Melonggok Segenggam Hati
Sejenak setetes hujan masih saja menghukumi bumi
Angin pun terasa mengoceh menerpa serumpun dedaunan
Menerbangkan helai demi helai daun yang telah meranggas
Rumput yang mengering ikut serta menarikan tarian hujan
Cawan-cawan yang tertelunggup memantulkan kembali tetesan
Hujan belum reda saat sang dewi menelungkupkan cawan
Sayapnya yang menggantikan cawan itu agar air tidak menetes ke bumi
Huhhh…sungguh dingin menerpa diri, saat hujan mengaliri raga
Bertahan mendustai segenggam keharusan yang menghantui
Mencoba dan terus mencoba menggelayut diantara badai
Sampai pada titah pencipta menghempasnya jatuh
Sungguh oh pencipta ruh…napas belum dihembuskan
Sayappun masih mengelantung membebani jasad
Mimpi sejenak yang terlintaspun belum terlukiskan
Haruskah larian ini dihentikan??
Saat bumi belum menemukan sesosok penjaga
Sesaat kemudian tangisan itu terhenti
Kembali sang surya mengintip dari sisa mega
Mengusap sayang rintik-rintik hujan
Tersenyum membentuk lengkungan indah sang pelangi
Dan sang dewipun masih tertunduk menghujat sepi
Berucap kembali kepada pemberi jasad
Bila detik memang telah berhenti memutar hari
Bila penjaga bumi adalah bukan yang ditemui
Saatnya untuk menerima pahatan rusuk yang menanti
Takdir diri akan terpenuhi dengan putaran yang terhenti
Karena terus berjalan adalah keharusan yang tlah terpatri
Bukan untuk menegok kembali kisah yang telah
Angin pun terasa mengoceh menerpa serumpun dedaunan
Menerbangkan helai demi helai daun yang telah meranggas
Rumput yang mengering ikut serta menarikan tarian hujan
Cawan-cawan yang tertelunggup memantulkan kembali tetesan
Hujan belum reda saat sang dewi menelungkupkan cawan
Sayapnya yang menggantikan cawan itu agar air tidak menetes ke bumi
Huhhh…sungguh dingin menerpa diri, saat hujan mengaliri raga
Bertahan mendustai segenggam keharusan yang menghantui
Mencoba dan terus mencoba menggelayut diantara badai
Sampai pada titah pencipta menghempasnya jatuh
Sungguh oh pencipta ruh…napas belum dihembuskan
Sayappun masih mengelantung membebani jasad
Mimpi sejenak yang terlintaspun belum terlukiskan
Haruskah larian ini dihentikan??
Saat bumi belum menemukan sesosok penjaga
Sesaat kemudian tangisan itu terhenti
Kembali sang surya mengintip dari sisa mega
Mengusap sayang rintik-rintik hujan
Tersenyum membentuk lengkungan indah sang pelangi
Dan sang dewipun masih tertunduk menghujat sepi
Berucap kembali kepada pemberi jasad
Bila detik memang telah berhenti memutar hari
Bila penjaga bumi adalah bukan yang ditemui
Saatnya untuk menerima pahatan rusuk yang menanti
Takdir diri akan terpenuhi dengan putaran yang terhenti
Karena terus berjalan adalah keharusan yang tlah terpatri
Bukan untuk menegok kembali kisah yang telah
Label: PoeM
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda