlap bulan
Digugusan mega
Dipenghujung lautan
Diluasnya angkasa
Diseluruh penjuru semesta
Hingga detaknya
Mendekap keajaibanmu
Ku Tau Pertandamu Cinta
Semesta berbisik padaku suatu hari
Saat ku pasung hati disudut mega
Mereka menerbangkanku ke angkasa
Dan menunjukkan jarinya ke arahmu
Bintang itu sangat gemerlap
Menerangi dengan kilauan nyata
Mereka tlah membawaku memandangimu
Sembari mengatupkan hatiku
Aku pun terpana,..
Tanpa mampu mensyairkan kata
Tapi ku tau pertandamu cinta
Kilaumu itu,..
Hanya untuk membuatku
Aku dan Kau yang Sempurna
Kau adalah tetesan embun yang menyejukkan pagi
Aku adalah matahari yang menghiasi cakrawala
Kau adalah warna keemasan yang menyelimutinya
Aku adalah bulan yang menemani malam
Kau adalah bulatan yang membuatnya purnama
Aku adalah hujan yang menyirami bumi
Kau adalah gemercik air yang mengalunkan lagu
Aku adalah pelangi yang mewarnai angkasa
Kau adalah lengkungan warna sprektum cahaya
Aku adalah senja yang mengarak sang surya turun
Kau adalah lembayung yang membatasi cakrawala di ujung laut
Aku adalah bintang kejora yang terkelip diangkasa
Kau adalah sinar yang menyorotkan bias nur
Aku adalah kelopak yang membentuk indahnya bunga
Kau adalah harum yang memekarkan kuntum
Aku adalah peri yang ingin mengapai angkasa
Kau adalah sayap yang menerbangkanku lebih tinggi
Aku adalah jasad yang membentuk tubuh
Kau adalah ruh yang menggerakkan raga
Dalam sejuta makna aku dan kau
Aku adalah manusia yang sangat biasa
Dan kau adalah sosok yang selalu terpikir
Bahwa aku adalah kau yang sempurna,..
Kabar untukmu Cinta
Hari yang hadir adalah pagi yang elok
Saat suara merdumu menyapa batinku
Ku terpaku dalam angan yang menyeru
Untukku pagi ini hangati jiwamu
Cintamu yang sesempurna kilauan embun
Menyergap sekujur hatiku disini
Untuk selalu mengganggu harimu
Menemani langkah kecilmu sepanjang waktu
Ku kabarkan padamu cinta,..
Dalam pesona sejuta lengkungan pelangi
Yang mewarnai hari selepas hujan menguyur
Hanya engkaulah yang paling berwarna
Dan paling mempesona,..
Ukiran Sajak dalam Sebuah Nama
Sepenggal matahari siratkan jiwa raga kepada bumi
Ketika bidadari rangkaikan sajak setia dihati
Lautan cinta yang menggulung takdir
Sematkan makna dalam sebuah nama
Diukirnya sajak dalam satu nafas
Semaikan warna romansa jiwa
Nyata dalam goresan pena
Terbangkan sukma dalam syurga cinta
“TeRiMaKaSiH CiNTa,..”
Setiap Awal Huruf yang Terpikir
Nampak padaku setiap lelehan wajahmu
Indahnya setiap desiran yang tersirat
Tertumpah pada setiap detakan relungku
Yang menginginkanmu satu dalam jiwaku
Oleh tepukan cinta yang memanggil hatiku
Pada sebuah pertemuan yang tertakdir
Entahlah sangat menggetarkan kehidupan
Rangkaian siluet yang merajukkan asa
Tanpa keraguan yang memenuhi kalbu
Ingin yang bukan sekedar ilusi
Walaupun tampak sebagai suatu yang sederhana
Antara sepasang jiwa yang mencari hati
Nikmatkan bingkai rasa dalam setiap sudut sukma
Goreskan takdir yang terpilih dengan acak
Gusti,..beri kami ridho dan barokah
Oleh sebuah pilihan yang teryakini
Napas kehidupan yang akan kami susun
Oleh setiap awal huruf yang terpikir”
Cinta Dunia Maya
Hari ini masih sama seperti hari sebelumnya. Jam 8 komputerku menyala, aku sign in kedua IM-ku yang selama ini aku gunakan untuk chat dengan temanku. Kulihat beberapa orang temanku sudah ada yang online. “Pagi” layar monitorku berkelip. “Pagi juga” kataku. Sudah beberapa bulan ini aku bercakap-cakap dengannya. Namanya Dhanis “Dhanis_manis” begitu nama IM-nya. “Narsis banget” itulah pikirku pertama kali saat mulai meng-add dia. Dia mengenalku dari beberapa email yang aku kirimkan ke dunia maya. Tertarik dengan namaku “Dyah Anggun Aulia Prasasti” yang kata orang tuaku berarti “Keanggunan wanita yang ditulis ulama diprasastinya”. “Dalem banget artinya” begitu ucapnya saat aku tanya kenapa tertarik dengan namaku. Dhanis adalah lulusan universitas negeri di Jakarta, dia bekerja sebagai internal auditor di perusahaan swasta di Jakarta. Saat awal kita ngobrol, dia suka sekali menebak mengenai aku. “Sok tau banget nih orang” pikirku saat itu. “Kamu orangnya teratur ya, teliti dan selalu melakukan hal yang sama setiap harinya” begitu katanya. Itulah Dhanis yang selalu memposisikan sesuatu dari segi psikologi, karena mungkin aku adalah seorang psikolog yang bekerja sebagai SDM di perusahaan swasta di Jakarta. “Kamu emangnya sapa sih?” kataku. “Aku suka membaca karakter orang” begitu katanya. “Ah kamu salah mendeskripsikan aku” kataku sekenanya. Walau aku akui semua yang dikatakannya itu benar. “Kamu itu jaim banget sih” katanya. “Nggak juga, kamu sukanya nebak gitu, takut ketahuan semuanya” kataku sekenanya. Itulah beberapa percakapanku diawal perkenalan kami. Dan beberapa bulan kemudian masih sama, kami masih suka menyapa dengan frekuensi yang tidak teratur. Kami hanya bercerita mengenai hal-hal umum saja, bahkan bukan sesuatu yang bersifat pribadi. Setauku dia berumur sama denganku, bekerja dan tinggal satu kota denganku. Benar-benar sangat umum. Mulai dari pekerjaan, kegiatan yang sering dilakukan dan segala sesuatu yang aku yakin orang lain juga tahu. IM-ku yang satu ini seperti jadi media private chatku dengannya, karena hanya dia yang chat denganku menggunakan salah satu IM-ku ini.
“Dy, no HP kamu berapa?” tanyanya suatu hari. “Napa emangnya?” tanyaku. “Aku pengen dengar suaramu” jawabnya. “Halah,..kok pake pengen dengar suaraku segala” candaku. “Ya,..iyalah kita kan udah lama chat buat memastikan saja kalo aku bener-bener chat dengan wanita” katanya. “Dan untuk memastikan padamu juga kalo aku bener-bener pria” sambungnya. “Kamu itu bisa aja” kataku. “Kasih dong, nanti aku telpon deh” katanya. “Beri aku no HP kamu dulu” kataku. “081223456789, telpon aja kalo nggak percaya” katanya. “Iya, nanti aku telpon kamu ya” kataku. “Lha terus no HP kamu?” tanyanya. “Tunggu aku telpon kamu aja ya” jawabku sekenanya. “Bener lho Dy” katanya. ”Iya” kataku enteng. Aku dan Dhanis mempunyai banyak perbedaan, sepertinya dalam percakapan kami tidak satupun ada yang sama. Tapi entah kenapa aku lebih nyambung ngobrol dengannya daripada dengan temanku yang lainnya. Suatu hari aku menepati janjiku. Aku meng-SMS Dhanis saat ulang tahunnya. Itu sudah 2 bulan setelah mendapatkan no HP nya. Dhanis langsung menelponku. “Makasih ya Dy” katanya. Suaranya berat, tegas dan sepertinya dewasa sekali. Bener-bener seperti dugaanku sebelumnya.
“Dy, kita copy darat yuk” katanya. “Halah, kamu itu aneh-aneh aja sih” kataku. “Aku ingin memastikan bahwa PIC yang aku kirim padamu benar dan PIC yang aku kirim padaku benar” katanya. “Kayaknya pernah denger deh” kataku. “Emang” katanya. “Ketemuan dimana?” kataku. “Terserah kamu” jawabnya. “Dimana ya, oiya, di café temanku aja, aku sering kesana, tempatnya enak banget” kataku. “Selain itu lebih aman bagiku untuk copy darat dengan orang yang tak pernah aku temui sebelumnya” pikirku. “Boleh, didaerah mana?” tanyanya. “Daerah Blok M” kataku. “Ok deh, besuk sabtu gimana? Sekitar jam 11” katanya. “Bagaimana cara tau itu kamu dan itu aku?” kataku. “Kan kita sudah tau PIC masing-masing” jawabnya. “Bisa saja PIC menipu kan” kataku. “Liat aja deh” jawabnya. “Ok deh, aku tunggu ya” kataku.
Sabtu ditempat yang ditentukan. Aku memang berniat datang lebih awal, untuk sekedar berbincang sebentar dengan temanku Surya pemilik café ini, aku tahu sabtu adalah waktu tersibuknya karena inilah waktu terbaik untuk ber-weekend ria. Aku memesan Capucino panas kesukaanku, Surya sampai hafal dengan menu favoriteku itu. Aku bawa buku kesukaanku pula untuk aku baca sampai tuntas sambil menunggu Dhanis. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Dhanis belum juga tampak batang hidungnya. “Mungkin dia kena macet” pikirku, di Jakarta tidak ada jam tidak macet walau hari sabtu sekalipun. Aku mencoba menghubunginya. Tidak diangkat, sekali lagi, tetap tidak diangkat. Aku mencoba SMS Dhanis. “Dhanis ada dimana?” ketikku di HP. Tidak ada jawaban. “Mungkin Dhanis masih dijalan” pikirku. Aku mencoba bersabar untuk menunggunya. Jam telah menunjukkan pukul 13.00, aku masih di café itu, menunggu Dhanis. Aku coba telpon lagi, tidak diangkat, sekali lagi, tidak diangkat juga. “Sudah habis kesabaranku” gumamku. Aku merasa dipermainkan Dhanis. Kali ini aku benar-benar marah. Aku mengirimkan sebuah SMS padanya “Maaf Dhanis, Kalo anda sedang sibuk jangan pernah sekali lagi membuat janji dengan orang lain dan jangan pernah menemui saya lagi” ketikku dalam SMS itu. Aku meninggalkan café itu dengan perasaan kecewa. Orang yang aku percaya selama ini mempunyai kualitas kepribadian seperti ini. Disepanjang jalan aku mengerutu tidak ada habisnya. Saat malam tibapun, Dhanis juga tidak memberikan kabar. Entah dimana anak itu ternyata aku salah menilai orang. Dimana nyalinya, seharusnya itu bukan sikap pria. Sesibuk apapun seharusnya dia mempunyai waktu untuk hanya sekedar memberi aku kabar dimana dia sekarang. Apakah terlalu sulit hanya untuk menelepon atau menuliskan SMS. Akupun sudah menyiapkan kata-kata untuk menumpahkan amarahku besok pagi padanya.
Keesokan harinya, dia masih saja offline, sampai akhir haripun tetap offline. Begitupula hari selanjutnya dan selanjutnya, sampai seminggu kemudian, tetap saja dia tidak tampak. Aku malas bila harus meng-SMS atau menelponnya lagi. “Nggak penting deh” pikirku. Ini sudah hari ketujuh dia menghilang. Dan aku sudah sedikit melupakan kejadian itu. Suatu sore tiba-tiba telponku berdering dari nomer yang tidak aku kenal. “Halo” kataku. “Dy” jawaban dari seberang. Aku merasa mengenal suaranya. Ya,..itu suara Dhanis. Belum sempat aku bicara, dia sudah melanjutkan kata-katanya. “Aku berada di depan kantormu, aku ingin menemuimu, please temui aku” katanya. Belum sempat aku berbicara, telponnya sudah ditutup. Aku coba telpon kembali untuk mengatakan “Aku takkan pernah mau menemuimu lagi” tetapi telpon diseberang mengatakan “nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau diluar jangkauan, silahkan meninggalkan pesan”, pertanda HP-nya dimatikan. “Maunya apa sih tuh orang” pikirku. Aku segera beranjak keluar kantor. Aku mencari sosok Dhanis, aku masih punya sisa ingatan mengenai sosoknya dari PIC yang dikirimkannya padaku. Aku coba mencari sosok yang belum aku kenal sebelumnya itu diantara sosok-sosok temanku yang sedang menyiapkan diri pulang ke rumah. “Kamu Dyah ya” suara itu mengagetkanku. Aku menoleh ke arah suara tepat dibelakangku. “Dhanis” kataku. Persis seperti sosok yang digambarkannya selama ini. Dia memandangiku, begitupula aku. “Dy, ijinkan aku berbicara sebentar padamu” katanya. “Apa yang ingin kamu bicarakan lagi Dhan” kataku. “Aku tau kamu marah besar padaku Dy, tapi dengarlah penjelasanku dulu” katanya. “Sudahlah aku tidak ingin mendengar segala alasanmu lagi” kataku. Aku beranjak dari tempatku berdiri, tetapi tangannya meraih lenganku. “Please Dy, dengerin aku dulu” katanya. “Lepaskan tanganmu” kataku. “Aku akan melepaskan tanganku setelah kamu mau aku ajak bicara. Aku tak peduli walaupun kamu berteriak sekalipun” katanya. “Apa sih maumu” kataku. “Kamu akan tau Dy” jawabnya. “Ayo kita ke café temanmu itu seperti janji kita bertemu seminggu yang lalu” katanya. “Kita bicara disini saja” kataku. “Dy, please, jika kamu berikan waktu walaupun untuk yang terakhir sekalipun, aku terima Dy, tapi tolong dengerin penjelasan aku dulu” katanya. “Ok, aku beri kamu waktu untuk yang terakhir kali” kataku.
Dia memacu motornya ke café Surya. Diperjalanan dia tidak mengatakan sepatah katapun begitu pula aku. Tiba-tiba aku merasakan amarah kembali yang sangat dari diriku kepadanya. “Aku harus mengendalikan ini” pikirku. Kami tiba di café Surya, 45 menit kemudian, suasananya agak lengang kali ini. Aku memesan Capucino kesukaanku sedangkan dia memesan soft drink. “Apa yang ingin kamu jelaskan” kataku mengawali pembicaraan. “Dy, aku ingin bercerita padamu, tetapi jangan pernah memotong perkataanku dulu, kamu punya waktu berbicara setelah aku selesai menjelaskan kepadamu” katanya. “Kenapa orang ini selalu berbicara sistematis” pikirku. Dhanis selalu berbicara dengan alur, dari semenjak saat kita pertama kali bertemu di dunia maya sampai saat kami bertemu nyata. Mungkin karena pekerjaannya sebagai auditor yang selalu menggunakan alur untuk menarik kesimpulan. “Terserah rule-mu lah Dhan” kataku sekenanya. “Dy, aku tau kamu marah, tapi please dengarkan aku dengan seksama, setelah itu kamu bebas melakukan apapun terhadap diriku” katanya. “ya,..ya,..terserah maumu lah” kataku.
Dhanis mulai bercerita. “Dy, sebenarnya seminggu yang lalu saat kita buat janji disini, aku sudah berada disini ½ jam sebelum kamu datang” katanya memulai. “Aku melihatmu masuk ke café dan berbincang sebentar dengan temanmu itu” sambungnya. “Kamu memesan Capucino panas saat itu, sambil menungguku, kamu membaca buku”. “Buku berwarna merah tapi tidak jelas buku apa yang kamu baca”. “Kamu duduk di meja no. 5, memakai baju biru dengan celana jeans biru” katanya. “Jam 11.30 kamu mulai menelpon dan meng-SMS-ku tapi aku tidak berani mengangkat” “Kamu memesan kembali capucino dingin setelah itu, kamu selesai membaca bukumu jam 12.15” katanya. “Jam 12.30 kamu pergi ke toilet, sambil berbincang sebentar kearah pelayan yang menjaga pintu itu. Kamu memperlihatkan sesuatu padanya. Aku rasa kamu berbicara padanya untuk menyuruhku menunggu bila aku datang, aku tau kamu menunjukkan PIC-ku padanya” katanya. “Kamu kembali lagi kemejamu jam 12.45, kamu menelponku lagi dan meng-SMS aku lagi sebelum meninggalkan café ini” jelasnya. “Jam 13.00 kamu meninggalkan café ini” katanya. Penjelasannya sangat lugas sekali, benar itulah yang aku lakukan saat itu, sampai sedetail itu dia memperhatikan aku. “Terus kena..” kataku tetapi terlanjur dipotong olehnya. “Dy, please kamu jangan bicara dulu” katanya. “Aku tau kamu ingin menanyakan kenapa aku tidak menemuimu
Aku pandangi matanya, amarahku berangsur-angsur menghilang. Aku dengarkan setiap kata demi kata yang diucapkannya tadi. “Dy, bicaralah” katanya. “Dhan, kamu itu seperti Dhanis yang aku dugakan selama ini. Inilah Dhanis yang selama ini hanya aku ajak berbicara di chat. Sosok kamu inilah yang selama ini aku pikirkaan mengenai Dhanis didunia nyata. Tidak ada yang salah dengan yang aku pikirkan” kataku. “Kamu orang yang sederhana, sistematis, teratur, suka bicara apa yang kamu pikirkan dan secara fisikpun tidak melenceng dari dugaanku selama ini” kataku. “Aku tidak pernah berpikir mengenai seperti apa fisikmu, Dhan, hanya saja aku kecewa dengan sikapmu” sambungku. “Seharusnya walau bagaimanapun kamu harus menemui aku dulu waktu itu, karena kamu telah berjanji menemuiku, ingat Dhan menunggu itu menjenuhkan” kataku. “Saat itu sebenarnya aku ingin mengatakan padamu aku telah lolos seleksi yang pernah aku ceritakan padamu sebelumnya, aku ingin bilang padamu bagaimana sebaiknya, apakah aku harus pergi atau tetap tinggal” kataku. “Dan setelah kejadian itu, aku putuskan untuk pergi saja, aku tidak mau bila aku saja yang menyukaimu Dhan” kataku. Ada sinar kekagetan sekaligus kebahagiaan dari wajah Dhanis setelah mendengar ucapanku barusan. “Tapi setelah aku mendengar penjelasanmu tadi , aku akan mengubah tujuanku. Aku akan tetap disini Dhan” kataku. “Aku sudah selesai bicara, Dhan” kataku. “Dy, kamu juga suka aku?” tanyanya. Wajahnya sangat sumringah sekali. Aku mengangguk. “Kenapa aku tidak menemuimu saja minggu lalu?” katanya. Aku tersenyum. “Dhan, aku pikir kamu tidak akan pernah tau perasaanku bahwa sesungguhnya aku menyukaimu” begitu ucapku dalam hati.
“Kala bunga mengembangkan sekali lagi mekarnya
Tampak padanya sebuah aroma mewangi yang terbias
Tatkala hujan berhenti menjadi lengkungan pelangi
Sewarna hati yang sedang mengembangkan sayap cinta”
Sajak Surau Hati (Sekali Lagi)
Mekar lagi sebuah siluet lengkungan pelangi
Menapaki sejumlah huruf yang tersirat dari hati
Dalam bukit kembang yang merangkaikan wangi
Tersemaikan dalam serutan imajinasi yang berhenti
Sosoknya serahkan kisah yang nyata
Tergambar dari seraut pancaran cahaya
Sederhana dengan semua karunia ilahi
Begitu sempurna untuk tak terindikasi
Kali ini hati terketuk dalam surau-Nya
Sapaan yang mewakili bukan duniawi
Seputih nurani yang berjalan karena-Nya
Bukan lagi hanya karena raga yang terisi
Kali ini terakhir hati menggetarkan kasih
Untuk menyandarkan kisah bersama kepada-Nya
Semoga Sang Ilahi ridhokan besitan terakhir yang singgah
Sehingga surau dari hati kami tidak terbuka lagi
“and even if I'm there, all I see is you because you're near me”
Syurga untuk Cinta
“De,..”. Aku terkejut mendengar sapaan itu. Aku menoleh ke asal suara. Hanya satu orang yang memanggilku dengan nama itu. Dia adalah seorang sahabatku, namanya Geza Farizi Setyawan, aku memanggilnya dengan nama ”Gie”. Aku sendiri bernama Dinasty Pravita. Teman-temanku memanggilku dengan nama asty. Dan hanya Gie yang memanggilku dengan nama ”De”. Begitu juga dengan Gie, teman-teman memanggilnya Fari tetapi aku memanggilnya dengan ”Gie”. Nama panggilan kami tersebut adalah inisial dari nama kami, lebih singkat dan sederhana, itulah alasan kami memakai panggilan itu.
Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Sudah 6 tahun kami tidak bersua. Dia melanjutkan kuliahnya di Malaysia. Itulah impiannya. Sebelumnya dia memang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri. Suatu kali dia pernah berkata kepadaku ”Ayo kita lanjutkan sekolah bareng di Malaysia, biar aku nggak usah capek-capek belajar, kan ada kamu” katanya. ”Berarti dibayarin kamu dong Gie” candaku. ”Ye, emangnya murah kuliah di luar negri” jawabnya. ”Kalo mo dibantu ya modal dong, Gie” kataku. Dan kitapun tertawa bersama. Itu percakapanku 7 tahun lalu, saat kami kelas 3 SMU. Dia memilih sekolah di Malaysia dengan alasan lebih dekat dengan Indonesia, dan agak murah dibanding di negara lain. ”De,..aku diterima kuliah di Malaysia” begitu SMS-nya suatu hari. ”Makasih ya De, sudah di kursusin privat setiap hari” Sambungnya. ”Wah, selamat Gie, impianmu terkabul” balasku. Aku memilih untuk bersekolah di Indonesia saja, aku diterima di universitas negeri di suatu kota di tengah jawa, lebih murah sehingga tidak memberatkan orang tuaku. Kasihan mereka, orang tuaku hanya PNS biasa yang tidak mungkin membiayaiku sekolah di luar negeri walaupun sebenarnya aku mampu. Beda dengan Gie, dia anak pasangan dosen, sehingga orang tuanya sadar ilmu dan ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang lebih baik. Dan semenjak keberangkatannya ke Malaysia, kami hanya berinteraksi melalui email dan SMS saja. Aku jarang membuka email, kadang ada beberapa message-nya di inbox aku. Dan aku baru buka beberapa minggu kemudian. Sudah beberapa bulan ini tidak ada message dalam inbox-ku maupun SMS darinya. Aku hanya berpikir mungkin dia sedang sibuk kuliah. Di beberapa emailnya dia bercerita mengenai kuliahnya yang semakin berat. Dan entahlah waktu itupun aku juga merasakan kuliahku pun semakin butuh konsentrasi.
Dan setelah empat tahun, aku lulus dengan nilai yang lumayan. Dan aku sudah bekerja sebagai project marketing officer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Aku kembali lagi ke kotaku setelah lulus kuliah. Itu memang keinginanku. Dan alhamdulillah terkabul. Sebagai marketing officer, aku harus berkunjung dibeberapa daerah untuk melihat perkembangan daerah tersebut, sebagai bagian dari pangsa pasarku. Aku bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan marketing, sebenarnya aku punya manajer tetapi akulah pelaksana sesungguhnya. Hampir seluruh kota telah aku kunjungi. Seneng juga bisa selalu jalan-jalan. Dan itulah impianku ”keliling Indonesia gratis”.
Gie dan aku sama-sama suka menulis. Dulu lama suka bertukar ide bahkan kami telah membuat satu cerpen bersama. Ide kami datang setelah kita sama-sama nonton film ”Ada Apa Dengan Cinta”. Aku masih menyimpan filenya, dan sekarang sudah menghiasi tulisanku di blog. Baru satu tahun ini aku membuka blog karena keinginanku menerbitkan tulisanku. Aku suka sekali menulis, aku gunakan waktuku menulis untuk mengurangi kejenuhanku bekerja. Lumayan bisa menambah temen dari banyaknya frekuensi aku menulis. Andai saja Gie tau kalo aku suka menulis, pasti dia akan memberiku semangat lebih. Sudah beberapa tulisanku aku kirim ke-inbox-nya, tetapi setiap kali mengirim email dia tidak pernah memberi komentar tentang tulisanku. Dia memang pernah berkata padaku kalau dia hanya membuka email yang dikirimkan khusus padanya, bukan pada banyak orang. Memang email yang aku kirimkan padanya itu aku tujukan pula untuk beberapa orang. Baru ku sadari sekarang itulah alasan dia tidak pernah memberikan komentar mengenai tulisanku.
Suatu kali aku menerima email darinya. Dia menceritakan bahwa dia sedang jatuh cinta kepada wanita malaysia bernama Fatima. Teman satu kampusnya tetapi beda angkatan, Fatima satu tingkat dibawahnya sekaligus anak pemilik flat tempat dia tinggal. Dan kemungkinan dia akan menikah dengannya tahun ini. Dalam tulisannya dia sangat mencintai wanita itu. Aku sangat bahagia ketika mendengar ceritanya itu. Akhirnya Gie menemukan tambatan hatinya. Selama 9 tahun kami bersahabat jarang aku mendengar dia sedang jatuh cinta. Setahuku wanita dalam kehidupannya hanyalah ibunya, adiknya, aku dan seorang wanita cinta pertamanya bernama ”Fitri Dewandari”. Itulah wanita yang ada di kehidupannya. Dulu teman-temanku sering mengira kami adalah sepasang kekasih. Kami hanya tertawa bila ada teman yang bertanya. Aku dan Gie pacaran?? Nggak banget deh. Memang aneh bila seorang pria dan seorang wanita bersahabat sedekat itu, tapi bagi kami semua itu tidak ada yang aneh. Karena kami bisa menjaga persahabatan ini selama 9 tahun, dan hanya bersahabat saja tidak lebih. Di email itu pula pula Gie bercerita dia sedang melanjutkan S2-nya disana. Dia juga telah menjadi assisten dosen disana sambil meneruskan kuliahnya.
Aku sedang berada di sebuah tempat yang jadi tempat favoritku sekarang. Inilah tempat tujuanku bila aku sedang tidak ada pekerjaan. Ada sebuah tempat bersantai didaerah selatan jakarta, disitu ada sebuah tempat makan dengan pemandangan yang indah. Dulu aku dan Gie sering ke sini bila kami ada waktu, sekedar makan sambil bercerita tentang semuanya. Dan saat ini tiba-tiba Gie ada disini. Tiba-tiba dia menyapaku. Aku masih kaget. ”Aku tau kamu disini De, kamu memang tidak pernah berubah selalu melakukan hal yang sama setiap waktu, kamu masih semelankolis dulu” Lanjutnya. Aku tersenyum. ”Gie, kamu ada di Indonesia? kapan datang. Kok nggak kasih kabar sih?” tanyaku. ”Baru kemarin aku dateng De, aku memutuskan untuk pindah ke Indonesia” Katanya. Aku tambah kaget dengan kata-katanya itu. ”Apa kamu nggak salah Gie?” kataku. ”Bukannya disana kamu sudah jadi assisten dosen, tunggulah sampai S2mu selesai. Pasti kamu akan jadi dosen disana” kataku. ”Aku sudah mengajukan tesisku De, tinggal beberapa bulan lagi aku selesai” katanya. ”Aku akan banyak tinggal di Indonesia, aku ditawari jadi assisten dosen di UI dan aku memilih untuk bekerja disitu” jelasnya. ”Lho, kenapa Gie? Kenapa memilih kembali? Bukannya kamu akan menikah tahun ini dengan Fatima?, bukannya lebih enak bila kalian tinggal di Malaysia kalo kalian menikah nantinya?” tanyaku lagi. ”Aku sudah selesai dengan Fatima, De” jawabnya. ”Hah,..”. Aku melongo mendengar penuturannya. ”Selesai” batinku. ”Bukannya email itu dikirim 8 bulan yang lalu” pikirku lagi. ”Kenapa Gie?” tanyaku. ”Aku memilih untuk membuat komitmen, De, bukan hanya cinta tapi sebuah komitmen juga” katanya. ”Komitmen apa?” kataku. ”Komitmen untuk hidup bersama denganmu De” katanya. ”Hah,..” aku melonggo lagi. Aku belum mengerti tentang apa yang dikatakannya. ”Maksudmu?” tanyaku. ”Ya, De, aku ingin membuat komitmen hidup bersama denganmu, menikah denganmu De” katanya. Aku masih bingung mencerna kata-katanya. Lebih membingungkan daripada teori auditing yang pernah aku terima dikampus. ”Sebentar Gie, aku kok agak kaget denger ceritamu ya. Coba kamu ceritakan dari awal” Kataku. ”De, waktu di Malaysia aku memang jatuh cinta pada Fatima, tetapi aku sangat tidak nyaman dengan perasaanku ini. Aku tidak nyaman jalan berdua dengan wanita yang aku cintai, De” ”Aku tidak bisa menghindarkan diriku dari pikiran-pikiran kotor yang merusak diriku, De” Katanya. ”Aku belum bisa menikahinya, De. Dia masih adik kelasku, orang tuanya juga menginginkan dia lulus dulu. Berarti itu setahun lagi. Aku tidak bisa hidup begitu terus. Aku takut dosa. Akhirnya aku putuskan untuk selesai dan pindah ke Indonesia” Katanya. ”Aku selalu berdoa tiap malam, De, agar Allah jadikan aku ridho terhadap apa-apa yang Allah tetapkan padaku dan jadikan barokah apa-apa yang telah Allah takdirkan padaku, sehingga aku tidak ingin menyegerakan apa-apa yang Allah tunda dan menunda apa-apa yang Allah segerakan”. “De, aku sangat ingin mendapat keridhoan Allah, aku berusaha mencari seseorang yang sama denganku, karena secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan nyaman jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan sebagainya sehingga Allah akan bisa hadir secara penuh dalam hatinya. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan hanya untuk Allah”. “Kamu yang selalu terpikir dalam benakku, De”. “De, semua yang ada dalam diri kita itu hampir sama” Jelasnya. “Tapi Gie” kataku. “De, cinta bukan atas nama Allah itu hanya nafsu tetapi komitmen itu adalah harga diri” Potongnya. “Biarkan cinta kita tumbuh seiring dengan keinginan kita untuk mencari keridhoan Allah, bukan hanya cinta karena nafsu saja tetapi cinta karena Allah” Katanya. Air mataku menetes, hatiku luluh dengan ucapannya. Gie telah berubah. Bukan Gie sahabatku yang dulu, tetapi sekarang Gie datang tepat didepanku sebagai seorang manusia yang sedang meniti hidup di jalan Allah. “Ya Allah terima kasih Engkau telah berikan jodoh padaku seperti doaku selama ini. Dan inilah suami yang aku inginkan, suami yang mencintai dan merindukan hidup dijalan-Mu dan menginginkan seluruh hidupnya dipenuhi oleh ridho-Mu” Ucapku dalam hati.
“Bila cahaya pencipta telah menuruni hati
Sinarnya akan mencairkan kerumitan jiwa
Bukan sekedar cinta yang memenuhi sukma
Tetapi keinginan penuh untuk mencapai syurga”
Ketika Cinta Itu
Ketika cinta itu indah
Mereka mencoba merasakannya
Ketika cinta itu semangat
Mereka mencoba mengobarkannya
Ketika cinta itu pengorbanan
Mereka mencoba memperjuangkannya
Ketika cinta itu penantian
Mereka mencoba menunggunya
Ketika cinta itu isyarat
Mereka mencoba mengartikannya
Ketika cinta itu pintu
Mereka mencoba mengetuknya
Ketika cinta itu menyapa
Mereka mencoba membalasnya
Ketika cinta itu perjalanan
Mereka mencoba menjajakinya
Ketika cinta itu kehidupan
Mereka mencoba menempuhinya
Ketika cinta itu kisah
Mereka mencoba bercerita
Ketika cinta itu nyanyian
Mereka mencoba menyenandungkannya
Ketika cinta itu puisi
Mereka mencoba menyairkannya
Ketika cinta itu sandiwara
Mereka mencoba memainkannya
Ketika cinta itu ungkapan
Mereka coba menyatakannya
Ketika cinta itu semu
Mereka mencoba membuat menjadi nyata
Ketika cinta itu khayalan
Mereka mencoba memimpikannya
Ketika cinta itu impian
Mereka mencoba meraihnya
Ketika cinta itu harapan
Mereka mencoba mewujudkannya
Ketika cinta itu cahaya
Mereka mencoba menyinarkannya
Ketika cinta itu benih
Mereka mencoba memekarkannya
Ketika cinta itu awan
Mereka mencoba menaunginya
Ketika cinta itu angin
Mereka mencoba menghembuskannya
Ketika cinta itu embun
Mereka mencoba menyegarkannya
Ketika cinta itu hujan
Mereka mencoba mengguyurkannya
Ketika cinta itu mentari
Mereka coba menghangatinya
Ketika cinta itu bintang
Mereka mencoba menyinarinya
Ketika cinta itu patung
Mereka mencoba memahatnya
Ketika cinta itu jasad
Mereka mencoba menjadi ruhnya
Ketika cinta itu sayap
Mereka mencoba menerbangkannya
Ketika cinta itu samudra
Mereka mencoba mengarunginya
Ketika cinta itu ruang
Mereka mencoba mengisinya
Ketika cinta itu komitmen
Mereka mencoba menjaganya
Ketika cinta itu batasan
Mereka mencoba melewatinya
Ketika cinta itu hampa
Mereka mencoba memenuhinya
Ketika cinta itu mengekang
Mereka mencoba mempertahankan
Ketika cinta itu jarak
Mereka mencoba mendekatkannya
Ketika cinta itu waktu
Mereka mencoba memanfaatkannya
Ketika cinta itu beku
Mereka mencoba mencairkannya
Ketika cinta itu layu
Mereka mencoba menyiraminya
Ketika cinta itu kegelapan
Mereka mencoba meneranginya
Ketika cinta itu misteri
Mereka mencoba menyelidikinya
Ketika cinta itu patah
Mereka mencoba menyambungkannya
Ketika cinta itu luka
Mereka mencoba menyembuhkannya
Ketika cinta itu airmata
Mereka mencoba mengusapnya
Ketika cinta itu masa lalu
Mereka mencoba mengenangnya
Ketika cinta itu hilang
Mereka mencoba mengikhlaskannya
Ketika cinta itu pilihan
Mereka mencoba memilihnya
Ketika cinta itu C I N T A
Mereka mencoba menerjemahkan serta melalui tanpa dapat menghindarinya