16.05

Kau Datang Lagi

Dalam temaram malam kau menemuiku

Kau hantui tidurku dengan sentuhanmu

Ku tahu tak nyata lagi meraba bayanganmu

Sungguh ku tak ingin larut

Bahkan ku ingin berlama-lama memikirkanmu

Karena kedatanganmu kali ini

Walau sejenak saja mampu kosongkan hatiku

17.50

Awal Dari Kisah

Awal dari kerinduanku padamu

Kutulis dalam dekapan rindu

Entahlah, apakah kau paham

Sekelilingkupun tak jua menandakan jawaban

Waktu yang berlalu tanpa kabar dariku

Mungkin telah kau hapus namaku

Tapi ku yakin masih ada sebuah rindu untukku

Walau semudah itu melukiskannya

16.57

Sekali Lagi Berada Disini

Merangkai huruf dari awal lagi
Terlupa menuntun detakan jariku
Apa kabar disana
Masihkan menunggu setiap puisiku
Seperti menunggu senja datang
Kuharap tidak ada celanya
Saat ku sekali lagi berada disini
Terpikir, terasa dan terbaca kembali

10.21

Kutemukan Cinta Itu Dibatas Matamu


Di balik senyum tipis dibibirmu pagi ini
Kutemukan setetes embun yang meronakan kalbu
Pagi yang indah dilangit yang dingin
Tak terpijar sedikitpun kebekuan jiwa

Kecup selamat pagi untukmu
Walau terik tak terasa
Tetapi hangat memenuhi sekujur tubuhku
Ditempat kita beradu kala hujan pagi ini
Kutemukan cinta itu dibatas matamu

15.13

Wahai Engkau Yang Tertulis Abadi


Kutulis dalam selembar daun merah
Sebuah nama yang melekat di syahdunya sadira
Tanpa makna nitisara tersirat dalam setiap nuria
Tanpa arti yang tergandung dalam sadajiwa

Entahlah sampai malaikat berlalu
Tak juga tabuhan gendang dilantunkan
Untuk mengiring senja itu pergi
Jauh ke dasar langit yang kelabu
Wahai engkau yang tertulis abadi

14.23

Cerita Sang Pujangga


Dia memandang kearahnya tanpa sepatah kata
Seorang mahadewa dengan menggenggam naurah berdiri disana
Menunggu siapakan gerangan?

Seorang putri serupa cayadewi datang dengan kereta kudanya
Kemudian mereka menggaguk dan berlalu bersama
Dibawah gegap gumpita purnama mengiring bayangan
Dia tak mampu lagi untuk memandang

16.12

Secepat Itu Engkau Pergi


Aku hanya bisa terdiam disisi langit yang kala itu beku
Saat ku lihat sepasang mata sayu memandangku dengan terpaku
Kudengar debaran jantung bagai tabuhan lagu yang mendayu
Hari itu dengan ragu, aku mengulang setiap kata didepan mataku
Telah berpulang kepada-Nya dirimu sahabatku
Semoga jalan yang kau tuju melepaskanmu dari permasalahan itu
Selamat jalan...doaku selalu menyertaimu
Secepat itu engkau pergi dari sini, sahabatku

’Teruntuk sahabat yang telah berpulang : Terima kasih untuk semuanya’

Kau Datang Lagi

Dalam temaram malam kau menemuiku

Kau hantui tidurku dengan sentuhanmu

Ku tahu tak nyata lagi meraba bayanganmu

Sungguh ku tak ingin larut

Bahkan ku ingin berlama-lama memikirkanmu

Karena kedatanganmu kali ini

Walau sejenak saja mampu kosongkan hatiku

Awal Dari Kisah

Awal dari kerinduanku padamu

Kutulis dalam dekapan rindu

Entahlah, apakah kau paham

Sekelilingkupun tak jua menandakan jawaban

Waktu yang berlalu tanpa kabar dariku

Mungkin telah kau hapus namaku

Tapi ku yakin masih ada sebuah rindu untukku

Walau semudah itu melukiskannya

Sekali Lagi Berada Disini

Merangkai huruf dari awal lagi
Terlupa menuntun detakan jariku
Apa kabar disana
Masihkan menunggu setiap puisiku
Seperti menunggu senja datang
Kuharap tidak ada celanya
Saat ku sekali lagi berada disini
Terpikir, terasa dan terbaca kembali

Kutemukan Cinta Itu Dibatas Matamu


Di balik senyum tipis dibibirmu pagi ini
Kutemukan setetes embun yang meronakan kalbu
Pagi yang indah dilangit yang dingin
Tak terpijar sedikitpun kebekuan jiwa

Kecup selamat pagi untukmu
Walau terik tak terasa
Tetapi hangat memenuhi sekujur tubuhku
Ditempat kita beradu kala hujan pagi ini
Kutemukan cinta itu dibatas matamu

Wahai Engkau Yang Tertulis Abadi


Kutulis dalam selembar daun merah
Sebuah nama yang melekat di syahdunya sadira
Tanpa makna nitisara tersirat dalam setiap nuria
Tanpa arti yang tergandung dalam sadajiwa

Entahlah sampai malaikat berlalu
Tak juga tabuhan gendang dilantunkan
Untuk mengiring senja itu pergi
Jauh ke dasar langit yang kelabu
Wahai engkau yang tertulis abadi

Cerita Sang Pujangga


Dia memandang kearahnya tanpa sepatah kata
Seorang mahadewa dengan menggenggam naurah berdiri disana
Menunggu siapakan gerangan?

Seorang putri serupa cayadewi datang dengan kereta kudanya
Kemudian mereka menggaguk dan berlalu bersama
Dibawah gegap gumpita purnama mengiring bayangan
Dia tak mampu lagi untuk memandang

Secepat Itu Engkau Pergi


Aku hanya bisa terdiam disisi langit yang kala itu beku
Saat ku lihat sepasang mata sayu memandangku dengan terpaku
Kudengar debaran jantung bagai tabuhan lagu yang mendayu
Hari itu dengan ragu, aku mengulang setiap kata didepan mataku
Telah berpulang kepada-Nya dirimu sahabatku
Semoga jalan yang kau tuju melepaskanmu dari permasalahan itu
Selamat jalan...doaku selalu menyertaimu
Secepat itu engkau pergi dari sini, sahabatku

’Teruntuk sahabat yang telah berpulang : Terima kasih untuk semuanya’